MENGAPA ORANG KAFIR MEMPERMAINKAN KITA


MENGAPA ORANG KAFIR MEMPERMAINKAN KITA

Oleh: Ahda Bina Afianto

Hadirin Shalat Jumat rahimakumullah….

Pertama, marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT. Yang dengan izin-Nya pada hari ini kita masih diberikan kekuatan dan kesempatan untuk menunaikan salah satu syariat Islam, yaitu shalat Jumat yang sebentar lagi akan kita laksanakan. Dimana kita tiba di tempat yang mulia ini dengan kondisi tubuh sehat wal afiat.

Kedua, semoga shalawat dan salam senantiasa tercurahkan pada junjungan kita Nabi Besar Muhammad saw, keluarga dan para sahabat beliau. Yang dengan perantaraan jasa-jasa beliau itulah, hingga hari ini kita bisa menikmati indahnya hidup dalam naungan iman dan Islam.

Selanjutnya, marilah bersama-sama kita tingkatkan takwa kita kepada Allah SWT. Takwa yang bisa kita raih dengan meninggalkan seluruh larangan- Nya, baik dosa besar maupun dosa kecil. Sebab yang kecil bila sering kita lakukan pada akhirnya juga akan menjadi banyak dan semakin besar. Takwa yang menjadi sempurna bila kita mampu meninggalkan sebagian yang mubah atau halal. Seperti tidur dan makan makanan yang halal adalah mubah. Namun bila kita bisa mengurangi tidur untuk shalat tahajud dan mengurangi makan untuk berpuasa sunnah, maka itu merupakan diantara pintu menuju kesempurnaan takwa.


Jamaah Shalat Jumat yang dimuliakan Allah SWT....

Sosok yang amat dimuliakan umat Islam di seluruh penjuru dunia. Pribadi yang nama beliau kita dengar minimal sebanyak 5 kali sehari, dimana adzan tidak akan lengkap tanpa beliau. Pribadi yang nama beliau wajib kita sebut setiap hari paling tidak sebanyak 7 kali, karena shalat kita lima waktu tidak akan sah tanpa menyebut nama beliau. Pribadi yang harus kita sebut nama beliau sewaktu kita mengucapkan kalimah syahadah, yang tanpa menyebut nama beliau maka keislaman dan  keimanan kita tidak akan sah. Muhammad saw....

Muhammad saw. Pribadi yang amat kita muliakan tersebut telah, sedang dan kemungkinan besar akan terus dilecehkan oleh umat lain, kaum kafir. Maka

sudah selayaknya bila di mana-mana kita saksikan umat Islam menampakkan dan menyatakan kemarahannya. Seperti ketika kita sedang berjalan di jalan raya, kemudian tanpa alasan tiba-tiba seseorang yang kebetulan berpas-pasan meludahi wajah kita. Sudah barang tentu kita berhak marah atau malah kalau perlu kita hajar orang tersebut sebagai balasan perbuatan buruknya.


Tetapi, Jamaah Jumat yang terhormat....

Setelah kita pulang ke rumah, masuk ke dalam rumah dan menyendiri dalam kamar, tentu peristiwa tersebut membuat kita berpikir: “Kenapa orang itu berani-beraninya meludahi wajah kita?! Apakah orang tadi adalah orang gila alias tidak waras? Salah meludah? Atau memang sengaja meludahi kita?”

Bila jawabannya bahwa ternyata orang tersebut sengaja meludahi kita, timbul pertanyaan baru: “Mengapa orang lain itu meludahi kita? Apakah karena dia benci kepada kita? Dia menganggap remeh diri kita? Atau karena diri kita yang memang tidak punya harga diri, sehingga membuat orang itu iseng menghina kita?”

Sebuah jawaban yang amat pahit harus kita terima. Bahwa umat  lain berani meludahi wajah kita. Umat lain berani menginjak-injak kepala kita. Umat lain berani melecehkan harga diri kita. Adalah karena kita tidak punya sesuatu yang membuat mereka takut melakukan semua itu. Karena mereka yakin kita tidak akan bisa membalas perbuatan mereka. Atau malah mereka sangat menikmati pemandangan umat Islam yang sedang marah dan melampiaskan emosinya.

Sampai di sini masih ada satu pertanyaan lagi: “Kenapa umat Islam lemah? Kenapa umat Islam tidak punya kekuatan?”


Jamaah Shalat Jumat yang saya hormati....

Seribu empat ratus tahun yang lalu, empat belas abad yang lalu Baginda Muhammad saw. telah memberikan peringatan kepada kita semua. Sebuah peringatan yang beliau sampaikan sebagai bentuk kasih sayang beliau kepada kita semua. Supaya kita semua selalu waspada menjaga diri dan kehormatan umat Islam. Sebuah peringatan yang juga merupakan sebuah ramalan.

عَنْ ثَوْبَانَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُوشِكُ الْأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا فَقَالَ قَائِلٌ وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ قَالَ بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزَعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمْ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمْ الْوَهْنَ فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهْنُ قَالَ حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ


Referensi: https://almanhaj.or.id/3699-solusi-untuk-mengentaskan-kehinaan-yang-menimpa-umat.html

“Dari Tsauban Maula Rasulullah saw, beliau berkata:

“Rasulullah saw bersabda, “Akan tiba suatu saat dimana seluruh manusia bersatu padu melawan kalian dari segala penjuru, seperti halnya berkumpulnya manusia mengelilingi meja makan.”

Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah itu terjadi karena waktu itu jumlah kami sedikit?”

Beliau menjawab, “Pada saat itu jumlah kalian banyak. Namun kalian dalam kondisi tiada daya seperti buih di lautan. Allah mencabut rasa takut dari dada musuh kalian, dan mencampakkan ke dalam hati kalian al-wahn.”

Para sahabat bertanya, “Apakah itu al-wahn?” Beliau menjawab, “Cinta dunia dan takut mati.” (Hadits Riwayat Imam Ahmad)


Al-wahn: Cinta dunia dan takut mati.

Cinta dunia. Semua yang dia kerjakan adalah untuk kepentingan duniawi saja. Semua yang dia lakukan berorientasi pada keuntungan dunia semata. Semua transaksi hanya akan diteken bila diyakini memberikan keuntungan duniawi. Dan sebaliknya. Dia enggan melakukan sesuatu yang tidak mendatangkan keuntungan duniawi. Dia menghindari sebisa mungkin semua pekerjaan yang tidak memberikan manfaat materi. Semua diukur dengan hitungan materi. Tidak perlu jauh-jauh, tidak perlu menunjuk orang lain. Bila sifat tersebut telah melekat pada diri kita, bila itu pula yang kita kerjakan, maka kita harus waspada. Bahwa itu termasuk ciri-ciri orang yang cinta dunia.

Karena saking disibukkan oleh kepentingan duniawi, kita menjadi lupa untuk mempersiapkan diri bertemu dengan Allah. Karena saking sibuknya dengan urusan duniawi, kita lupa memepersiapakan bekal di akhirat. Sebagai akibatnya kita takut bertemu dengan Allah. Seperti seorang pelajar yang selalu sibuk mengobrol dengan temannya, atau tertidur ketika guru menerangkan pelajaran, pulang di rumah tidak pernah belajar, maka dipastikan bila telah tiba waktu ujian,

dia akan berusaha sebisa mungkin menghindari  ujian tersebut. Atau dia akan meminta supaya ujian diundur.

Maka pengertian takut mati di sini adalah takut bertemu dengan Allah. Karena kematian adalah sebuah pintu yang harus dilewati oleh seluruh manusia bila dia ingin bertemu dengan Allah. Dan tujuan bertemu dengan Allah tiada lain adalah untuk mempertanggunjawabkan seluruh fasilitas yang telah dinikmati manusia sewaktu hidup di dunia ini.


Jamaah shalat Jumat Rahimakumullah....

Karena cinta dunia dan takut mati inilah umat Islam menjadi lemah. Karena cinta dunia dan takut mati inilah umat Islam kehilangan sumber kekuatannya. Karena cinta dunia dan takut mati inilah pada gilirannya umat lain berani bermain-main bahkan menginjak-injak harga diri kita.

Maka bila kita tidak mau umat lain merendahkan martabat kita, tidak ada pilihan lain. Kita harus mengusir jauh-jauh sifat cinta dunia dan takut mati itu. Kita harus melawan dengan segenap kekuatan yang kita miliki untuk mengalahkan nafsu kita sendiri.





MENGAPA ORANG KAFIR MEMPERMAINKAN KITA MENGAPA ORANG KAFIR MEMPERMAINKAN KITA Reviewed by sangpencerah on Desember 03, 2020 Rating: 5

Tidak ada komentar: