Pesan Spiritual Isro’ Mi’roj Antara Rasional – Irasional dan Wahyu

Oleh : H. Imam Abda’I,SH,SE,MM

Fenomena bersejarah dalam Islam yang luar biasa, terjadi satu tahun sebelum hijrah (10 tahun dari masa diutusnya Rasulullah SAW sebagai Nabi) tepatnya pada tanggal 27 Rajab. Untuk tahun ini bertepatan dengan tanggal 22 Maret 2020. Peristiwa ini begitu cepat dimana dalam waktu semalam menyelesaikan perjalanan jalur darat dan jalur udara. Zona destinasi Isra' dan Mi'raj merupakan titik-titik sejarah Nabi- Nabi sebelum Nabi Muhammad. Hal ini menunjukkan bahwa peristiwa Isra'Mi'raj bagian dari mu'jizat Rasulullah SAW. Tentang Mi'raj dijelaskan okeh Allah SWT sebagai berikut;
وَلَقَدْ رَاٰهُ نَزْلَةً اُخْرٰىۙ –(١٣)- عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهٰى – (١٤)- عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَأْوٰىۗ – (١٥)- اِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشٰىۙ – (١٦)- مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا طَغٰى – (١٧)- لَقَدْ رَاٰى مِنْ اٰيٰتِ رَبِّهِ الْكُبْرٰى – (١٨)

"Dan sesungguhnya dia (Nabi Muhammad SAW) telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, di Sidratul Muntaha. Di dekat (Sidratul Muntaha) ada syurga tempat tinggal. (Dia melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh suatu selubung. Penglihatannya tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar."QS. An-Najm:13-18                        
Peringatan Isra Mi’raj tidak hanya dijadikan momentum tunduknya akal pikiran kepada keimanan saja atau dengan bunga rampai cerita dan ritual peringatan , tetapi marilah juga menggugah kesadaran rasional kita menembus irasional akal manusia, maka akan menjadi  penting ketika akal pikir kita yang jernih  dapat menembus pesan-pesan Ilahi (wahyu) sehingga terbangun sikap keberagamaan yang bijak, yakni mengendalikan akal pikiran dengan keimanan agar tidak kering dari nilai-nilai spiritualitas dan mendasari keimanan dengan pijakan rasionalitas logika agar tidak terkotori oleh mitos-mitos tahayul.

Akan  menjadi sangat Penting pada pemahaman makna secara utuh dikarenakan masih adanya kalangan yang menilai peristiwa Isra Mi’raj sebagai peristiwa tunduknya akal kepada keimanan belaka. Maka obyektivitas peristiwa itu hanya bisa diterima melalui keyakinan akan kebenaran wahyu. Hal tersebut menunjukan bahwasanya kekuatan akal tidak diberi kebebasan untuk berintervensi didalamnya.

Bagi  kita peristiwa ini adalah berita yang datang dari wahyu (al-Isra, 17:1).tetapi sebagian kalangan lain peristiwa tersebut merupakan sebuah dilema antara doktrin agama dan rasionalitas logika. Kenyataan, peringatan Isra Mi’raj mengingatkan dan menggugah pada “konflik” antara sains dan wahyu. Pasalnya, peristiwa supranatural Isra Mi’raj merupakan persoalan yang sulit untuk dijelaskan secara rasional-empiris.Untuk mendekatkan hal itu barangkali kita memakai logika awam, bagaimana teknologi yang ada disekitar kita misal, Radio, Televisi dan Hand Pone (HP) melalui gelombang magnetic dapat mengirimkan suara, gambar atau tulisan SMS dari jarak yang jauh, maka tentu perlu kita kaji dari sisih sands dan teknologi untuk mendekatkan pada logika alam pikir kita.


TINJAUAN SAINS DAN WAHYU

Kecepatan Cahaya dalam Al-Quran

Al quran menegaskan bahwa bangsa Malaikat dan Jin dapat bergerak atau berpindah tempat dengan sangat cepat, bahkam banyak diantaranya yang mampu berpindah tempat atau membawa sesuatu benda berat dengan hanya kedipan mata, apa yang dimilki oleh golongan Malaikat dan bangsa Jin, itu karena kecepatan mereka di atas kecepatan cahaya, benarkah kemampuan mereka diatas kecepatan cahaya?

Kecepatan cahaya Adalah kecepatan tercepat yang diyakini bisa dicapai oleh sebuah benda di alam semesta ini, Kecepatan cahaya dalam sebuah vakum adalah 299.792.458 meter per detik (m/s) atau 1.079.252.848,8 kilometer per jam (km/h) atau 186.282.4 mil per detik (mil/s) atau 670.616.629,38 mil per jam (mil/h). Kecepatan cahaya ditandai dengan huruf c, yang berasal dari bahasa Latin celeritas yang berarti “kecepatan”, dan juga dikenal sebagai konstanta Einstein. Kecepatan cahaya sampai saat ini masih diakui sebagi kecepatan yang paling tercepat dari kemampuan bergerak suatu benda apapun. (Majalah Sains2009)

Al Qur’an menehgaskan tentang kecepatan cahaya.


هُوَ الَّذِيْ جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاۤءً وَّالْقَمَرَ نُوْرًا وَّقَدَّرَهٗ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوْا عَدَدَ السِّنِيْنَ وَالْحِسَابَۗ مَا خَلَقَ اللّٰهُ ذٰلِكَ اِلَّا بِالْحَقِّۗ يُفَصِّلُ الْاٰيٰتِ لِقَوْمٍ يَّعْلَمُوْنَ - ٥


Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (jalan-jalan) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan. Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan haq. Dia menjelaskan tanda-tanda kepada orang-orang yang mengetahui.Qs. 10 Yunus: 5.


وَهُوَ الَّذِيْ خَلَقَ الَّيْلَ وَالنَّهَارَ وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَۗ كُلٌّ فِيْ فَلَكٍ يَّسْبَحُوْنَ - ٣٣


Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya. Qs. 21 Anbiyaa: 33


يُدَبِّرُ الْاَمْرَ مِنَ السَّمَاۤءِ اِلَى الْاَرْضِ ثُمَّ يَعْرُجُ اِلَيْهِ فِيْ يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهٗٓ اَلْفَ سَنَةٍ مِّمَّا تَعُدُّوْنَ - ٥


Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadaNya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu Qs. 32 Sajdah: 5


Hakikat Tujuh Langit

Peristiwa isra' mi'raj yang menyebut-nyebut tujuh langit mau tak mau mengusik keingintahuan kita akan hakikat langit, khususnya berkaitan dengan tujuh langit yang juga sering disebut-sebut dalam Al-Qur'an. Bila kita dengar kata langit, yang terbayang adalah kubah biru yang melingkupi bumi kita. Benarkah yang dimaksud langit itu lapisan biru di atas sana dan berlapis-lapis sebanyak tujuh lapisan? Warna biru hanyalah semu, yang dihasilkan dari hamburan cahaya biru dari matahari oleh partikel-partikel atmosfer. Langit (samaa' atau samawat) berarti segala yang ada di atas kita, yang berarti pula angkasa luar, yang berisi galaksi, bintang, planet, batuan, debu dan gas yang bertebaran. Dan lapisan-lapisan yang melukiskan tempat kedudukan benda-benda langit sama sekali tidak ada. Bilangan 'tujuh' sendiri dalam beberapa hal di Al-Qur'an tidak selalu menyatakan hitungan eksak dalam sistem desimal. Di dalam Al-Qur'an ungkapan 'tujuh' atau 'tujuh puluh' sering mengacu pada jumlah yang tak terhitung. Misalnya,  

مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنْۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِيْ كُلِّ سُنْۢبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۗوَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ - ٢٦١


"Siapa yang menafkahkan hartanya di jalan Allah ibarat menanam sebiji benih yang menumbuhkan TUJUH tangkai yang masing-masingnya berbuah seratus butir. Allah MELIPATGANDAKAN pahala orang-orang yang dikehendakinya...." Q.S. Al-Baqarah:261  

وَلَوْ اَنَّ مَا فِى الْاَرْضِ مِنْ شَجَرَةٍ اَقْلَامٌ وَّالْبَحْرُ يَمُدُّهٗ مِنْۢ بَعْدِهٖ سَبْعَةُ اَبْحُرٍ مَّا نَفِدَتْ كَلِمٰتُ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ - ٢٧


"Jika seandainya semua pohon di bumi dijadikan sebagai pena dan lautan menjadi tintanya dan ditambahkan TUJUH lautan lagi, maka tak akan habis Kalimat Allah : Q.S. Luqman:27                                      
 \
PARADIGMA BARU                  
                                                                                                    
Mari kita tinjau pada paradigma ala abad pertengahan sampai akhir abad ke-13 yang cenderung mistisistis-spiritualis, peristiwa ini tidaklah sulit untuk dipahami dan diterima secara obyektif. Karena perjalanan suci ini melibatkan sosok manusia suci, Muhammad SAW. Namun, pada era Renaisans awal abad ke-14, ketika peradaban umat manusia didominasi oleh paradigma sekulalrisme yang memberikan label pemisah antara kehidupan dengan urusan agama dan akhirat, obyektivitas peristiwa semacam Isra Mi’raj mulai tergoyah oleh pemikiran yang rasionalis. Dimana, pemikiran rasional-positif hanya menerima kebenaran ketika ia dapat dijelaskan secara logis dan dapat dibuktikan secara empiris. Lantas, memasuki abad ke-20 terjadi revolusi paradigma sains modern yang dipelopori oleh saintis ternama, Albert Einstein. Dalam pandangannya, keyakinan akan peristiwa-peristiwa supranatural semacam itu terletak pada ranah yang belum dapat dijustifikasi oleh sains.

Jadi, dalam konteks momentum Isra Mi’raj diharapkan adanya pemahaman yang dapat menjembatani dua paradigma yang bersebrangan, sains modern dan wahyu yang berlanjut terhadap adanya pemahaman tentang kedalaman makna trans Isra Mi’raj secara utuh. Sebab jika meneropong Isra Miraj dengan rasionalitas logika tanpa melihat doktrin wahyu, secara tidak langsung akan menghambarkan nilai-nilai yang terkandung dibalik momentum supranatural tersebut. Sebaliknya meneropong Isra Mi’raj dengan doktrin wahyu tanpa dasar-dasar rasionalitas logika, momentum supranatural tersebut rawan dihinggapi mitos-mitos tahayul, sedangkan doktrin wahyu harus tetap dijadikan sumber utama yang memberikan pasokan nilai-nilai dibalik peristiwa supranatural tersebut. Dengan demikian, paradigma sains akan membawa umat beragama pada sikap keberagamaan dan spiritual yang cenderung rasional kritis. Maka sebagai hamba yang beriman yang memiliki gelar ulul albab pemaknahan informasi Allah SWT  


سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ - ١


“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Isra’ (17): 1). 

Adalah kebenaran yang diterima pada alam pikir rasional dan irasional manusia seraya mengagungkan dan kekuasaan Allah SWT. Wallahu’alam bisshowaah..

Pesan Spiritual Isro’ Mi’roj Antara Rasional – Irasional dan Wahyu Pesan Spiritual Isro’ Mi’roj  Antara  Rasional – Irasional dan Wahyu Reviewed by sangpencerah on Maret 26, 2020 Rating: 5

Tidak ada komentar: