Al-Ahkam adalah bentuk jamak dari hukum secara Bahasa maknanya adalah keputusan/ketetapan
Dan secara istilah :
"Apa-apa yang ditetapkan oleh seruan syari'at yang berhubungan dengan perbuatan mukallaf (orang yang dibebani syari'at) dari tuntutan atau pilihan atau peletakan."
Dan yang dimaksud dari perkataan kami : “seruan syari'at” : AlQur'an dan as-Sunnah.
Dan yang dimaksud dari perkataan kami : “yang berhubungan dengan perbuatan mukallaf": apa-apa yang berhubungan dengan perbuatan mereka baik itu perkataan atau perbuatan, melakukan sesuatu atau meninggalkan sesuatu.
Maka keluar dari perkataan tersebut apa-apa yang berhubungan dengan aqidah, maka tidak dinamakan hukum secara istilah
Yang dimaksud dari perkataan kami : “mukallaf “: siapa saja yang keadaannya dibebani syari'at, maka mencakup anak kecil dan orang gila.
Yang dimaksud dari perkataan kami : “dari tuntutan” : perintah dan larangan, baik itu sebagai keharusan ataupun keutamaan.
Yang dimaksud dari perkataan kami : “pilihan”: mubah (halal yang dibolehkan)
Yang dimaksud dari perkataan kami : “peletakan": Sah, rusak, dan yang lainnya yang diletakkan oleh pembuat syari'at dari tanda-tanda, atau sifat-sifat untuk ditunaikan atau dibatalkan
PEMBAGIAN HUKUM SYARI'AT:
Hukum syari'at dibagi menjadi dua bagian : Taklifiyyah (Pembebanan) dan Wadh'iyyah (Peletakan).
Al-Ahkam at-Taklifiyyah ada lima : Wajib, mandub (sunnah), haram, makruh, dan mubah.
1. Wajib secara bahasa : “Assaaqitu wal Laazimu “ :yang jatuh dan harus.
Dan secara istilah : "Apa-apa yang diperintahkan oleh pembuat syari'at dengan bentuk
keharusan", seperti sholat lima waktu
Maka keluar dari perkataan kami : “Apa-apa yang diperintahkan oleh pembuat syari'at", yang haram, makruh dan mubah.
Dan keluar dari perkataan kami : “dengan bentuk keharusan", yang mandub
Dan suatu yang wajib itu pelakunya diganjar jika ia melakukannya untuk mendapatkan pahala (ikhlas), dan orang yang meninggalkannya berhak mendapatkan adzab.
Dan dinamakan juga: Fardan, wa Faridatan, wa khataman, wa laaziman
2.Mandub secara bahasa : “ Mad’u” :yang diseru
Dan secara istilah : "Apa-apa yang diperintahkan oleh pembuat syari'at tidak dalam bentuk
keharusan", seperti sholat rawatib.
Maka keluar dari perkataan kami : “Apa-apa yang diperintahkan oleh pembuat syari'at", yang haram, makruh dan mubah.
Dan keluar dari perkataan kami : “ tidak dengan bentuk keharusan", yang wajib
Dan suatu yang mandub itu pelakunya diganjar jika ia melakukannya untuk mendapatkan pahala (ikhlas), dan orang yang meninggalkannya tidak mendapatkan adzab
Dan dinamakan juga : Sunnatan, wa masnuunan, wa mustahabban, wa nafilan
3. Haram secara bahasa : “Al Mamnu’u” :yang dilarang".
Dan secara istilah : "Apa-apa yang dilarang oleh pembuat syari'at dalam bentuk keharusan
untuk ditinggalkan", seperti durhaka kepada orang tua
Maka keluar dari perkataan kami : “Apa-apa yang dilarang oleh pembuat syari'at", yang wajib, sunnah dan mubah..
Dan keluar dari perkataan kami : “dalam bentuk keharusan untuk ditinggalkan", yang makruh1
Dan suatu yang haram itu pelakunya diganjar jika ia meninggalkannya untuk mendapatkan pahala (ikhlas), dan orang yang melakukannya berhak mendapatkan adzab
Dan dinamakan juga : Makhdhuran atau Mamnu’an
4. Makruh secara bahasa : “Al Mabghadu“ :yang dimurkai"
Dan secara istilah : "Apa-apa yang dilarang oleh pembuat syari'at tidak dalam bentuk keharusan untuk ditinggalkan", seperti mengambil sesuatu dengan tangan kiri dan memberi dengan tangan kiri
Maka keluar dari perkataan kami : “Apa-apa yang dilarang oleh pembuat syari'at", yang wajib, sunnah dan mubah.
Dan keluar dari perkataan kami : “tidak dalam bentuk keharusan untuk ditinggalkan", yang haram.
Dan suatu yang makruh itu pelakunya diganjar jika ia meninggalkannya untuk mendapatkan pahala (ikhlas), dan orang yang melakukannya tidak mendapatkan adzab.
5. Mubah secara bahasa : “Al Mu’lan wal ma’dzunu fiih” yang diumumkan dan diizinkan
dengannya".
Dan secara istilah : "Apa-apa yang tidak berhubungan dengan perintah dan larangan secara
asalnya". Seperti makan pada malam hari di bulan Romadhan.
Dan keluar dari perkataan kami "apa-apa yang tidak berhubungan dengan perintah", wajib dan mandub.
Dan keluar dari perkataan kami : “dan pula larangan", haram dan makruh.
Dan keluar dari perkataan kami "pada asalnya", apa-apa yang seandainya ada kaitannya dengan perintah karena keberadaannya (yakni suatu yang mubah) sebagai wasilah (yang menghantarkan) terhadap hal yang diperintahkan, atau ada kaitannya dengan larangan karena keberadaannya sebagai wasilah terhadap hal yang dilarang; maka bagi hal yang mubah tersebut hukumnya sesuai dengan apa-apa ia (yang mubah tersebut) menjadi wasilah baginya, dari hal yang diperintahkan atau yang dilarang. Dan yang demikian tidak mengeluarkannya (yakni hal yang mubah) dari keberadaannya sebagai sesuatu yang hukumnya mubah pada asalnya.
Dan mubah yang senantiasa berada pada sifat mubah (boleh), maka ia tidak mengakibatkan ganjaran dan tidak pula adzab.
Dan dinamakan juga : Halalan wa Jaizan
Tidak ada komentar: