Dapat musibah bersukur ? bagi kebanyakan orang pertanyaan tersebut adalah wajar, karena memang logika manusia pada umumnya menyatakan bahwa bersyukur itu adalah ketika ia mendapatan kesenangan dan kenikmatan. Sedangkan musibah adalah suatu kesusahan dan penderitaan, maka tidak lazim untuk disyukuri.
Namun tidaklah semua yang menurut kita kira enak itu baik buat kita dan tidak pula semua yang menurut kita tidak enak itu buruk buat kita, karena boleh jadi yang tidak enak itu malah baik buat kita, dan yang enak itu buruk buat kita, hal tersebut sebagaimana Allah SWT tegaskan dalam firman-Nya :
وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوْا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوْا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ. ( البقرة 216
Artinya : “dan boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, dan Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.” ( Al-Baqarah 216 )
Mari kita lebih dalam untuk menyelami hakekat musibah, sehingga hati dan logika kita memahami bahwa memang pantas kalau seorang mukmin itu bersyukur kepada Allah SWT ketika mendapatkan musibah sebagaimana para sahabat dan orang-orang salafus solih selalu mengucapkan “Alhamdulillahi ala kulli halin” (segala puji hanya milik Allah atas segala keadaan).
Pertama : musibah yang menimpa orang yang beriman kepada Allah SWT, adalah ujian kepadanya. Agar dia bisa naik kelas dan derajat keberimanan yang lebih tinggi (jika daia sabar dan ridho dengan musibahnya). Dalam dunia empiric atau dalam kehidupan disekolah, seorang yang mendapat ujian tentulah itu hal yang baik, lebih-lebih jika ia dengan ujiannya ( yang ditempuhnya dengan susah payah) itu dinyatakan lulus sehingga naik kelas. Maka dengan ujian, seorang akan naik kelas, secara logika adalah hal-hal baik yang harus disyukuri.
Kedua : musibah adalah bukti dari perwujudan kekuasaan Allah SWT. Dan tidak ada musibah yang menimpa hambanya kecuali itu hanya sedikit dari bukti perwujudan kekuasaanNya. Musibah seperti gempa bumi, tsunami, tanah longsor hingga menyebarnya virus seperti yang sekarang ini melanda seluruh dunia adalah bukti dari kekuasaan Allah SWT, jika Allah berkehendak maka terjadilah apa yang Ia inginkan tanpa ada seorang pun yang dapat menahannya, dan jika Allah tidak berkehendak maka tidak akan ada yang dapat mendatangkan musibah tersebut.
Ketiga : musibah yang terjadi di dunia ini menurut Abdullah bin Abbas adalah tidak berarti dibandingkan dengan musibah yang terkait dengan agama dan akhirat.
Ada orang yang marah ketika ia tertinggal kereta api yang tiketnya sudah jauh hari ia beli, tapi tidak marah keika ia ketinggalan shola jamaah, ada orang yang sedih ketika ia kehilangan uang, tapi ia tidak sedih ketika ia kehilangan waktu sholat subuh, dan ada juga orang yang marah-marah ketikaia tidak bisa memakan makanan yang telah dipesannya karena makanan itu telah basi atau busuk, tapi ia tidak pernah menyesal sedikitpun ketika memakan daging bangkai saudaranya dengan selalu menggibahnya.
Keempat : dibalik setiap musibah pasti ada hikmahnya. Terkadang hikmah tersebut beriringan dengan musibah, namun terkadang datang setelah sekian lama musibah itu terjadi. Seperti seseorang yang ketinggalan kereta api dan akhirnya berganti naik bis dengan ongkos yang lebih mahal dan menempuh jarak yang lebih jauh dan lama, ternyata itu bukan musibah baginya, karena ternyata kereta api yang sedianya akan dai naiki anjlok dan menewaskan banyak penumpang didalamnya.
Allah SWT berfirman :
إِنَّ اللهَ لَا يَظْلِمُ النَّاسَ شَيْئًا وَلَكِنَّ النَّاسَ أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُوْنَ. ( يونس 44
Artinya : Sesungguhnya Allah SWT tidak berbuat zalim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia itulah yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri ( Q.S Yunus 44 ).
Allah hanya ingin menyelamatkan hambaNya lewat musibah yang ditimpakan kepadanya.
Itulah hakikat musibah, jika diselami maka sudah sepantasnya manusia bersyukur kepada Allah SWT sang pemberi musibah. Memang sulit rasanya bersyukur disaat mendapatkan musibah namun kita harus memiliki tekad untuk menjadi manusia-manusia yang di cintai Allah SWT dengan cara pandai bersyukur, karena hamba-hamba Allah yang pandai bersyukur hanya sedikit sebagai mana firman-Nya “ wa qaliilun min ‘ibadiyas syakuur”. Tapi yng sedikit itulah hamba-hamba terbaik Allah SWT.
Wallahu A’lam
Tidak ada komentar: