MEMURNIKAN TAUHID KEPADA ALLAH SWT

MEMURNIKAN TAUHID KEPADA ALLAH SWT
Oleh: Suyanto, M. Pd
Anggota CMM Kota Malang. No. 203

         

Keyakinan merupakan prinsip pertama dan utama bagi orang beriman, maka paradigma terhadap hakekat bahwa kehidupan dunia adalah cerita yang belum terselesaikan atau panggung sandiwara, hal ini dibuktikan dengan beberapa sebab diantaranya adalah adanya sebagian manusia yang dilahirkan untuk menikmati kecerdasan dan harta benda yang melimpah ruah yang  mereka miliki, sementara yang lain dilahirkan untuk merasakan kemiskinan dan kebodohan. Terkait dengan hal ini dalam dunia modern saat ini, semakin canggih manusia menggunakan kecanggihan alat modern, semakin canggih pula cara dalam bermuamalah, bergaul, bermasyarakat sosial. Kecanggihan itulah yang akan menjadikan alat untuk berbuat mengelabui sesama. Semisal meminta tolong kepada dukun ataupun paranormal bahkan lebih halus lagi caranya yaitu dengan berkedok sebagai orang pintar, supaya orang-orang meminta kepadanya dengan dalih meminta tolong kepada orang pintar. Dengan demikian orang yang paling merugi yaitu mereka yang perbuatannya di dunia ini sia-sia belaka, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka telah berbuat sebaik-baiknya yaitu mereka orang-orang yang kufur dan musyrik, sebagaimana Allah swt berfirman dalam (QS. Al-Kahfi;18:104-105): 


اَلَّذِيْنَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُوْنَ اَنَّهُمْ يُحْسِنُوْنَ صُنْعًا - (١٠٤اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا بِاٰيٰتِ رَبِّهِمْ وَلِقَاۤىِٕهٖ فَحَبِطَتْ اَعْمَالُهُمْ فَلَا نُقِيْمُ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ وَزْنًا - (١٠٥)


" Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka telah berbuat sebaik-baiknya. Mereka itu orang-orang yang telah kufur terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan kufur terhadap perjumpaan dengan Dia. Maka hapuslah semua amalan mereka, dan kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat".

Ayat-ayat Tuhan yaitu ayat-ayat kauniyah dan qauliyah; Pertama: ayat-ayat kauniyah yaitu: tanda-tanda kebesaran Allah SWT, seperti terjadi siang dan malam, terciptanya gunung-gunung yang menjulang tinggi, terjadi gerhana matahari yang kemudian akan terjadi lagi berapa puluh tahun kemudian. Kedua: Ayat-ayat qauliyah yaitu: kebenaran mutlak kalamullah (Al-Qur'an) itu sendiri yang bersumber datangnya dari Allah SWT, yang seterusnya harus kita jadikan imam kita (pedoman kita). Kemudian Perjumpaan dengan Dia yaitu: bahwa mereka mengingkari alam akhirat itu tidak ada, dengan adanya surga dan neraka hal ini merupakan alam yang abadi sehingga hidup kekal di dalamnya setelah kehidupan dunia fana ini sebaliknya sebagai orang yang beriman hal itu merupakan sebagai tolak ukur. Syirik yaitu: perbuatan menyekutukan Allah swt dan merupakan dosa besar, hal ini dinyatakan dalam al quran (QS. An-Nisa';4:48) 


اِنَّ اللّٰهَ لَا يَغْفِرُ اَنْ يُّشْرَكَ بِهٖ وَيَغْفِرُ مَا دُوْنَ ذٰلِكَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۚ وَمَنْ يُّشْرِكْ بِاللّٰهِ فَقَدِ افْتَرٰٓى اِثْمًا عَظِيْمًا - ٤٨


"Sungguh, Allah tidak mengampuni dosa syirik, tetapi mengampuni dosa selain itu kepada yang dikehendaki-Nya". Dan juga Allah berfirman dalam quran (QS. Al-An'am;6:88) bahwa; 


ذٰلِكَ هُدَى اللّٰهِ يَهْدِيْ بِهٖ مَنْ يَّشَاۤءُ مِنْ عِبَادِهٖ ۗوَلَوْ اَشْرَكُوْا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَّا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ - ٨٨

" Dan seandainya mereka berbuat syirik, pastilah gugur amal perbuatan yang telah mereka kerjakan".


      Dalam kehidupan di zaman modern saat ini, kehidupan orang beriman terarah sesuai dengan kodrat  yang dikehendaki, maka tugasnya adalah beribadah semata-mata karena Allah SWT, bukan karena makhluk-Nya ataupun kepentingan dunia lainnya.  Yang harus kita luruskan saat ini yaitu "niat", niat yang benar dengan hati yang lurus karena Allah dan Rasul-Nya semata. Sesuai dengan hadits Nabi yang disampaikan: "Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung pada niatnya, jika niat karena Allah dan Rasul-Nya maka ia akan mendapatkan Allah dan Rasul-Nya. Jika niat karena dunia atau semata-mata karena wanita yang ia nikahi maka hanya itu yang didapatkannya". (HR. Muttafqun 'Alaih)


         Hadits di atas cukup memberikan pemahaman kepada kita bahwa apapun yang kita lakukan di dunia ini, baik dalam urusan agama, mu’amalah, dunia dan akhirat, maka jangan sampai salah dalam  niatnya, karena niat itu gambaran yang akan kita peroleh. Tentu dalam melakukan sesuatu tersebut memiliki standat yang proporsional, misalnya; beribadah, maka standarnya “taufiqi” yaitu sesuai denga apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW. Hubungannya dengan niat, maka taufiqi  tidak cukup hanya dengan niat, tapi juga harus dengan dan ikhlas karena Allah semata. Mu’amalah, maka standarnya hukum syar’i yaitu halal atau halal, sedangkan urusan dunia maka dalam hal ini harus benar-benar meluruskan niat, supaya tidak terjerumus pada lingkaran kema’siyatan dan kehancuran, karena ujian dunia sangatlah berat. Demikian juga dengan urusan akhirat jangan sampai terkalahkan oleh ufusan yang lain, karena urusan akhiran selalu lebih dulu dibandingkan urusan yang lain, atau minimal seimbang dalam tataran pelaksanaannya, seperti kata pepatah menanam padi, maka akan tumbuh rumput, tapi menanam rumput mustahil akan tumbuh padi, artinya jika kita mendahulukan urusan akhirat, maka urusan dunia akan kita dapat, sebaliknya jika kita mendahulukan dunia, maka tidak akan memperoleh apa-apa di akhirat, lihat firman Allah dalam surat Huud;11:15-16. Atau bahwa dunia adalah ladang akhirat, jadi sadar atau tidak, diterima atau tidak, dihindari atau tidak, maka dunia akan pergi meninggalkan kita, dan akhirat justeru akan menghampiri kita. Dan Allah berfirman;


مَنْ كَانَ يُرِيْدُ حَرْثَ الْاٰخِرَةِ نَزِدْ لَهٗ فِيْ حَرْثِهٖۚ وَمَنْ كَانَ يُرِيْدُ حَرْثَ الدُّنْيَا نُؤْتِهٖ مِنْهَاۙ وَمَا لَهٗ فِى الْاٰخِرَةِ مِنْ نَّصِيْبٍ - ٢٠


"Barangsiapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akam Kami tambah keuntungan itu baginya, dan barangsiapa yang menghendaki keuntungandi  dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu kebahagiaan di akhirat” (QS. Asy-Syuuraa;42:20)

Jadi maksud bergantung hanya kepada Allah SWT yaitu yang berhak dan pantas untuk dimintai, untuk dimintai petunjuk-Nya, untuk dimintai pertolongan-Nya dan yang berhak untuk diibadahi. Dengan demikian hanya murni Allah swt saja yang pantas dimintai, bukan kepada selain pertolongan-Nya, sebagaimana dalam al-qur'an, Allah telah berfirman: (QS. Al-Ikhlas: 1-2) 

قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ - (١اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ - (٢)

" Katakanlah bahwa Allah itu Esa, Allah tempat bergantung (tempat meminta)". 

Pernyataan ini bahwa Allah itu satu (Esa), satu-satunya tempat untuk meminta. Begitu juga jalan yang lurus yaitu petunjuk-Nya sajalah yang pantas kita harapkan, karena manusia berharap hanya kepada-Nya, setelah berusaha berbagai macam cara yang terbaik tentunya.


فَاِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْۙ - (٧وَاِلٰى رَبِّكَ فَارْغَبْ ࣖ - (٨)


Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain), dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap". (QS. Al-Insyirah: 7-8). 

Dan sebaik-baik harapan adalah berharap hanya kepada Allah SWT, harapan-harapan itu semua yaitu  setelah datang kesuliatan pasti ada kemudahan yang tertulis dalam QS Al-Insyirah: 5-6 tersebut.

         Beribadah hanya kepada Allah semata; maka dengan demikian dalam kehidupan manusia, manusia hanya diperintahkan untuk menyembah atau beribadah murni kepada Allah swt,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ - (٥٦)



"Tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah (hanya) kepadaKu." (QS. Adz-Dzariyat; 56), dalam teks yang lain al-qur'an menyatakan hal yang sama bahwa

اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ - ٥


"Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan". (QS. Al-Fatihah; 5). Sehingga Kata kuncinya adalah menyembah dan memohon pertolongan-Nya. Menyembah (beribadah) berarti beramal shaleh, amal yang paling utama yaitu sholat, jika sholat seorang hamba baik maka dianggap amalan lainnya baik pula, jika shalatnya rusak maka dianggap amalan lainnya rusak pula ketika dihisab di hari akhirat kelak, sebagaimana sabda beliau. Kemudian sholat tersebut berdampak dalam kehidupan sehari-hari seorang hamba yang shaleh, sebagai cerminan takut akan berbuat salah dan dosa, takut berbuat maksiat kepada Allah SWT, takut berbuat kecurangan dsb. Wallahu a'lam bisshowab.





MEMURNIKAN TAUHID KEPADA ALLAH SWT MEMURNIKAN TAUHID KEPADA ALLAH SWT Reviewed by sangpencerah on Maret 05, 2021 Rating: 5

Tidak ada komentar: