Dunia digitalisasi saat ini tidak dapat lagi dibendung dan tidak bisa ditolak keberadaannya dalam kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat sosial se dunia. Disamping keberadaannya dapat memberikan dampak positif dalam memebuhi kebutuhan hajat hidup seseorang, tapi juga memiliki pengaruh negatif yang luar biasa dalam perkembangan manusia dalam memposisikan diri sebagai manusia berakal/ al-Hayawan an-Nathiq, dan hanya manusialah yang berkemampuan mengelola dan memakmurkan bumi, dan dunia. Sebagaimana firman Allah SWT,
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَٰٓئِكَةِ إِنِّى جَاعِلٌ فِى ٱلْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوٓا۟ أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ ٱلدِّمَآءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّىٓ أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ
“ingatlah, ketika Allah berfirman kepada para Malaikat,
Saya akan menciptakan halifah di muka bumi, mereka berkata, apakah Engkau ingin
menjadikan manusia yang akan merusak dan menumoahkan darah, padahal kami
bertasbih dan memujiMu dan menyucikan namaMu. Dia berfirman, sesungguhnya Aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui” QS.al-Baqarah;2;30.
Secara
tektual ayat di atas cukup jelas fungsi manusia di muka bumi ini, selain
beribadah juga mengelola kemakmuran bumi seisinya. Jadi manusia hidup di tengah
perkembangan ilmu pengetahuan dan merebaknya teknologi yang begitu pesat dan sulit untuk dibendung. Maka sikap kita sebagai manusia
berakal, dapat menyesuaikan diri dengan baik dan bijak terhadap situasi yang
ada, minimal sikap kita tetap ada koredor ajaran agama ang diyakininya. Bagi
yang beragama muslim, tentu dalam menghadapi berbagai permasalahan yang muncul
di tengah-tengah kehidupan manusia, telah diatur dan di tentukan rambu-rambu
dan nilai-nilai yang bermanfaat bagi keberlangsungan hidup manusia. Oleh karena
itu, setiap perubahan akan membawa dampak dan pengaruh terhadap kehidupan
masyarakat, hubungannya dengan media sosial dengan canggihnya teknologi saat
ini, maka sangat dimungkinkan sekali untuk merubah pola dan gaya hidup
seseorang, dalam proses perjaanannya lambat laun akan berdampat pula pada
kehidupan masyarakat sosial.
Karenanya
maka perubahan yang kita hadapi sangat berpulang pada siapa yang melakukannya,
karena teknologi adalah alat dalam kehidupan bukan kehidupan itu sendiri, misalnya; pisau yang canggih dan tajam,
tidak akan melukai dan mencelakai siapapun jika pelakunya lihai menggunakannya,
dan jika digunakan oleh orang yang berhati baik dan mahir, cerdas dalam
menggunakannya, ia akan mendatangkan manfaat, sebaliknya jika pisau yang tajam
itu digunakan oleh orang yang tidak mahir dan
tidak berhati baik, maka akan melahirkan kerusakan. Demikian juga halnya dengan teknologi sebagai alat dalam bermedia sosial. Karenanya kecanggihan
teknologi dan siapapun bisa
menggunakannya, maka
sangat bergantung kepada si pelakunya, bisa bermanfaat dan
bisa juga mendatangkan mudharat.
Mengutip
dalam himpunan putusan tarjih Muhammadiyah Terdapat beberapa etika dalam
bermedia sosial, setidakntya ada 14 etika yang harus dimiliki oleh
masing-masing pribadi, khususnya kaum muslimin dalam bermedia sosial supaya
lebih banyak mendatangkan manfaat dan dapat menebar kebaikan daripada sia-sia
dan menumpul lemudharatan. Ke 14 etika itu antara lain;
“Pertama, shiddiq artinya
benar-benar adanya, bukan post truth atau
informasi yang bias,” karena sesuatu yang dilakukan dengan benar dan jujur akan
membawa pada kebaikan, dan kebaikan akan mengantarkan dirinya ke syurga. Sebagaimana pesan Rasulullah SAW; dari Ibnu Mas’ud ra ‘kaian harus jujur,
karena jujur itu akan menunjukan jalan kebaikan, dan kebaikan mengarahkan ke
syurga, dan barangsiapa yang bersungguh-sungguh untuk jujur, maka baginya akan
dituliskan oleh Allah sebagai orang jujur, dan hati-hatilah dengan kebohongan,
karena kebohongan itu menunjukan jalan kejahatan dan sesungguhnya kejahatan itu
menyeret pelakunya ke neraka, dan seseorang yang selalu bohong dan
bersungguh-sungguh dalam kebohongannya, maka Allah akan mencatat dia sebagai
pembohong. HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Tirmidzi.
Kedua
adalah tawazun, berarti
rela mencari sumber lain. Tidak menerima satu informasi dan terburu-buru untuk
disebarkan, tapi searching informasi lainnya. Contoh seseorang yang mendapat infomasi, baik melalui
WA, TWITTER, IG DAN FB, dengan cepat mengeshare tanpa membaca isinya dengan
lengkap dan ini kebasaan yang kurang baik dalam bermedsos, solusinya seharusnya
baca dulu dengan detail, jika dirasa bermanfaat dan membawa pada kebaikan, baru
bisa di share.
Ketiga
adalah tabayyun. Masih berhubungan dengan tawazun, tabayyun adalah
mencari kebenaran dari yang menyampaikan berita secara langsung. KLARIFIKASI QS;49:6
“Contoh ada grup A
menyampaikan suatu berita, lalu kita klarifikasi atau tabayyun secara
langsung kepada yang posting tentang kebenarannya. Tidak justru meyakini dan
menyebarkannya apalagi berita tersebut negatif,” jelasnya.
Keempat, hurriyah, yaitu kebebasan untuk mendapatkan informasi.
Bukan kebebasan untuk menyebarkan BERITA saja.
“Maka kita mempunyai
kebebasan mencari informasi sebanyak-banyaknya agar seimbang dan tidak tumbang
karena hanya dapat dari satu sumber saja,”
Kelima
berkaitan dengan follower, subscriber, liker,
lover. bersikap adil dan profesional, maupun bagi para hater.
“Ndak boleh terlalu cinta jadi follower terhadap
selegram, sehingga apapun yang diposting kita ikuti,” sebagai
reminder diri (mengingatkan).
Keenam
adalah tabligh. Yakni informan tidak boleh menyembunyikan atau
menyebarkan informasi yang berbeda.
“sebagaimana
contoh dari Rasulullah SAW dalam memperoleh wahyu dari Allah SWT melalui
malaikat Jibril, tidak satupun ayat disembunyikan tetapi langsung disampaikan
kepada umatnya,”supaya dapat mencerahkan dan memajukan pola
pikir dan mentalnya.
Hal
ini, menurutnya, dapat diterapkan saat kita datang ke suatu pengajian lalu
pulang, materi itu langsung kita sampaikan kepada teman maupun keluarga. sebaiknya
dikaji ulang apa yang didengarnya, sebagaimana pesan Rasulullah SAW,
كفى بالمرء كذبا ان يحدث
بكل ما سمع
Cukupseseorang dikatakan berdusta, jika ia menceritakan
segala apa yang didengar HR.
Muslim;5.
Ketujuh
adalah amanah, mengorganisir informasi secara tertib
kepada audience.
“Jika kita punya akun
youtube atau instagram. Bagaimana kita mengorganisir akun tersebut tidak random
tapi urut, sehingga orang yang menjadi audience kita menarik apa yang
disampaikan,” ucapnya.
“Influencer informasi supaya tidak bosan maka
didesain melalui aplikasi canva misalnya.
Kata yang cuma singkat dan simpel dan biasa-biasa saja, jika didesain dan
diselipi emot akan menarik dibaca. Dan Netizen akan menunggu hal-hal baik yang
kita post,” supaya lebih menarik.
Kedelapan
adalah fathanah. Artinya
cerdas, Dalam hal ini kita perlu bijak dan arif dalam mengelola
informasi. Harus penuh kehati-hatian dan penyampaiannya dengan
indah dan tepat. Dan kehati-hatian termasuk amalan orang
briman dan sifat orang yang bertaqwa. QS.al-Mu’minun;23;57
Kesembilan,
rasional dan proporsional atau tidak baper (bawa
perasaan).
“Misalnya ada akun yang
menceritakan kehidupan suami istri yang so sweet, kita tidak
boleh memandingkan dengan diri kita, kenapa ya keluarga saya tidak seperti itu.
Sudah biarkan saja, begitulah kehidupan bermedia sosial. Yang dulu kita anggap
tidak pantas. Meskipun banyak follower tapi
belum tentu baik untuk kita. Dan tidak pula overdosis,”
Kesepuluh,
menghormati para pemberi dan penerima informasi. Hindari personal judgement, Fokus pada content. “Jika kita
tidak setuju dengan apa yang diinformasikan, jangan membuat komentar meskipun
kita benar. Tapi hormatilah orang yang memberi informasi. Biarin saja, kalau
kita klarifikasi, lakukan dengan baik,”
Kesebelas,
memahami secara jeli tentang posisi pemberi dan penerima informasi
sebagai insider/outsider
“Orang yang memberi
informasi pahamilah sebagai pembicara, tidak usah frontal dalam menanggapi.
Mungkin ibu-ibu di sini bilang. Saya tidak begitu Ustadzah! Melihat saja tidak
sempat apalagi menanggapi. Mungkin ilmu ini kita berikan kepada saudara atau
anak-anak kita Para generasi penerus bangsa,”
Keduabelas,
tidak mudah terprovokasi, tidak terburu-buru mengambil keputusan, namun kritis
selektif terhadap informasi.
“Contoh ada akun yang
informasikan satu tokoh atau dosen yang menyatakan sholat lima waktu itu tidak
ada haditsnya. Memang orang tersebut sudah didesain untuk membuat provokasi
memang orang sudah terkenal dan dibayar seperti itu. Akhirnya kita terpicu
untuk mencari dan membaca hadist. Biarin aja tidak usah terprovokasi,” yang menjurus kepada gosip, pertengkaran dan berujung
pada permusuhan, na’udzubillah
Ketigabelas, adalah kesediaan melakukan klarifikasi informasi yang
meragukan, kalau valid kita share dan
sosialisasi,” in syaa Allah akan bermanfaat dan memenuhi kebutuhan
saudara-saudara kita yang membutuhkannya, dan tentunya berpahala jariyah. Jika sebaliknya
amaka akan berdosa jariyah.
“Terakhir
keempatbelas, kontektualisasi al-jarh (ketercelaan) wa al-ta’dil (keterpujian)
dalam verifikasi informasi antara lain terkait dengan sifat adil bagi penyampai
informasi,”
Itulah beberapa etika
dalam bermedia sosial dengan fasilitas WA, FB, TWITER, IG DLL. Muda-mudahan
kita dan generasi kita ke depan dapat embentengi diri dalam bermain apapun yang
berhubungan dengan teknologi, media sosial online maupun lainnya, kita sebagai
orang tua atau sebagai pribadi bersama-sama berupaya untuk berlaku bijak dan
arif dalam setiap pergantian masa dan zaman, serta memahami, mengenal rambu-rambu
dan petunjuk dalam penggunakannya, supaya kita menjadi manusia yang selamat di
dunia dan selamat pula di akhirat kelak.
Wallahu a’lam bish shawab
Tidak ada komentar: