Memburu Keutamaan Sedekah

Memburu Keutamaan Sedekah

Oleh: Ahmad Fatoni, Lc., M.Ag.
Kaprodi PBA Universitas Muhammadiyah Malang, Wakil Ketua Majelis Tabligh PDM Kabupaten Malang


 مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنْۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِيْ كُلِّ سُنْۢبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۗوَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ 


“Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan harta mereka di jalan Allah adalah serupa dengan butir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada setiap butir seratus biji. Allah (terus-menerus) melipat gandakan bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 261)


ALKISAH, ada seorang lelaki dari kaum Anshar yang tidak memiliki apa-apa tatkala Rasulullah menganjurkan para sahabat agar bersedekah. Lelaki Anshar itu bernama Albah bin Zaid. Ia mendapati dirinya tidak memiliki sesuatu untuk disedekahkan. Tentu saja maksudnya harta. Tiba-tiba ia melantunkan sebuah do’a. “Ya Allah, aku tidak punya harta yang bisa aku sedekahkan. Maka, siapa saja dari kaum Muslimin yang pernah menyakiti kehormatan diriku, maka itu aku sedekahkan untuk mereka.”

Esok harinya orang-orang datang menemui Rasulullah . Masing-masing membawa apa yang bisa disedekahkan, bukan untuk Rasulullah sendiri. Sebab Rasulullah tidak menerima sedekah. Tapi mereka ingin menunjukkan betapa mereka telah menyambut perintah Rasulullah dengan segera, dan memberikan sedekah kepada yang berhak menerimanya. Ketika orang-orang itu datang, Rasulullah  bertanya  kepada  mereka,  “Mana  orang   yang  kemarin  bersedekah  dengan kehormatan       dirinya?”              Albah    berdiri, “Aku      wahai     Rasulullah.”        “Ketahuilah, sesungguhnya Allah telah menerima sedekahmu,” jelas Rasulullah Lelaki tak punya harta itu ternyata bisa melampaui ketebatasan finansial yang bisa menghentikannya dari memberi manfaat bagi sesama. Ia tidak punya apa-apa. Namun ia tidak cuma diam. Ia melawan keterbatasan tidak dengan meratapinya. Ia mengubah keterbatasan dengan menyiasatinya, lalu mencari alternatif lain dalam bersedekah. Bahagianya lagi, sedekah itu telah benar-benar diterima oleh Allah. ’Kwitansi’ penerimaannya disampaikan langsung oleh Rasulullah .


Makna Sedekah

Sedekah dapat dimaknai sebagai suatu pemberian yang diberikan oleh seorang Muslim kepada orang lain secara spontan dan sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu dengan mengharap ridha dari Allah semata. Sedekah dalam pengertian semacam ini sangat dianjurkan dalam Islam. Banyak sekali ayat Al-Quran yang menganjurkan kaum muslimin agar senantiasa memberikan sedekah. Di antara ayat yang dimaksud adalah yang artinya: Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan harta mereka di jalan Allah adalah serupa dengan butir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada setiap butir seratus biji. Allah (terus-menerus) melipat gandakan bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia- Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Baqarah: 261).


Ayat di atas turun menyangkut kedermawanan Utsman Ibn ’Affan dan Abdurrahman bin’Auf yang datang membawa harta mereka untuk membiayai perang Tabuk. Melalui ayat ini Allah berpesan kepada yang berpunya agar tidak merasa berat membantu, sebab apa yang dinafkahkan akan tumbuh berkembang dengan berlipat ganda (Tafsir Al-Mishbah, vol 1, h. 567).

Dengan perumpamaan yang mengagumkan itu, sebagaimana dipahami dari kata مَثَلُ (matsal),  ayat  ini  mendorong  manusia  untuk  bersedekah.  Bukankah  jika  ia menanam sebutir di tanah, tidak lama kemudian ia akan mendapatkan benih tumbuh berkembang sehingga menjadi tumbuhan yang menumbuhkan buah yang sangat banyak? Kalau tanah yang diciptakan Allah memberikan sebanyak itu, apakah engkau, hai manusia, ragu menanamkan hartamu di jalan Allah? Apakah keyakinanmu kepada tanah, melebihi keyakinanmu kepada Sang Pencipta tanah? (Tafsir Al-Mishbah, vol 1, h. 567)

Penyebutan angka tujuh pada ayat tersebut tidak harus dipahami dalam arti angka di atas enam dan di bawah delapan. Angka itu berarti banyak. Bahkan pelipatgandaan itu tidak hanya tujuh ratus kali, tetapi lebih dari itu. Allah (terus- menerus) melipat gandakan bagi siapa yang Dia kehendaki sesuai dengan keikhlasannya beramal (Tafsir Ibn Katsir, h. 438). Jangan menduga bahwa Allah tidak mampu memberi sebanyak mungkin. Bagaimana mungkin Dia tidak mampu, bukankah Allah Mahaluas anugerah-Nya. (Tafsir Al Mishbah, vol 1, h. 567). Yakinlah bahwa Dia Maha Mengetahui,siapa yang berhak menerima karunia-Nya dan siapa yang tidak. (Tafsir Ibn Katsir, h. 438).

Demikian pula hadis yang menganjurkan sedekah tidak sedikit jumlahnya. Di dalam salah satu hadis, Rasulullah bersabda, Sebaik-baik orang di antara kamu adalah yang memberi makan dan menjawab salam (HR Ahmad bin Hanbal). Para fuqaha’ sepakat bahwa hukum sedekah pada dasarnya adalah sunnah, berpahala bila dilakukan dan tidak berdosa bila ditinggalkan. Selain sunnah, ada kalanya pula hukum sedekah menjadi haram, yaitu dalam kasus seseorang yang bersedekah dan tahu pasti bahwa orang yang menerima sedekah akan menggunakan sedekahnya itu untuk kemaksiatan.

Hukum sedekah juga terkadang berubah menjadi wajib, yaitu ketika seseorang bertemu dengan orang lain yang sedang kelaparan hingga dapat mengancam keselamatan jiwanya, sementara seseorang tadi memiliki makanan lebih dari apa yang ia butuhkan saat itu. Hukum sedekah juga menjadi wajib jika seseorang bernazar hendak bersedekah kepada seseorang atau lembaga tertentu.


Sedekah lebih utama jika diberikan secara diam-diam dibandingkan diberikan secara terang-terangan, dalam arti diberitahukan atau diberitakan kepada umum. Hal ini sejalan dengan sebuah hadis Nabi dari sahabat Abu Hurairah, bahwa salah satu kelompok hamba Allah yang mendapat naungan dari-Nya di hari kiamat kelak adalah seseorang yang memberi sedekah dengan tangan kanannya lalu ia sembunyikan seakan-akan tangan kirinya tidak tahu apa yang telah diberikan oleh tangan kanannya tersebut.

Setiap muslim pada dasarnya bisa bersedekah. Kata Rasulullah : “Setiap muslim bisa bersedekah. Para shahabat bertanya, ‘wahai Rasulullah, bagaimana jika tidak mampu?’ Jawab Rasulullah , ‘bekerjalah dengan tangan sendiri sehingga bermanfaat bagi dirinya, lalu ia bersedekah.’ Para shahabat bertanya lagi, ‘bagaimana jika tidak mampu?’ Jawab Rasulullah , ‘menolong orang yang mempunyai kebutuhan dan yang sedang susah.’

Para shahabat bertanya lagi, ‘bagaimana jika dia tidak dapat melakukannya?’ Jawab Rasulullah , ‘memerintahkan berbuat baik atau berbuat makruf.’ Para shahabat bertanya lagi, ‘jika dia tidak dapat melakukannya?’ Jawab Rasulullah , ‘menahan diri dari berbuat buruk, maka hal itu merupakan sedekah bagi dirinya.’ (HR. Bukhari dan Muslim).

Kisah lelaki di awal tulisan di atas, bisa saja merasa tidak perlu bersedekah dengan alasan ia tidak punya apa-apa. Tapi ia sadar, bersedekah pada hakikatnya memberi untuk diri sendiri, meski secara lahir memberi untuk orang lain. Lelaki miskin itu tetap berupaya sebisanya untuk memburu keutamaan sedekah dalam bentuk apa pun, termasuk harga dirinya. Memang, sedekah umumnya lebih menjurus kepada barang seperti makanan, minuman atau pakaian yang dapat dimanfaatkan oleh orang lain.


Keutamaan Sedekah

Sedekah merupakan amalan utama yang dapat meningkatkan iman kita dan juga rasa keperdulian kita. Berikut di antara keutamaan sedekah. 


Pertama, menghapus dosa. Rasulullah bersabda, “Sedekah itu dapat menghapus dosa sebagaimana air itu memadamkan api.“ (HR. At-Tirmidzi). Sedekah, itulah cara mudah yang disediakan Allah agar dapat mengikis perbuatan-perbuatan dosa kita.


Kedua, mengutamakan sedekah tidak akan mengurangi harta. Rasulullah bersabda, “Harta tidak akan berkurang dengan sedekah. Dan seorang hamba yang pemaaf pasti akan Allah tambahkan kewibawaan baginya.” (HR. Muslim). Itulah mengapa kita dianjurkan untuk bersedekah. Bukan hanya membersihkan diri dari dosa, tetapi keutamaan sedekah juga dapat mendatangkan rizeki lagi kepada kita.


Ketiga, meningkatkan empati sosial. Sedekah adalah proses memberikan apa yang kita miliki baik dari segi materil ataupun non materil pada orang yang membutuhkan. Bersedekah tersebut tidak hanya bisa dilakukan untuk membantu orang lain yang sedang kesusahan, namun juga melatih rasa empati kita, terutama kepada penerima sedekah tersebut.


Keempat, menyembuhkan Penyakit. Rasulullah pernah menyatakan, Bentengilah hartamu dengan cara berzakat dalam Islam, obati orang-orang sakit (dari kalanganmu) dengan cara bersedekah dan persiapkan doa untuk menghadapi datangnya bencana.” (HR. Ath-Thabrani).


Kelima, pemisah diri dari neraka. Bersedekah dengan memberikan uang, makanan, pakaian, dan lainnya, akan menjadi pemisah diri kita dari api neraka saat kiamat datang. Rasulullah bersabda, Jauhkan diri kalian semua dari api neraka walaupun hanya dengan (sedekah) sebutir kurma“. (Muttafaqun ‘alaih).


Sungguh agung dan besar keutamaan bersedekah, Akan tetapi, suatu amalan tidak akan menjadi agung, tanpa diiringi dengan niat yang ikhlas serta selaras dengan tuntunan Rasulullah . Semoga Allah memudahkan kita untuk berlomba-lomba dalam bersedekah baik sedekah berupa materi, tenaga, pikiran maupun ucapan. Āmīn.





Memburu Keutamaan Sedekah Memburu Keutamaan Sedekah Reviewed by sangpencerah on November 13, 2020 Rating: 5

Tidak ada komentar: