BAGAIMANA ETIKA BERMEDSOS DALAM KEHIDUPAN DIGITAL

BAGAIMANA ETIKA BERMEDSOS DALAM KEHIDUPAN DIGITAL
Oleh. Ustd. Ain Nurwindasari STHI MIRKH
(Anggota CMA/Corp Muballighat Aisyiyah Gresik)

 




Dunia digitalisasi saat ini tidak dapat lagi dibendung dan tidak bisa ditolak keberadaannya dalam kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat sosial se dunia. Disamping keberadaannya dapat memberikan dampak positif dalam memebuhi kebutuhan hajat hidup seseorang, tapi juga memiliki pengaruh negatif yang luar  biasa dalam perkembangan manusia dalam memposisikan diri sebagai manusia berakal/ al-Hayawan an-Nathiq, dan hanya manusialah yang berkemampuan mengelola dan memakmurkan bumi, dan dunia. Sebagaimana firman Allah SWT, 


وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَٰٓئِكَةِ إِنِّى جَاعِلٌ فِى ٱلْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوٓا۟ أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ ٱلدِّمَآءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّىٓ أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ


ingatlah, ketika Allah berfirman kepada para Malaikat, Saya akan menciptakan halifah di muka bumi, mereka berkata, apakah Engkau ingin menjadikan manusia yang akan merusak dan menumoahkan darah, padahal kami bertasbih dan memujiMu dan menyucikan namaMu. Dia berfirman, sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui QS.al-Baqarah;2;30.

 

Secara tektual ayat di atas cukup jelas fungsi manusia di muka bumi ini, selain beribadah juga mengelola kemakmuran bumi seisinya. Jadi manusia hidup di tengah perkembangan ilmu pengetahuan dan merebaknya teknologi yang begitu pesat dan sulit untuk dibendung. Maka sikap kita sebagai manusia berakal, dapat menyesuaikan diri dengan baik dan bijak terhadap situasi yang ada, minimal sikap kita tetap ada koredor ajaran agama ang diyakininya. Bagi yang beragama muslim, tentu dalam menghadapi berbagai permasalahan yang muncul di tengah-tengah kehidupan manusia, telah diatur dan di tentukan rambu-rambu dan nilai-nilai yang bermanfaat bagi keberlangsungan hidup manusia. Oleh karena itu, setiap perubahan akan membawa dampak dan pengaruh terhadap kehidupan masyarakat, hubungannya dengan media sosial dengan canggihnya teknologi saat ini, maka sangat dimungkinkan sekali untuk merubah pola dan gaya hidup seseorang, dalam proses perjaanannya lambat laun akan berdampat pula pada kehidupan masyarakat sosial.

 

Karenanya maka perubahan yang kita hadapi sangat berpulang pada siapa yang melakukannya, karena teknologi adalah alat dalam kehidupan bukan kehidupan itu sendiri, misalnya; pisau yang canggih dan tajam, tidak akan melukai dan mencelakai siapapun jika pelakunya lihai menggunakannya, dan jika digunakan oleh orang yang berhati baik dan mahir, cerdas dalam menggunakannya, ia akan mendatangkan manfaat, sebaliknya jika pisau yang tajam itu digunakan oleh orang yang tidak mahir dan tidak berhati baik, maka akan melahirkan kerusakan. Demikian juga halnya dengan teknologi sebagai alat dalam bermedia sosial. Karenanya kecanggihan teknologi dan siapapun bisa menggunakannya, maka sangat bergantung kepada si pelakunya, bisa bermanfaat dan bisa juga mendatangkan mudharat.

Mengutip dalam himpunan putusan tarjih Muhammadiyah Terdapat beberapa etika dalam bermedia sosial, setidakntya ada 14 etika yang harus dimiliki oleh masing-masing pribadi, khususnya kaum muslimin dalam bermedia sosial supaya lebih banyak mendatangkan manfaat dan dapat menebar kebaikan daripada sia-sia dan menumpul lemudharatan. Ke 14 etika itu antara lain;

 

“Pertama, shiddiq artinya benar-benar adanya, bukan post truth atau informasi yang bias,” karena sesuatu yang dilakukan dengan benar dan jujur akan membawa pada kebaikan, dan kebaikan akan mengantarkan dirinya ke syurga.  Sebagaimana pesan Rasulullah SAW;  dari Ibnu Mas’ud ra ‘kaian harus jujur, karena jujur itu akan menunjukan jalan kebaikan, dan kebaikan mengarahkan ke syurga, dan barangsiapa yang bersungguh-sungguh untuk jujur, maka baginya akan dituliskan oleh Allah sebagai orang jujur, dan hati-hatilah dengan kebohongan, karena kebohongan itu menunjukan jalan kejahatan dan sesungguhnya kejahatan itu menyeret pelakunya ke neraka, dan seseorang yang selalu bohong dan bersungguh-sungguh dalam kebohongannya, maka Allah akan mencatat dia sebagai pembohong. HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Tirmidzi.

 

Kedua adalah tawazun, berarti rela mencari sumber lain. Tidak menerima satu informasi dan terburu-buru untuk disebarkan, tapi searching informasi lainnya. Contoh seseorang yang mendapat infomasi, baik melalui WA, TWITTER, IG DAN FB, dengan cepat mengeshare tanpa membaca isinya dengan lengkap dan ini kebasaan yang kurang baik dalam bermedsos, solusinya seharusnya baca dulu dengan detail, jika dirasa bermanfaat dan membawa pada kebaikan, baru bisa di share.

 

Ketiga adalah tabayyun. Masih berhubungan dengan tawazuntabayyun adalah mencari kebenaran dari yang menyampaikan berita secara langsung. KLARIFIKASI QS;49:6

“Contoh ada grup A menyampaikan suatu berita, lalu kita klarifikasi atau tabayyun secara langsung kepada yang posting tentang kebenarannya. Tidak justru meyakini dan menyebarkannya apalagi berita tersebut negatif,” jelasnya.

 

Keempat, hurriyah, yaitu kebebasan untuk mendapatkan informasi. Bukan kebebasan untuk menyebarkan BERITA saja.

“Maka kita mempunyai kebebasan mencari informasi sebanyak-banyaknya agar seimbang dan tidak tumbang karena hanya dapat dari satu sumber saja,”

 

Kelima berkaitan dengan follower, subscriber, liker, lover. bersikap adil dan profesional, maupun bagi para hater.

Ndak boleh terlalu cinta jadi follower terhadap selegram, sehingga apapun yang diposting kita ikuti,” sebagai reminder diri (mengingatkan).

 

Keenam adalah tabligh. Yakni informan tidak boleh menyembunyikan atau menyebarkan informasi yang berbeda.

sebagaimana contoh dari Rasulullah SAW dalam memperoleh wahyu dari Allah SWT melalui malaikat Jibril, tidak satupun ayat disembunyikan tetapi langsung disampaikan kepada umatnya,”supaya dapat mencerahkan dan memajukan pola pikir dan mentalnya.

Hal ini, menurutnya, dapat diterapkan saat kita datang ke suatu pengajian lalu pulang, materi itu langsung kita sampaikan kepada teman maupun keluarga. sebaiknya dikaji ulang apa yang didengarnya, sebagaimana pesan Rasulullah SAW,


كفى بالمرء كذبا ان يحدث بكل ما سمع

Cukupseseorang dikatakan berdusta, jika ia menceritakan segala apa yang didengar HR. Muslim;5. 


Ketujuh adalah amanah, mengorganisir informasi secara tertib kepada audience.

“Jika kita punya akun youtube atau instagram. Bagaimana kita mengorganisir akun tersebut tidak random tapi urut, sehingga orang yang menjadi audience kita menarik apa yang disampaikan,” ucapnya.

Influencer informasi supaya tidak bosan maka didesain melalui aplikasi canva misalnya. Kata yang cuma singkat dan simpel dan biasa-biasa saja, jika didesain dan diselipi emot akan menarik dibaca. Dan Netizen akan menunggu hal-hal baik yang kita post,” supaya lebih menarik.

 

Kedelapan adalah fathanah. Artinya cerdas, Dalam hal ini kita perlu bijak dan arif dalam mengelola informasi. Harus penuh kehati-hatian dan penyampaiannya dengan indah dan tepat. Dan kehati-hatian termasuk amalan orang briman dan sifat orang yang bertaqwa. QS.al-Mu’minun;23;57

 

Kesembilan, rasional dan proporsional atau tidak baper (bawa perasaan).

“Misalnya ada akun yang menceritakan kehidupan suami istri yang so sweet, kita tidak boleh memandingkan dengan diri kita, kenapa ya keluarga saya tidak seperti itu. Sudah biarkan saja, begitulah kehidupan bermedia sosial. Yang dulu kita anggap tidak pantas. Meskipun banyak follower tapi belum tentu baik untuk kita. Dan tidak pula overdosis,”

 

Kesepuluh, menghormati para pemberi dan penerima informasi. Hindari personal judgement, Fokus pada content. “Jika kita tidak setuju dengan apa yang diinformasikan, jangan membuat komentar meskipun kita benar. Tapi hormatilah orang yang memberi informasi. Biarin saja, kalau kita klarifikasi, lakukan dengan baik,”

 

Kesebelas, memahami secara jeli tentang posisi pemberi dan penerima informasi sebagai insider/outsider

“Orang yang memberi informasi pahamilah sebagai pembicara, tidak usah frontal dalam menanggapi. Mungkin ibu-ibu di sini bilang. Saya tidak begitu Ustadzah! Melihat saja tidak sempat apalagi menanggapi. Mungkin ilmu ini kita berikan kepada saudara atau anak-anak kita Para generasi penerus bangsa,”

 

Keduabelas, tidak mudah terprovokasi, tidak terburu-buru mengambil keputusan, namun kritis selektif terhadap informasi.

“Contoh ada akun yang informasikan satu tokoh atau dosen yang menyatakan sholat lima waktu itu tidak ada haditsnya. Memang orang tersebut sudah didesain untuk membuat provokasi memang orang sudah terkenal dan dibayar seperti itu. Akhirnya kita terpicu untuk mencari dan membaca hadist. Biarin aja tidak usah terprovokasi,” yang menjurus kepada gosip, pertengkaran dan berujung pada permusuhan, na’udzubillah

 

Ketigabelas, adalah kesediaan melakukan klarifikasi informasi yang meragukan, kalau valid kita share dan sosialisasi,” in syaa Allah akan bermanfaat dan memenuhi kebutuhan saudara-saudara kita yang membutuhkannya, dan tentunya berpahala jariyah. Jika sebaliknya amaka akan berdosa jariyah.

 

“Terakhir keempatbelas, kontektualisasi al-jarh (ketercelaan) wa al-ta’dil (keterpujian) dalam verifikasi informasi antara lain terkait dengan sifat adil bagi penyampai informasi,”


Itulah beberapa etika dalam bermedia sosial dengan fasilitas WA, FB, TWITER, IG DLL. Muda-mudahan kita dan generasi kita ke depan dapat embentengi diri dalam bermain apapun yang berhubungan dengan teknologi, media sosial online maupun lainnya, kita sebagai orang tua atau sebagai pribadi bersama-sama berupaya untuk berlaku bijak dan arif dalam setiap pergantian masa dan zaman, serta memahami, mengenal rambu-rambu dan petunjuk dalam penggunakannya, supaya kita menjadi manusia yang selamat di dunia dan selamat pula di akhirat kelak.  Wallahu a’lam bish shawab



BAGAIMANA ETIKA BERMEDSOS DALAM KEHIDUPAN DIGITAL BAGAIMANA ETIKA BERMEDSOS DALAM KEHIDUPAN DIGITAL Reviewed by sangpencerah on Mei 15, 2024 Rating: 5

Tidak ada komentar: