PENTINGNYA
PEMIMPIN YANG ADIL
Oleh. Redaktur MPID PDM Kota Malang
Pesta demokrasi sudah berlalu, tinggal kita menunggu pola
kepemimpinan, kebijakan dan keadilan seorang pemimpin. Dalam masalah seperti
ini sah-sah saja kita berbeda pilihan, tapi ita bersatu dalam mmbangun sebuah
daerah artinya tidak ada lagi dukung mendukung, dan sudah saatnya bersatu padu
dalam kebersamaan, maka akan lebih cepat untuk mencapai keberhasilan dan
kesuksesan sesuai yang kita harapkan bersama. Allah SWT berfirman “.........................apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada
Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal (QS. Ali-Imran;3:159)
Salah
satu kuasa Allah SWT adalah Maha Melindungi. Orang-orang yang senantiasa beribadah,
melakukan segala perintah dan menjauhi larangan-Nya pastilah akan menjadi orang
yang dekat dengan Allah SWT sehingga
ia mendapatkan lindungan-Nya. Menurut Abu Bakar Jabir Al-Jazairi dalam bukunya
yang berjudul Ensiklopedi Muslim, Rasulullah SAW telah menjelaskan golongan orang-orang
yang akan dijaga Allah SWT. Termasuk di dalamnya adalah pemimpin yang adil
serta orang-orang yang gemar berdzikir
karena takut kepada Allah SWT. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dari Nabi SAW Beliau bersabda:
"Ada
tujuh orang yang dilindungi Allah di bawah lindungan-Nya pada hari tidak ada
lindungan kecuali lindungan-Nya: *Pemimpin yang adil,* pemuda yang
tumbuh dalam ibadah kepada Allah Ta'ala, orang yang hatinya menyatu dengan
masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah, keduanya bertemu
karena-Nya dan berpisah karena-Nya, orang yang menyendiri dzikir kepada Allah
kemudian matanya mengucurkan air mata, orang yang diajak oleh wanita yang
berketurunan baik dan cantik kemudian ia berkata, 'Aku takut kepada Allah
Ta'ala,' dan orang yang bersedekah kemudian ia merahasiakannya hingga tangan
kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan tangan kanannya." (HR. Bukhari).
Para
ulama menafsirkan hadits tersebut dengan merinci 7 golongan orang-orang yang
dijaga dan dilindungi Allah SWT. Namun penyebutan jumlah tujuh golongan ini
tidaklah menjadi pembatasan. Menurut Ulama ahli ushul, istilah ini disebut
dengan mafhumul 'adad ghairu murad, yaitu mafhum dari 'adad (bilangan)
itu tidak dimaksudkan. Sehingga apabila disebutkan tujuh, bukan berarti hanya
tujuh saja.
Penyebutan
pertama imam atau pemimpin yang adil ini bukan tanpa makna. Penyebutan pertama
imam atau pemimpin yang adil menunjukkan betapa pentingnya keadilan imam atau
pemimpin. Penyebutan pertama imam atau pemimpin yang adil menandai nilai
kehadirannya di tengah masyarakat karena berurusan dengan kepentingan publik
dan hajat hidup orang banyak, terutama sebagai pihak yang paling pertama
memenuhi kelompok dhuafa dan kelompok masyarakat yang terpinggirkan haknya.
Allah SWT
mengawali tujuh kelompok dengan menyebut ‘orang yang adil’ terlebih dahulu
karena kehidupannya itu menyangkut dirinya dan nasib orang banyak. Pemerintah
yang adil ini adalah ia yang mematahkan ‘duri’ orang-orang zalim dan pelaku
kriminal. Ia adalah sandaran kaum dhuafa dan orang-orang miskin. Dengan
kehadiran pemerintah yang adil, urusan publik terselesaikan sehingga mereka
merasa aman dan terjamin jiwa, harta, dan nama baiknya,”
Pemimpin
yang adil mampu mengambil keputusan dan kebijakan berdasarkan porsi yang tepat.
Mampu menerapkan kesetaraan dan kesempatan yang sama bagi semua kepentingan
masyarakatnya. Pemimpin yang adil berfungsi menegakkan, meluruskan, dan
memperbaiki segala kerusakan yang terjadi. Pengertian imam atau pemimpin yang
adil bukan lagi berbicara jenis kelamin atau terbatas pada aparat pemerintah
belaka.
Sebutan istilah Imam atau pemimpin memiliki pengertian yang luas. Kata imam atau pemimpin juga mencakup siapa yang mengemban amanah dalam bentuk apa pun yang dituntut untuk bersikap adil. Menurut Syekh Hasan Sulaiman Nuri dan Sayyid Alwi bin Abbas Al-Maliki, bahwa Imam atau pemimpin bisa diterjemahkan sebagai seorang suami, seorang istri, seorang ayah, seorang ibu, seorang anak, seorang guru, seorang murid, seorang kepala bagian, seorang komandan, dan lain sebagainya yang mengemban kewajiban tertentu. *“Imam atau pemimpin yang adil adalah pemerintah yang secara umum mengikuti perintah Allah SWT. Ia menempatkan segala sesuatu di tempatnya tanpa kelebihan dan tanpa kekurangan. Kata ‘pemerintah’ di sini mencakup presiden dan aparatnya sampai yang terbawah, seseorang yang berada di tengah istri dan anak-anaknya,”\
Sosok
pemimpin yang dirindukan Allah SWT adalah pemimpin yang adil dan jauh dari
sifat zalim. Baik zalim kepada dirinya sendiri maupun zalim kepada rakyatnya.
Kriteria pemimpin tersebut dikatakan dalam sebuah hadits sebagaimana dinukil
Bukhari Muslim dalam buku Resolusi Konflik dalam Masyarakat Melalui Teori
Perdamaian Perspektif Al-Qur'an.
Dari Abu
Said Al-Khudri ra: Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya manusia
yang paling dicintai Allah Azza Wajalla dan yang paling dekat tempat duduknya
pada hari kiamat adalah pemimpin yang adil, sedangkan manusia paling dibenci
oleh Allah dan paling jauh tempat duduknya di hari kiamat adalah pemimpin yang
zalim." (HR Tirmidzi)
Pemimpin
yang adil maksudnya adalah pemimpin yang mampu meletakkan semua perkara sesuai
pada tempatnya atau kadarnya masing-masing, tanpa ada yang dibedakan. Dalam
buku Akidah Akhlak karya Aminudin dan Harjan Syuhada disebutkan adil terhadap
orang lain adalah mampu menempatkan orang lain pada posisi yang sesuai. Oleh
karena itu, pemimpin yang adil yaitu pemimpin yang mampu memberikan hak-hak
orang lain, rakyatnya, dan bawahannya. Hak dan kewajiban yang dijalankan juga
harus selalu seimbang. Dengan selalu menerapkan perilaku adil, maka dirinya
akan termasuk dalam sosok pemimpin yang dirindukan Allah SWT. Dia akan mendapat
tempat duduk yang paling dekat dengan-Nya.
Pemimpin
yang dirindukan Allah SWT itu akan mendapat naungan di hari akhir kelak.
Dikutip dari buku Ringkasan Kitab Adab oleh Fuad bin Abdul Aziz Asy-Syalhub,
diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar bahwasanya Rasulullah SAW bersabda,
: "Sesungguhnya
orang-orang yang berlaku adil, di sisi Allah berada di atas mimbar-mimbar yang
terbuat dari cahaya, di sisi kanan Ar- Rahman Azza wa Jalla, dan kedua
Tangan-Nya kanan. Yaitu, orang- orang yang berlaku adil dalam menghukum dan
berlaku adil terhadap keluarga mereka dan terhadap bawahan mereka ketika mereka
berkuasa." (HR Muslim, Ahmad, dan An-Nasa'i)
Untuk
menjadi pemimpin yang dirindukan Allah SWT, dia harus sadar bahwa apa yang ia
terima mulai dari gaji hingga fasilitas kerja adalah pemberian dari rakyat yang
ia pimpin. Semuanya harus digunakan sesuai dengan amanah kepentingannya. Oleh
karena itu, menjadi sosok pemimpin yang adil merupakan perkara yang amat berat.
Sehingga, Rasulullah SAW menyebut pemimpin yang adil pertama kali dalam hadits
itu.
Pemimpin
yang ideal adalah solusi bagi bangsa dan negara Indonesia yang sedang tidak
baik-baik saja ini. Pemimpin terbaik sepanjang masa telah dicontohkan oleh
Baginda Rasulullah SAW sebagai umat terbaik dan Bapak Pendidikan Nasional
Indonesia yaitu Ki hajar Dewantara. Mereka semua adalah contoh nyata sosok
pemimpin yang adil, amanah, berkarakter kuat, dan mengayomi. Prinsip
kepemimpinan Ki Hajar Dewantara adalah Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya
Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Di depan menjadi teladan, di tengah
membangun semangat dan pembinaan, dari belakang memberikan dorongan
kemandirian. Hal ini jangan kita abaikan. Sebagus apapun teori kepemimpinan di
negeri ini jika tidak diselaraskan dengan kesadaran menumbuhkan jiwa
kepemimpinan tiap-tiap diri kita sebagai manusia yang juga menjadi bagian dari
warga masyarakat Indonesia maka semua itu adalah bohong belaka.
Setiap
pemimpin tidak boleh melakukan kezaliman pada orang-orang yang dipimpinnya.
Semua kebijakan harus mengacu pada kepentingan yang dipimpinnya. Jika
pemerintahan adil, kepemimpinan setiap kepala daerah terkoordinir dengan baik,
disertai dengan keselarasan penggunaan alam Indonesia yang makmur. Maka, akan
terwujud masyarakat indonesia yang sejahtera.
Memang secara
naluri, manusia punya harapan untuk membuat adil, cuma kadang terkendala oleh
situasi dan kondisi tertentu, sehingga rasa keadilan belum dapat dirasakan oleh
semua orang rakyat) akan tetapi minimal seorang pemimpin bisa membuat kebijakan
mendekati keadilan hal itu sudah bagus dan luar biasa, kenapa! Karena secara
fithrah manusia tidak bisa memenuhi keinginan dan kebutuhan semua orang. Semoga
kita mendapat pemimpin yang pro pada keadilan. Aamien.
Tidak ada komentar: