وَعَنْ أبي يَزِيدَ مَعْنِ بْن يَزِيدَ بْنِ الأَخْنسِ رضي الله عَنْهمْ، وَهُوَ وَأَبُوهُ وَجَدّهُ صَحَابِيُّونَ، قَال: كَانَ أبي يَزِيدُ أَخْرَجَ دَنَانِيرَ يَتصَدَّقُ بِهَا فَوَضَعَهَا عِنْدَ رَجُلٍ في الْمَسْجِدِ فَجِئْتُ فَأَخَذْتُهَا فَأَتيْتُهُ بِهَا. فَقَالَ: وَاللَّهِ مَا إِيَّاكَ أَرَدْتُ، فَخَاصمْتُهُ إِلَى رسولِ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم فَقَالَ: “لَكَ مَا نويْتَ يَا يَزِيدُ، وَلَكَ مَا أَخذْتَ يَا مَعْنُ “رواهُ البخاريُّ.
Lughatul Hadits:
Shohabiyun: Sahabat, yaitu siapapun yang pernah berkumpul bersama Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam semasa hidupnya walaupun hanya sejenak, dan meninggal dalam keadaan beriman. Ini adalah pendapat secara umum.
Adapun menurut pendapat para ushuliyun: Sahabat adalah siapapun yang senantiasa membersamai Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam, atau bersama dengan Beliau dalam kurun waktu yang lama, sampai pantas ia disebut sebagai sahabat.
Laka maa nawaita: Bagimu apa yang engkau niatkan, maksudnya bagimu pahala seperti yang engkau niatkan, karena meniatkan shadaqah dirham kepada yang membutuhkan, dalam hal ini anaknya juga butuh, meskipun tidak diniatkan untuk anaknya.
Laka maa akhodta: Bagimu apa yang engkau miliki, maksudnya bagimu apa yang telah engkau ambil. Dalam hal ini karena anaknya mengambil dengan benar secara syariah.
Faedah Hadits:
Shodaqoh tathowwu’ (sunnah) boleh diperuntukkan dan dibagikan untuk cabang-cabang kebaikan secara luas (siapapun). Adapun shodaqoh wajib (zakat) tidak boleh dibagikan pada sembarang orang, hanya untuk mustahiq saja.
Bolehnya membayar zakat melalui wakil atau pihak ketiga (lazis atau sejenisnya)
Tidak ada komentar: