PANDANGAN ULAMA’ PERISTIWA ISRA’ MI’RAJ RASULULLAH SAW

 PANDANGAN ULAMA’
PERISTIWA ISRA’ MI’RAJ RASULULLAH SAW
Oleh: Badrud tamam, ST* (Pengurus MPI PDM Kota Malang)


Peristiwa bersejarah dalam Islam salah satunya adalah Isra’ Mi’raj Rasulullah SAW  dan merupakan mu’jizat terbesar kenabian beliau, dan peristiwa ini diakui oleh seluruh kaum muslimin dunia. Secara historis peristiwa ini terjadipada  tanggal 27 Rajab, sehingga perayaan Isra’ Mi’raj sudah merupakan sesuatu yang tidak dapat terlupakan di kalangan masyarakat muslim dari dulu hingga kini masih terus berlanjut. Bahkan, hari tersebut menjadi hari libur Nasional. Semangat kaum muslimin untuk merayakannya sangat tinggi dan antusias, bahkan sebagian dari mereka tidak meninggalkannya, jika terlanjur meninggalkannya mereka mengganti dengan ritual lain. Oleh karena itu, bagaimana sebenarnya Islam memposisikan hari tersebut? mari kita kaji masalah ini dari dua sudut pandang yaitu pandangan historis dan syari’at dalam perayaannya!


Secara Historis

Dalam catatan sejarah waktu terjadinya Isra’ Mi’raj masih diperselisihkan oleh para ulama. Baik hari, tanggal dan bulannya. Al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani memaparkan perselisihan tersebut dalam Fathul Bari (7/203) hingga mencapai lebih dari sepuluh pendapat! Ada yang berpendapat bahwa Isra’ Mi’raj terjadi pada bulan Ramadhan, Syawwal, Rabi’ul Awwal, Rabi’uts Tsani … dan seterusnya. Al-Imam Ibnu Katsir menyebutkan dari az-Zuhri dan Urwah bahwa Isra’ Mi’raj terjadi setahun sebelum Rasul SAW hijrah ke kota Madinah, yaitu bulan Rabi’ul Awwal. Adapun pendapat as-Sa’di, waktunya adalah enam belas bulan sebelum hijrah, yaitu bulan Dzulqa’dah. Al-Hafizh Abdul Ghani bin Surur al-Maqdisi mencantumkan dalam Sirahnya hadits yang tidak shahih sanadnya tentang waktu Isra’ Mi’raj pada tanggal 27 Rajab. Dan sebagian manusia menyangka bahwa Isra’ Mi’raj terjadi pada malam Jum’at pertama bulan Rajab, yaitu malam Ragha’ib, yang dikenal dengan istilah shalat raghaib Cuma kemasyhuran ini tidak ada asalnya (al-Bidayah wan Nihayah (3/108-109) cet. Maktabah al-Ma’arif)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: “Tidak ada dalil shahih yang menetapkan bulan maupun tanggalnya, seluruh nukilan tersebut munqathi’ (terputus) dan berbeda-beda” (Zadul Ma’ad 1/57 oleh Ibnul Qayyim)

Bahkan Imam Abu Syamah menegaskan, “Sebagian tukang cerita menyebutkan bahwa Isra’ Mi’raj terjadi pada bulan Rajab. Hal itu menurut ahli hadits merupakan kedustaan yang amat nyata” (al-Ba’its ala Inkar Bida’ wal Hawadits:171)


Dari pandangan para ulama di atas, dapat dipahami bahwa Isra’ Mi’raj merupakan malam yang agung, namun tidak diketahui waktunya. Agar pembaca memahami masalah ini dengan mudah, saya uraikan: “Ada sebagian ibadah yang berhubungan erat dengan waktu, kita tidak boleh dilewatinya, misalnya shalat lima waktu Sebagian ibadah lainnya, Allah menyembunyikan waktunya dan memerintahkan kita untuk berlomba-lomba mencarinya, seperti malam Lailatul Qadar. Dan ada sebagian waktu yang mulia derajatnya di sisi Allah namun tidak ada ibadah khusus untuknya. (seperti shalat dan puasa) Oleh karena itu, Allah menyembunyikan waktunya, seperti malam Isra’ Mi’raj.” (Majalah at-Tauhid, Mesir hal. 9 edisi 7 tahun 28, Rajab 1420 H)


Meyakini keberadaan dan kejadiannya

Ditinjau dari segi syari’at, jika memang benar Isra’ Mi’raj terjadi pada 27 Rajab, bukan berarti waktu tersebut harus dijadikan sebagai malam perayaan dengan pembacaan kisah-kisah palsu tentang Isra’ Mi’raj. Sebab, perayaan tersebut tidaklah dikenal di masa shahabat, tabi’in, dan para pengikut setia mereka. Islam hanya memiliki tiga hari raya; Idul Fitri dan Idul Adha setiap satu tahun, dan hari Jum’at setiap satu minggu. Selain tiga ini, tidak termasuk agama Islam (at-Tamassuk bis Sunnah Nabawiyah (33-34) oleh Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin) Ibnu Hajj berkata, “Termasuk perkara baru yang diada-adakan orang-orang pada malam 27 Rajab adalah….” Kemudian beliau menyebutkan beberapa contoh perkara baru pada malam tersebut seperti kumpul-kumpul di masjid, ikhtilath (campur-baur antara laki-laki dan perempuan), menyalakan lilin dan pelita. Beliau juga menyebutkan, perayaan malam Isra’ Mi’raj termasuk perayaan yang disandarkan kepada agama, padahal bukan dari agama.” (al-Madkhal 1/294-298 dinukil dari al-Bida’ al-Hauliyah:275-276 oleh Syaikh Abdullah bin Abdul Aziz at-Tuwaijiri)

Ibnu Nuhas berkata, “Sesungguhnya perayaan malam ini (Isra’ Mi’raj) merupakan hal baru yang besar dalam agama yang diada-adakan oleh saudara-saudara setan”(Tanbihul Ghafilin 379-380)


Muhammad bin Ahmad asy-Syafi’i  menegaskan, “Pembacaan kisah Mi’raj dan perayaan malam 27 Rajab merupakan perkara baru (bid’ah) …. Dan kisah Mi’raj yang disandarkan kepada Ibnu Abbas ra, seluruhnya merupakan kebatilan dan kesesatan. Tidak ada yang shahih, kecuali beberapa huruf saja. Demikian pula kisah Ibnu Sulthan, seorang penghambur yang tidak pernah shalat kecuali di bulan Rajab saja. Namun tatkala hendak meninggal dunia, terlihat padanya tanda-tanda kebaikan. Sehingga saat Rasulullah SAW ditanya masalah ini, beliau menjawab, “Sesungguhnya dia telah bersungguh-sungguh dan berdo’a pada bulan Rajab.” Semua ini merupakan kedustaan dan kebohongan. Haram hukumnya membacakan dan melariskan riwayatnya, kecuali untuk menjelaskan kedustaannya. Sungguh sangat mengherankan kami, tatkala para jebolan al-Azhar membacakan kisah-kisah palsu seperti ini kepada khalayak” (as-Sunan wal Mubtada’at:127)

Samahatusy Syaikh Abdul Aziz bin Baz berkata, “Malam Isra’ Mi’raj tidak diketahui waktu terjadinya. Karena seluruh riwayat tentangnya tidak ada yang shahih menurut para pakar ilmu hadits. Di sisi Allah-lah hikmah di balik semua ini. Kalaulah memang diketahui waktunya, tetap tidak boleh bagi kaum muslimin mengkhususkannya dengan ibadah dan perayaan. Sebab hal itu tidak pernah dilakukan Rasul SAW dan para sahabatnya. Seandainya disyari’atkan, pastilah Rasul SAW menjelaskannya kepada umat, baik dengan perkataan maupun dengan perbuatan….”

Kemudian beliau berkata, “Dengan penjelasan para ulama beserta dalil-dalil dari al-Qur’an dan hadits di atas, sudah cukup bagi para pencari kebenaran mengingkari hal baru malam Isra’ Mi’raj yang memang bukan dari Islam …. Sungguh amat menyedihkan, hal baru ini merayap di segala penjuru negeri Islam sehingga diyakini bahwa perayaan tersebut merupakan bagian dari agama. Kita berdo’a kepada Allah SWT agar memperbaiki keadaan kaum muslimin semuanya dan memberi karunia kepada mereka berupa ilmu agama dan taufiq serta istiqamah di atas kebenaran” (at-Tahdzir minal Bida:9 oleh Syaikh Ibnu Baz)


Khatimah

Dari uraian tersebut di atas, tentu dapat mengambil sikap bijak dalam masalah ini, ada baiknya jika kita tidak menutup rapat-rapat atau anti pati dalam masalah Isra’ Mi’raj ini, dan juga tidak melegalkan sesuatu yang memang tidak ada dasar dalam agama. Lalu bagaimana kita menyikapi hal tersebut? Menurut hemat penulis dalam Islam terdapat dua jenis Ibadah yaitu mahdhan dan ghairu mahdhah, keduanya memiliki ciri yang melekat padanya yaitu kemanfaatan (kemashlahatan) baik bagi dirinya maupun orang lain. Dari sinilah kita dapat menentukan sikap dalam masalah Isra’ Mi’raj, karena Islam dan semua ajarannya bersifat fleksible. Maka dari itu merayakan Isra’ Mi’raj dalam rangka menanamkan semangat beribadah dan meningkatkan kualitas ibadah shalat dan amal shalih lainnya, tidaklah dilarang, selama tidak menimbulkan kejahatan, misalnya mengadakan kajian-kajian terkait peristiwa itu atau aksi-aksi kemanusia yang bermanfaat dalam hidupnya. Namun yang perlu diperhatikan di sini adalah dalam merayakannya tidak dengan melakukan ritual-ritual khusus yang diyaqini memiliki keistimewaan tertentu bagi pelakunya. Akan tetapi dalam merayakannya tidak lebih dari sekedar memanfaatkan momen tersebut untuk lebih bersemangat dalam meningkatkan ibadah dan amal shalih kepada Allah SWT sepanjang hidupnya, sebagaimana semangat Rasulullah ketika memenuhi undangan Allah SWT, sekalipun ditengah malam yang gelap, dan di saat semua orang sedang lelap tidur. Wallaahu A’lam bish-Shawaab.



PANDANGAN ULAMA’ PERISTIWA ISRA’ MI’RAJ RASULULLAH SAW PANDANGAN ULAMA’ PERISTIWA ISRA’ MI’RAJ RASULULLAH SAW Reviewed by sangpencerah on Maret 12, 2021 Rating: 5

Tidak ada komentar: