LIMPAHAN KEBERHASILAN itu TERNYATA JEBAKAN [ISTIDRAJ].

LIMPAHAN KEBERHASILAN itu TERNYATA JEBAKAN [ISTIDRAJ].
Drs. H . Fadlan.

Allah SWT berfirman dalam QS Al-Hadid :20 

Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak.

Sabda Nabi, Iman itu adkalanya bertambah dan adakalanya berkurang.

Untuk mengukur kualitas iman, Allah SWT selalu menguji manusia dengan berbagai ujian dan cobaan. Adakalanya ujian itu berupa sesuatu yang amat memberatkan (bi al-syiddah), dan ada pula ujian itu berwujud sesuatu yang amat menyenangkan (bi al-rakha'). Allah berfirman


: ٍ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ


 "Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan yang sebenar-benarnya. Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan" (QS al-Anbiya: 35).


Kedua bentuk ujian tersebut , menurut Sayyid Quthub, memiliki tujuan yang sama, yaitu mengingatkan manusia agar ia tidak lupa kepada Tuhan. Hal inisesuai dengan firman Allah SWT,

Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang ben dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. [Qs al-Ankabut: 2]


Namun, pada kenyataannya, tidak semua orang menjadi sadar dengan peringatan Tuhan itu. Justru banyak di antara mereka yang lupa diri, bahkan tidak peduli sama sekali. Kepada orang-orang semacam ini, Tuhan dengan sengaja justru memberikan banyak fasilitas dan kemudahan agar mereka makin tersesat dan makin jauh dari petunjuk Tuhan Bisa jadi ada yang mendapatkan limpahan rezeki namun ia adalah orang yang gemar maksiat. Ia tempuh jalan kesyirikan, lewat ritual perdukunan, korupsi, menipu eksploitasi -misalnya, dan benar ia cepat kaya. Ketahuilah bahwa mendapatkan limpahan kekayaan seperti itu bukanlah suatu tanda kemuliaan, namun itu adalah istidraj (bhs jawa : panglulu) Istidraj merupakan jebakan berupa kelapangan rezeki padahal yang diberi dalam keadaan terus menerus bermaksiat pada Allah.  (Fi Dhilal al-Quran, 4/2377-2378). Firman Allah SWT  :


"Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. Dan Allah memberi rezeki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas." ( QS Al-Baqarah :212)


Istidraj merupakan suatu jebakan berupa kelapangan rezeki padahal yang diberi dalam keadaan terus menerus bermaksiat pada Allah. Mereka terjebak dengan pandangannya  tentang kehidupan duniayang fana saja.  

Lantas apa istidraj itu? Istidraj secara bahasa bermakna naik dari satu tingkat ke tingkat selanjutnya.

Sedang istidraj dari Allah kepada hamba dapat dipahami sebagai ‘hukuman’ yang diberikan sedikit demi sedikit, tidak secara langsung. Allah membiarkan hamba ini dan tidak disegerakan hukumannya sebagaimana firman Allah:

Artinya: “Nanti Kami akan menghukum mereka dengan berangsurangsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui.” (Qs Al-Qalam: 44)


menurut hadits Nabi SAW berdasar Riwayat dari ‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:


Dari ‘Uqbah bin ‘Amir ra, Rasulullah saw bersabda: “Bila kamu melihat Allah memberi pada hamba (perkara) dunia yang diinginkannya, padahal dia terus berada dalam kemaksiatan kepada-Nya, maka (ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj (jebakan berupa nikmat yang disegerakan) dari Allah.” Kemudian Rasulullah saw membaca ayat yang berbunyi, “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa (Qs Al-An’am: 44).” (HR. Ahmad)Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan dilihat dari jalur lain)


Al-Munawi dalam Faidh Al-Qadir Syarh Al-Jami Al-Shaghir mengatakan, perkara dunia yang diinginkan hamba dalam Hadits ini berupa harta, anak, dan kedudukan. Dengan kenikmatan itu justru hamba tersebut semakin gencar dalam berbuat maksiat.


Akhirnya Allah berikan hamba tersebut istidraj (jebakan) berupa dibukanya pintu kenikmatan lain dan hamba tersebut merasa senang dan nyaman dengan kemaksiatannya disertai dengan hilangnya keinginan bertaubat, apalagi menyesali perbuatannya. Ibnu Katsir dalam tafsirnya menggambarkan bentuk kehidupan hamba dalam istidraj ini adalah dibukanya berbagai pintu rezeki dan sumber penghidupan (kedudukan, jabatan, kehormatan) hingga terperdaya dan beranggapan diri mereka di atas segala-galanya


Padahal kalua urusan rejeki,ada haditsDari Jabir bin ‘Abdillah Radhiyallahu anhuma, ia berkata,.

“Wahai manusia, bertakwalah kepada Allah dan berbuat baiklah dalam memohon, karena sesungguhnya suatu jiwa tidak akan mati sehingga dipenuhi rizkinya walaupun lambat datangnya, maka bertakwalah kepada Allah dan berbuat baiklah dalam memohon. Ambillah yang halal dan tinggalkan yang haram.” [Shahih: [Shahiih Sunan Ibni Majah (no. 1743)], Sunan Ibni Majah (II/725, no. 2144).]


Perhatikan bagaimana kesudahan dari perbutan yang mengandung istidraj.

Allah Ta’ala berfirman


“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS. Al An’am: 44)


Dalam Tafsir Al Jalalain (hal. 141) disebutkan, “Ketika mereka meninggalkan peringatan yang diberikan pada mereka, tidak mau mengindahkan peringatan tersebut, Allah  SWT buka pada mereka segala pintu nikmat sebagai bentuk istidraj pada mereka. Sampai mereka berbangga akan hal itu dengan sombongnya. Kemudian kami siksa mereka dengan tiba-tiba. Lantas mereka pun terdiam dari segala kebaikan.”


Syaikh As Sa’di menyatakan, “Ketika mereka melupakan peringatan Allah  SWT yang diberikan pada mereka, maka dibukakanlah berbagi pintu dunia dan kelezatannya, mereka pun lalai. Sampai mereka bergembira dengan apa yang diberikan pada mereka, akhirnya Allah menyiksa mereka dengan tiba-tiba. Mereka pun berputus asa dari berbagai kebaikan. Seperti itu lebih berat siksanya. Mereka terbuai, lalai, dan tenang dengan keadaan dunia mereka. Namun itu sebenarnya lebih berat hukumannya dan jadi musibah yang besar.” (Tafsir As Sa’di, hal. 260).


Ciri-Ciri umum istidraj


Orang mungkin tidak akan sadar bahwa yang diterima nya adalah ciri istidraj. Bila cara kamu dalam memperoleh sesuatu itu caranya tidak dibenarkan/maksiyat ,namun nyatanya hasil yang kamu terima kamu terasa sangat lancar, sadarl, bisa jadi itu merupakan istidraj yang diberikan Allah SWT


Ciri lain istidraj adalah adalah orang merasakan ketenangan. Di sini, ketenangan yang dimaksud di sini adalah merasa baik-baik saja dan tidak merasa bersalah atau gelisah saat lalai menjalankan ibadah atau melakukan kegiatan yang sifatnya maksiat tersebut,bahkan tidak merasakan penyesalan sedikit pun dalam hati setelah melakukan hal itu.


Pekerjaan dan rezeki yang berlimpah yang kamu dapatkan belum tentu merupakan nikmat atau rahmat, bisa jadi itu  merupakan ujian sesungguhnya dari Allah SWT. Karena, Allah SWT ingin melihat, apakah dengan rezeki yang kamu dapatkan itu akan membuat kamu semakin lalai dan meninggalkan ibadah, kamu kufur , atau dapat membuatmu ingat kepada Allah SWT sebagai Sang Maha Pemberi Rezeki atau syukur. 



LIMPAHAN KEBERHASILAN itu TERNYATA JEBAKAN [ISTIDRAJ]. LIMPAHAN KEBERHASILAN itu TERNYATA JEBAKAN [ISTIDRAJ]. Reviewed by sangpencerah on Januari 08, 2021 Rating: 5

Tidak ada komentar: