MANAJEMEN WAKTU ORANG BERIMAN

MANAJEMEN WAKTU ORANG BERIMAN
Oleh: Akhmad Fakhur Rozi, SHi.

Perjalanan waktu yang kita jalani ini tidak akan pernah mundur ke belakang, akan tetapi akan selalu maju ke depan. Oleh karenanya setiap orang Islam wajib hukumnya untuk menghargai waktu yang telah Allah anugerahkan kepada kita. Bahkan al-Qur’an secara khusus mengingatkan akan makna penting dari pemerhatian faktor “waktu” ini, seperti yang tersirat dalam surat al-‘Ashr ayat 1-3, demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. Nampak dari ayat ini bagaimana berharganya waktu itu. Sampai-sampai Allah mem”warning” bahwa kita akan digilas waktu bila lalai terhadap waktu itu, kecuali kita manfaatkan waktu dengan selalu meningkatkan level keimanan kita dan selalu beramal saleh dan juga selalu nasehat menasehati dalam kebaikan.


Melihat berharganya waktu, seorang Negawaran dan juga pendiri Negara Amerika Serikat mengatakan bahwa “Time is money” (waktu adalah uang), yang kemudian menjadi slogan masyarakat Negara kapitalis tersebut.


Dalam al-qur’an, cara pandang umat beriman terhadap perjalanan hidup orang-perorangn ini ada dua sisi, yaitu sisi “hablun mina-‘ilaah” (terkait hubungan dengan Allah) dan sisi “hablun mina-‘nnaas (terkait hubungan dengan sesama manusia termasuk di dalamnya hubungan dengan lingkungan). Hal ini telah Allah gambarkan dalam surat al-Imran: 112, mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia. Dua sisi ini merupakan konsekuensi logis dari peran manusia yang telah digariskan oleh Allah swt yaitu sebagai wakil Allah di muka bumi (khaliifah fii al-ardl).


Dampak langsung dari peran tersebut adalah munculnya dua wajah sikap yang harus seimbang. Wajah yang pertama adalah sikap penghambaan diri sebagai abdun di hadapan Allah swt. Dan wajah yang kedua adalah sikap taat dalam menjalankan tugas sebagai pemakmur planet bumi dengan segala kompleksitasnya. Bagi kita hamba yang beriman, dua cara pandang sekaligus dua sikap di atas dapat dijelaskan melalui bagaimana kita sebagai umat beriman dapat memanajemen waktu, mengelola serta memanfaatkan perjalanan waktu.


Terkait tentang “hablun mina-‘ilaah” dan sifat penghambaan dihadapan Allah swt, jika dilihat dari sudut pandang “waktu”, maka hal ini telah disinggung oleh Allah swt dalam sebuah ungkapan yang sungguh indah dalam surat al-Isra’ : 78, dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat). Lantas kita bertanya, kenapa Allah menyinggung kita dengan waktu-waktu itu?untuk apa?jawabannya adalah Allah menyinggung kita dengan waktu-waktu itu adalah agar waktu-waktu tersebut kita isi dengan mendirikan shalat. Waktu antara matahari tergelincir sampai dengan “qur’aana-‘l-fajr” terdapat kewajiban mendirikan lima waktu shalat yaitu Dluhur, Ashar, Maghrib, Isya’ dan Subuh.


Entry point dari mendirikan shalat lima waktu adalah untuk mengingat Allah, seperti yang terdapat dalam surat Thaha: 14, Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, Maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat aku, yang dengan cara berdzikir semacam itu “direct impact”nya adalah hati kita akan menjadi tenang, seperti yang telah diinfokan Allah kepada kita dalam surat ar-Ra’d: 28, orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram. Dan implikasi logis dari diulang-ulanginya shalat lima waktu adalah untuk lebih memperteguh hati umat yang beiman.


Kemudian terkait dengan “hablun mina-‘nnaas” serta tugas manusia untuk memakmurkan planet bumi, jika ditinjau dari sudut pandang “waktu”, maka dalam al-qur’an telah disimbolkan dalam 6 waktu, yaitu fajar, subuh, dluha, nahar, ‘ashar dan lail. Penegasan waktu yang enam ini bila kita baca melalui kacamata pengetahuan manajemen masa kini, maka akan menunjukkan perlunya pengisian kegiatan hidup – baca bekerja -, terutama pada waktu siang hari, lihat surat an-Naba: 11, dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan. Dan dalam mencari penghidupan pun telah Allah atur – baca manajemen- dalam al-qur’an.


Yang pertama adalah “planning” (perencanaan), bisa kita baca dalam surat al-Fajr: 1, demi fajar, yang mengisyaratkan waktu fajar, kemudian surat at-Takwir: 18, dan demi subuh apabila fajarnya mulai menyingsing, yang mengisyaratkan waktu subuh, dan surat adl-Dluha : 1, demi waktu matahari sepenggalahan naik, yang mengisyaratkan waktu dluha. Dimana diwaktu-waktu ini adalah saat yang paling tepat untuk merencanakan apa yang akan kita kerjakan.


Yang kedua adalah “actuating” (pelaksanaan kerja), bisa kita baca dalam surat al-Lail: 2-4, dan siang apabila terang benderang, dan penciptaan laki-laki dan perempuan, Sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda. Nampak dalam ayat ini bahwa diwaktu siang adalah waktu yang memang Allah telah sediakan bagi kita untuk bekerja.


Yang ketiga dalam ilmu menajemen dikenal dengan istilah “controlling” (pengawasan), yaitu pada waktu ‘Ashr, terdapat dalam surat al-‘Ashr: 1-3, demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. Dan yang keempat adalah ‘evaluating” (evaluasi) yaitu pada waktu malam (lail), baca al-Insyiqaq: 17-21, 17. dan dengan malam dan apa yang diselubunginya, dan dengan bulan apabila Jadi purnama, Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam kehidupan), mengapa mereka tidak mau beriman? dan apabila Al Quran dibacakan kepada mereka, mereka tidak bersujud. Maknanya adalah hendaknya pada waktu malam hari itu kita selalu mengevaluasi segala pekerjaan yang telah kita usahakan apakah telah sesuai dengan yang disyariatkan oleh Allah, apakah pekerjaan kita telah memenuhi unsur beramal shaleh dan saling mengingatkan dalam kebaikan, jika telah memenuhi unsur-unsur itu berarti waktu yang telah Allah anugerahkan kepada kita pada saat kita bekerja telah benar-benar bermanfaat.


Nampak disini, bagaimana gamblangnya al-qur’an menguraikan prinsip-prinsip manajemen bekerja bagi orang-orang yang beriman. Dimana telah mafhum dimasyarakat kita yang telah modern ini, bahwa dalam bekerja harus menerapkan prinsip-prinsip manajemen bekerja tersebut. Filsafat waktu yang telah Allah informasikan kepada kita semua melalui al-qur’an mulai dari waktu “fajr” sampai dengan waktu “lail” seharusnya bisa memotivasi orang yang beriman untuk lebih lagi giat bekerja sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen bekerja. Sehingga “waktu” yang telah Allah sediakan bagi kita tidak berlalu begitu saja, tetapi waktu yang Allah telah sediakan untuk kita ini bisa memberikan manfaat bagi kita dan masyarakat serta lingkungan kita bersama.

Wallahu a’lam bishshawaab. 






MANAJEMEN WAKTU ORANG BERIMAN MANAJEMEN WAKTU ORANG BERIMAN Reviewed by sangpencerah on Januari 15, 2021 Rating: 5

Tidak ada komentar: