إِنَّ ٱلدِّينَ عِندَ ٱللَّهِ ٱلْإِسْلَٰمُ ۗ وَمَا
ٱخْتَلَفَ ٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْكِتَٰبَ إِلَّا مِنۢ بَعْدِ مَا جَآءَهُمُ ٱلْعِلْمُ
بَغْيًۢا بَيْنَهُمْ ۗ وَمَن يَكْفُرْ بِـَٔايَٰتِ ٱللَّهِ فَإِنَّ ٱللَّهَ سَرِيعُ
ٱلْحِسَابِ
“ Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam.
tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab
(Kitab-Kitab yang diturunkan sebelum Al Qur’an (Al-Kaffah hlm. 53). kecuali
sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di
antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka
Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya” (QS. Ali Imran;2:19).
Dari awal kemunculan agama Islam
senantiasa kita saksikan bagaimana Islam di rongrong dari dalam (oleh kaum
munafiqin) dan dari luar (oleh kaum musyrikin dan kafirin). Mereka kaum
munafiqin ibaratnya menggunting dalam lipatan/duri dalam daging, menampakkan ke-Islaman
dan menyembunyikan kekufuran. Berkenaan dengan mereka Allah SWT menurunkan satu
surat penuh dalam Al-Qur’an di juz ke-28 yaitu surat al-Munafiqun. dan beberapa
ayat dalam surat lainnya yang menunjukkan betapa urgennya untuk
kita cermati. Adapun kaum musyrikin dan kaum kafirin, mereka nampak jelas dari
luar memusuhi kaum muslimin.
Tidak terkecuali di zaman kita
sekarang ini, Islam menghadapi berbagai tantangan diantaranya kaum syi’ah.
Banyak orang mengira kalau Agama Syi’ah adalah penganut madzhab atau paham
tertentu yang masih dalam lingkup ajaran Islam. Benarkah demikian?.
Pencetusnya adalah seorang Yahudi dari
Yaman bernama Ibnu Saba’. Di masa pemerintahan Utsman ra. dia menyulut api
fitnah, dengan menyatakan bahwa yang berhak menggantikan Nabi Muhammad SAW
setelah beliau wafat adalah Ali bin Abi Thablis ra. Namun
ketiga khalifah menyembunyikan hal itu, pent. Di zaman Ali ra. mereka pernah
akan di bakar karena beliau tidak senang terhadap orang-orang yang berlebihan
kepadanya, namun Abdullah Ibn Abbas ra. mencegahnya dengan menyatakan: “Janganlah anda menyiksa mereka dengan
sesuatu (api) yang dengannya Allah kelak akan mengadzab para penghuni neraka”.
lantas mereka menyebar ke mana-mana. Kemudian Ali memberlakukan cambuk 80 kali
bagi orang yang menyakini dirinya lebih utama dari ketiga khalifah sebelumnya, dengan
membenarkan isu Ibnu Saba’ si Yahudi itu.
Demikianlah keberadaan Syi’ah dari
zaman ke zaman semakin meluas dan turun temurun setelah masa Khulafa’
Ar-Rasyidin. Bahkan mereka terpecah menjadi beberapa golongan, diantaranya:
kelompok Zaidiyyah (paling dekat dengan ahlu sunnah), Rafidhah
(yang menolak dan memaki-maki Abu Bakar dan Umar serta shahabat lainnya secara
umum kecuali ahlulbait menurut mereka) Itsnaa ‘Asyariyyah
(imamiyyah yang berjumlah 12 orang), Nusyairiyyah (yang sekarang
berkuasa di Syria) dan Al-Hutsiyyah (yang sekarang berusaha menguasai
Yaman dan sedang di gempur oleh negara-negara Arab lainnya). Dan yang terparah
dari mereka meyatakan kalau Jibril salah mewahyukan, mestinya kepada Ali bukan
kepada Muhammad..Na’udzu billaah!!
Secara umum mereka memiliki
keyakinan yang disebut dengan taqiyyah (berpura-pura di hadapan khalayak
guna menutupi belangnya). Dan yang akan kita sorot adalah bagaimana mereka
melaknat para shahabat ra. Yang mulia setelah Nabi SAW. Shahabat Abu Bakar yang
dijuluki oleh Nabi sebagai Ash-Shiddiq. Beliaulah orang yang pertama kali
membenarkan Nabi SAW. Disaat semua orang mendustakannya. Bahkan Nabi
menyatakan: “Kalau iman Abu Bakar diletakkan di sisi sebuah timbangan dan iman
ummat ini diletakkan di sisi yang lain, niscaya iman Abu Bakar yang lebih
berat”.
Lantas bagaimana mulut orang-orang yang berdosa itu memakinya? Begitu pula shahabat Umar ra. yang
dengannya Allah memuliakan Islam sebagaimana do’a yang dipanjatkan Nabi SAW.
“Ya Allah muliakanlah Al-Islam dengan masuknya salah seorang (umarain)
yang engkau cintai, Umar Ibnul Khatthab atau ‘Amr Ibn Hisyam” dan ternyata Allah SWT memilih Umar ra. meskipun Islam sebelumnya telah
berwibawa dengan ke-Islaman Hamzah ra. paman Nabi SAW.
Dan secara umum Rasulullah SAW
bersabda: “Janganlah kalian mencerca shahabatku, demi Allah sekiranya salah
seorang diantara kalian berinfaq emas sebesar gunung Uhud; tidaklah akan
mencapai keutamaan salah seorang dari mereka tidak pula separuh dari
keutamaannya Para shahabat yang utama adalah khulafa’ ar-rasyidin dan 6 lainnya
yg dijamin masuk syurga sementara yang lain secara umum adalah orang-orang yang
diridha-i Allah sebagaimana dalam (QS.
At-Taubah;9:100).
Abdullah
Ibn Mas’ud berkata: “Para shahabat hatinya paling baik diantara hati semua
ummat ini, paling mendalam ilmunya, paling sedikit membuat beban bagi diri
sendiri, paling lurus dalam mengambil petunjuk, paling baik keadaannya. Mereka
Allah pilih untuk menemani Nabinya SAW dalam rangka menegakkan agama-Nya. Maka “Mencintai para shahabat adalah bagian dari sunnah,
mendo’akan mereka termasuk qurbah (mendekatkan diri pada Allah,
menjadikan mereka sebagai contoh dalam hidup adalah wasilah (sarana) dan
meniti jejak mereka adalah fadhilah (sebuah keutamaan)”.
Pada tahun 1996 yang lalu ketika
saya menjadi mahasiswa tingkat pemula di LIPIA Jakarta, dalam sebuah ceramah
umum salah seorang pengurus Dewan Da’wah Indonesia (DDI) menceritakan
bahwa banyak dari anak-anak bangsa ini yang di sekolahkan gratis ke Qum-Iran
dan di tanggung penuh. Begitu mereka turun di bandara Teheran, bisa langsung
nikah mut’ah (kawin kontrak). Dan inilah diantara daya tarik mereka dalam
menjerat pemuda kaum muslimin. Namun yang perlu kita ketahui bahwa negara Iran
sekarang dalam kesulitan menghadapi hasil nikah-nikah mut’ah yang mereka
lakukan, kepada siapa anak-anak itu dinasabkan dan wanita-wanitanya
terabaikan!!
Perbedaan kaum syi’ah (sebagai
pengikut Ibnu Saba’) dengan Sunni (pengikut Nabi Muhammad SAW dan shahabat ra.)
dimulai dari hal yang mendasar seperti rukun Islam (mereka tidak menyebut
syahadatain namun menggantinya dengan imamah (lihat Al-Kaafi juz 2 hlm.
18). Sementara rukun Iman sama sekali
berbeda dengan konsep Ahlussunnah. Disarming mereka punya kitab suci selain
Al-Qur’an Al-Karim yang disebut mushhaf fathimi yang lebih dari 30 juz.
Banyak ayat yang mereka tambah dan kurangi. Perbuatan mereka sebagaimana yang
dilakukan kaum Yahudi terhadap Taurat dan kaum Nashara terhadap Injil. Sebagai
contoh dalam surat asy-syarh mereka menyelipkan diantara ayatnya “wa ja’alnaa
‘aliyyan shihrak” (Dan kami jadikan Ali sebagai mantumu!).
Kebanyakan
diantara kita tertipu dengan tangisan mereka. Kami bertanya kepada salah
seorang Dosen di Madinah, wahai syekh: Mengapa orang-orang Syi’ah menangis di
hadapan kuburan Baqi’? beliau menjawab: Tangisan mereka bohong! Tidakkah kalian
membaca Al-Qur’an, bagaimana saudara-saudara Yusuf datang menemui ayah mereka
dalam keadaan menangis lalu mengatakan kalau Yusuf telah mati diterkam oleh
srigala. Padahal mereka berdusta (QS.Yusuf;12:16-18).
Orang-orang
Syi’ah ingin merusak, merubah dan mengganti agama Islam; namun mereka tidak
punya jalan untuk itu. Nenek moyang mereka adalah orang-orang persia (Iran), yang
mereka berasal dari kaum majusi (penyembah api). Keyakinan mereka kepada Allah
tercermin pada sebuah pertanyaan yang diajukan kepada imam mereka: “Wahai imam
bagaimana nasib saya esok? kemudian dia menjawab: Begini dan begitu… Lalu selang
beberapa saat si penanya kembali lagi: Wahai imam, anda mengatakan: Begini dan
begitu… kok berbeda. Imam mereka menjawab: Telah nampak di hadapan Allah begini
dan begitu. Ini adalah kelancangan
terhadap Allah, Maha suci Allah dari yang mereka katakan”.
Berarti mereka menganggap Allah SWT tidak mengetahui apa yang akan terjadi
esok!
Agama
mereka penuh dengan dendam kesumat, khususnya terhadap shahabat yang mulia Abu
Bakar dan Umar yang menaklukkan Persia. Namun Allah SWT mengadzab mereka di
dunia sebelum di akhirat, dengan memukuli tubuh mereka sendiri baik berupa
cambuk atau pedang sebelum nantinya di masukkan ke dalam neraka pada hari
kiamat.
Waspadailah
ceramah-ceramah dari pentolan Syi’ah di Indonesia, juga buku-buku terbitan
mereka, maupun situs-situs mereka di internet! Karena sejak lama kita sudah
hidup di kancah perang media masa. MUI telah menyesatkan mereka dalam
fatwa-fatwanya, demikian halnya Al-Azhar di Mesir maupun Hai’ah Kibaar
Al-Ulama Saudi. Wallaahu Al-Musta’aan!
Tidak ada komentar: