AGAR CINTA TAK BERTEPUK SEBELAH TANGAN

Oleh: Abuya Nanang Zakaria (NBM: 1135549) - Santri SKMM

Cinta merupakan naluri yang dimiliki setiap manusia, ia merupakan anugerah terindah yang diberikan oleh Allah Ta’ala. Namun tak semua cinta itu suci, tulus dan murni, adakalanya cinta juga mengandung kepura-puraan. Ada cinta yang hanya menghiasi bibir saja, tetapi ada juga cinta yang bersumber dari dalam lubuk hati yang paling dalam.
Cinta yang terindah adalah saat kita mencintai seseorang lantas orang tersebut juga mencintai kita. Sebaliknya, cinta yang menyakitkan adalah saat kita sudah menyampaikan perasaan cinta namun justru orang yang kita cintai tak merasa mencintai.
Umat Islam banyak yang mengaku mencintai Rasulullah Muhammad Shallallahu alaihi wasallam, namun apakah mereka juga yakin bahwa Rasulullah mencintainya?. Apakah mereka yakin bahwa Beliau menerima cinta mereka?. Nah, bagaimanakah agar cinta kepada Rasulullah tidak bertepuk sebelah tangan.
Beberapa langkah agar cinta kepada sang kekasih Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam tak bertepuk sebelah tangan:

1.Sering menyebut Namanya
Secara naluri manusia, jika ia menyukai sesuatu maka ia akan sering mengingat dan menyebutnya. Begitupula saat seseorang mengaku mencintai Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, tentu ia akan banyak mengingat dan menyebutnya. Menyebut nama beliau bisa dilakukan dengan cara berikut ini:

a. Perbanyak Sholawat
Tanda cinta seorang mukmin kepada Rasulullah adalah dengan memperbanyak membaca shalawat kepada beliau, tentunya dengan cara yang sopan dan beradab sesuai dengan tuntunan syari’at. Bahkan membaca shalawat kepada Rasulullah merupakan perintah dari Allah.

إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَٰٓئِكَتَهُۥ يُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِيِّۚ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ صَلُّواْ عَلَيۡهِ وَسَلِّمُواْ تَسۡلِيمًا   

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatNya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya” [(QS. Al Ahzab/33: 56)

b. Membaca Sejarahnya
Membaca dan mempelajari sirah perjalanan beliau, maka akan timbul rasa cinta kepada beliau karena dapat memahami betapa besarnya kecintaan dan perjuangan beliau demi menyelamatkan umat manusia dari kedzaliman.

2. Mentaatinya dan tidak menyelisihinya
Berusaha untuk selalu mentaatinya dan tidak menyelisihinya adalah upaya mewujudkan cinta yang tulus kepada beliau. Bahkan nyang demikian itu merupakan perintah dari Allah Ta’ala.
Firman Allah Ta’ala

وَمَآ ءَاتَىٰكُمُ ٱلرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَىٰكُمۡ عَنۡهُ فَٱنتَهُواْۚ   

“Dan apa yang diberikan Rasul (Shallallahu ‘alaihi wasallam) kepadamu maka terimalah, dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah” (QS. Al-Hasyr/59: 7)

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَأَطِيعُواْ ٱلرَّسُولَ وَأُوْلِي ٱلۡأَمۡرِ مِنكُمۡۖ 

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu…” (QS. An-Nisa/4: 59)

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَلَا تَوَلَّوۡاْ عَنۡهُ وَأَنتُمۡ تَسۡمَعُونَ  

“Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kamu berpaling dari pada-Nya, sedang kamu mendengar (perintah-perintah-Nya)” (QS. Al-Anfaal/8: 20)

3. Menjadikan suri tauladan
Mencintai Rasulullah berarti menjadikannya teladan dalam hal beribadah dan bermuamalah. Karena beliau adalah sebaik-baik teladan yang dipersiapkan untuk umat manusia. Allah berfirman:

لَّقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِي رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٞ لِّمَن كَانَ يَرۡجُواْ ٱللَّهَ وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡأٓخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرٗا  

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab/33: 21)

4. Membenarkan apa yang dibawanya
Pada hakikatnya apa yang disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bukan dari diri beliau sendiri melainkan berasal dari wahyu Allah yang disampaikan pada beliau. Hal ini sesuai dengan firman Allah Ta’ala:

وَمَا يَنطِقُ عَنِ ٱلۡهَوَىٰٓ إِنۡ هُوَ إِلَّا وَحۡيٞ يُوحَىٰ  

“Dan Tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (QS. An-Najm/53: 3-4)

5. Mencintainya di atas segalanya

كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ آخِذٌ بِيَدِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ فَقَالَ لَهُ عُمَرُ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَأَنْتَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ إِلَّا مِنْ نَفْسِي فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْكَ مِنْ نَفْسِكَ فَقَالَ لَهُ عُمَرُ فَإِنَّهُ الْآنَ وَاللَّهِ لَأَنْتَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ نَفْسِي فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْآنَ يَا عُمَرُ

“Umar berkata kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam: ‘Wahai Rasulullah, sungguh engkau sangat aku cintai melebihi apa pun selain diriku.’ Maka Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab: ‘Tidak, demi yang jiwaku berada di tangan-Nya, hingga aku sangat engkau cintai melebihi dirimu.’ Lalu ‘Umar berkata kepada beliau: ‘Sungguh sekaranglah saatnya, demi Allah, engkau sangat aku cintai melebihi diriku.’ Maka Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: ‘Sekarang (engkau benar), wahai ‘Umar.’”( HR. Al-Bukhari no. 6632) Shahih menurut ijma ulama, KItab Fathul Bari.

قُلۡ إِن كَانَ ءَابَآؤُكُمۡ وَأَبۡنَآؤُكُمۡ وَإِخۡوَٰنُكُمۡ وَأَزۡوَٰجُكُمۡ وَعَشِيرَتُكُمۡ وَأَمۡوَٰلٌ ٱقۡتَرَفۡتُمُوهَا وَتِجَٰرَةٞ تَخۡشَوۡنَ كَسَادَهَا وَمَسَٰكِنُ تَرۡضَوۡنَهَآ أَحَبَّ إِلَيۡكُم مِّنَ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَجِهَادٖ فِي سَبِيلِهِۦ فَتَرَبَّصُواْ حَتَّىٰ يَأۡتِيَ ٱللَّهُ بِأَمۡرِهِۦۗ وَٱللَّهُ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلۡفَٰسِقِينَ  قُلۡ إِن كَانَ ءَابَآؤُكُمۡ وَأَبۡنَآؤُكُمۡ وَإِخۡوَٰنُكُمۡ وَأَزۡوَٰجُكُمۡ وَعَشِيرَتُكُمۡ وَأَمۡوَٰلٌ ٱقۡتَرَفۡتُمُوهَا وَتِجَٰرَةٞ تَخۡشَوۡنَ كَسَادَهَا وَمَسَٰكِنُ تَرۡضَوۡنَهَآ أَحَبَّ إِلَيۡكُم مِّنَ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَجِهَادٖ فِي سَبِيلِهِۦ فَتَرَبَّصُواْ حَتَّىٰ يَأۡتِيَ ٱللَّهُ بِأَمۡرِهِۦۗ وَٱللَّهُ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلۡفَٰسِقِينَ  

“Katakanlah: "Jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan NYA". dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (QS. At-Taubah/9: 24)

6. Mencintai yang dicintainya dan membenci yang dibencinya
Mencintai orang yang dicintai oleh Rasulullah baik dari kalangan Ahlul bait maupun para sahabatnya dan tidak mencela apalagi mengkafirkan mereka, karena mencela mereka akan menyakiti hati beliau. Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَسُبُّوا أَصْحَابِي لَا تَسُبُّوا أَصْحَابِي فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا أَدْرَكَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلَا نَصِيفَهُ

“Janganlah kalian mencela para sahabatku. Demi (Allah)yang jiwaku berada ditanganya, seandainya salah seorang kalian berinfaq emas sebesar gunung Uhud, tidak akan menyamai satu mud mereka dan tidak pula separuhnya". (HR. Bukhari No. 3470. Shahih-Syarh shahih muslim Muslim No. 2540. At Tirmidzi No. 3952)
Begitupula seseorang yang mengaku mencintai hendaknya memusuhi orang yang memusuhi Allah dan RasulNya. Menjauhi orang yang menyelelisihi sunnahnya dan berbuat bid’ah dalam masalah agama, dan merasa berat atas semua perkara yang menyelisihi syari’at. Allah berfirman:

لَّا تَجِدُ قَوۡمٗا يُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ يُوَآدُّونَ مَنۡ حَآدَّ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَلَوۡ كَانُوٓاْ ءَابَآءَهُمۡ أَوۡ أَبۡنَآءَهُمۡ أَوۡ إِخۡوَٰنَهُمۡ أَوۡ عَشِيرَتَهُمۡۚ أُوْلَٰٓئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ ٱلۡإِيمَٰنَ وَأَيَّدَهُم بِرُوحٖ مِّنۡهُۖ وَيُدۡخِلُهُمۡ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَاۚ رَضِيَ ٱللَّهُ عَنۡهُمۡ وَرَضُواْ عَنۡهُۚ أُوْلَٰٓئِكَ حِزۡبُ ٱللَّهِۚ أَلَآ إِنَّ حِزۡبَ ٱللَّهِ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ  لَّا تَجِدُ قَوۡمٗا يُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ يُوَآدُّونَ مَنۡ حَآدَّ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَلَوۡ كَانُوٓاْ ءَابَآءَهُمۡ أَوۡ أَبۡنَآءَهُمۡ أَوۡ إِخۡوَٰنَهُمۡ أَوۡ عَشِيرَتَهُمۡۚ أُوْلَٰٓئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ ٱلۡإِيمَٰنَ وَأَيَّدَهُم بِرُوحٖ مِّنۡهُۖ وَيُدۡخِلُهُمۡ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَاۚ رَضِيَ ٱللَّهُ عَنۡهُمۡ وَرَضُواْ عَنۡهُۚ أُوْلَٰٓئِكَ حِزۡبُ ٱللَّهِۚ أَلَآ إِنَّ حِزۡبَ ٱللَّهِ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ  

"Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari Akhirat saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan RasulNya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak, atau saudara-saudara, ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka denga pertolongan yang datang daripadaNya. Dan dimasukkanNya mereka ke dalam Surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung" [QS. al Mujadilah/58: 22]

7. Mendakwahkan risalahnya
Mencintai Rasulullah berarti juga ikut berkontribusi dalam mendakwahkan risalah yang dibawa oleh beliau (Islam), sebagaimana firman Allah Ta’ala:

قُلۡ هَٰذِهِۦ سَبِيلِيٓ أَدۡعُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا۠ وَمَنِ ٱتَّبَعَنِيۖ وَسُبۡحَٰنَ ٱللَّهِ وَمَآ أَنَا۠ مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ  قُلۡ هَٰذِهِۦ سَبِيلِيٓ أَدۡعُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا۠ وَمَنِ ٱتَّبَعَنِيۖ وَسُبۡحَٰنَ ٱللَّهِ وَمَآ أَنَا۠ مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ  

“Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha suci Allah, dan aku tiada Termasuk orang-orang yang musyrik". (QS. Yusuf/12: 108)

Mari kita bersama-sama mengoreksi kepada diri kita sendiri, sudahkah kita mencintai Rasulullah dengan sepenuh hati sehingga cinta kita tidak bertepuk sebelah tangan. Ataukah cinta kita masih sebatas di bibir saja, sehingga cinta kita tidak bersahut dengan cinta beliau bahkan jangan sampai Rasulullah tidak mengenali diri kita. Wal iyadzu billah.

Bagikan Artikel ini