BAGAIMANA ISU ISLAM NUSANTARA

BAGAIMANA ISU ISLAM NUSANTARA
Hafidz, S.Pd.M.Pd.I
(Wakil Ketua MPI-PDM Kota Malang)


Sampai saat ini Ramadhan 1442 dan di tengah situasi pandemi covid-19, masih berpolemik tentang Islam Nusantara di tanah air Indonesia ini, dan ironisnya yang berselisih adalah umat Islam sendiri, kenapa umat Islam terkotak-kotak dan terombang-ambing?

 

Berawal dari kalimat “Al-Islamu Shaliihun likulli zamanin wa makaanin” artinya Islam agama yang selalu relevan dengan segala situasi. Perkataan ini yang sering didengar dan bahkan dipakai untuk melegalkan sesuatu yang hendak di capai dalam hidup ini, dengan dalih Islam cocok dengan berbagai golongan, suku, ras dan etnis apapun di dunia ini, sehingga menjadikan agama sebagai barang transaksi untuk mengeruk keuntungan personal atau kelompok dari agama, khususnya agama Islam yang laku untuk ditransaksikan baik di dunia nasional maupun Internasional. Pemahaman dan pengamatan seperti di atas merupakan kekeliruan besar dalam agama, maksud dari ungkapan di atas adalah bahwa Islam adalah agama yang mewadahi berbagai kelompok, suku, bangsa, ras dan etnis sekalipun artinya Islam tidak pernah memandang pemeluknya dari golongan apa, siapa dan dari mana semuanya akan diakomodir tanpa diskriminasi sedikitpun. Akan tetapi Islam tidak dapat di bawa oleh siapapun dan kemanapun misalnya; Islam Arab, Islam Papua atau yang lainnya.

 

Oleh sebab itu, Islam datang sebagai pengayum seluruh umat di dunia ini, Islam bukan milik suku, bangsa tertentu tapi untuk semuanya, sebagaimana firman Allah SWT:

 

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

 “Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”(QS. al-Anbiya’;21:107) Islam senantiasa ada bersama manusia tanpa dibatasi oleh ruang, waktu dan tempat serta adat istiadat, dan Islam sebagai agama yang abadi hingga akhir masa dan bersifat universal artinya mencakup seluruh aspek kehidupan manusia dimanapun, kapanpun dan oleh siapapun. Coba perhatikan firman Allah yang lain

 

وَمَاۤ اَرۡسَلۡنٰكَ اِلَّا كَآفَّةً لِّلنَّاسِ بَشِيۡرًا وَّنَذِيۡرًا وَّلٰـكِنَّ اَكۡثَرَ النَّاسِ لَا يَعۡلَمُوۡنَ

Dan kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada Mengetahui”(QS. Saba;34:28)

 

Ayat ini mengindikasikan Universalisme Islam jika dilihat dari sisi ritual tidak membedakan aturan ritual berdasarkan  budaya tertentu, akan tetapi setiap muslim memiliki tatacara ritual yang sama, misalnya kalimat adzan, tatacara shalat dengan bahasa arab secara Tauqif  dimanapun dan kapanpun orang Islam melaksanakannya tetap dengan aturan yang sama. Keuniversalan Islam terintegrasi dan terkodifikasi dalam ikatan ‘Aqidah Syari’ah dan Akhlaq karena antara tang satu dan lainnya terdapat hubungan yang saling berkaitan dan fokusnya pada keEsaan Allah SWT (tauhid) dan ajaran tauhid ini yang menjadikan inti awal dan akhir seluruh ajaran Islam. Jadi ikatan ‘Aqidah jauh lebih kuat dari pada ikatan primordial lainnya, dan suku bangsa dan ras tidak lagi menjadi argumen dan pembeda utama dalam hubungan kemanusiaan untuk melegalkan Islam Nusantara. Justeru dengan persamaan  ‘aqidah dapat melebur perbedaan suku dan kebangsaan. Dan Islam itu sendiri secara totalitas (Kaffah) merupakan suatu keyaqinan bahwa nilai-nilai ajarannya bersifat mutlak kebenarannya karena bersumber dari Allah secara langsung.

Di samping itu Islam juga merupakan hukum atau undang-undang (Syari’ah) yang mengatur tatacara hidup manusia dalam berkomunikasi dengan Allah SWT (vertical) yang meliputi tatacara beribadah mahdhah yang benar sesuai tuntunan, dan dengan sesama (horizontal)meliputi mua’malah, jinayat, munakahah dan siyasah. Sedangkan standar hukum yang dipergunakan adalah wajib, haram, mubah, mandzub dan makruh dan hukum ini dalam operasionalnya bersifat fleksibel maluli ijtihad jama’I yang disesuaikan dengan perubahan perkembangan zaman. Sementara aspek syari’ah dapat disosialisaikan oleh aspek akhlaq yang meliputi cara berperilaku, kebiasaan besosialsasi dan berinteraksi baik yang hubungannya dengan masalah ekonomi, budaya, soisal, berkeluarga, bertetangga dan sebagainya. Aspek-aspek tersebut tetap bersumber kepada al-Qur’an dan sunnah Rasul, karena dua sumber ini telah mengatur kehidupan manusia dengan cukup cermat, teliti yang dapat juga dikodifikasi dalam ijtihad dan  ushul fiqh.

 

Ketiga Aspek di atas (‘Aqidah, Syari’ah dan Akhlaq) berfungsi sebagai bara’a pembebasan manusia dari berbagai belenggu atau penyakit mental-spritual dan stagnan berfikir, serta mengatur pola tingkah laku  atau perbuatan manusia secara tertib supaya tidak terjebak pada jurang kehinaan dan keterbelakangan yang dapat menghilagkan kesejahteraan dan kebahagiaan hidup. Hal ini sesuai dengan misi universalitas Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin(pengayum semua yang ada di jagad raya ini). Dengan demikian maka muncul image terhadap Islam sebagai agama yang sempurna, dimana kesempurnaan itu tergambar dalam ajaran-ajarannya yang bersifat unikversal dan fleksibel dengan prinsip keseimbangan hidup antara duniawi dan ukhrawi, jasmani dan rahani, maksudnya kehidupan dunia yang baik harus dijadikan media atau sarana utnuk mencapai kehidupan rahani yang baik pula, dan kehidupan rahani yang yang baik harus dijadikan media untuk memenuhi kehidupan jasmani yang baik, legal dan halal serta di bawah naungan hukum dan ridha Allah SWT.

Maka dari itu Islam merupakan kekuatan hidup yang dinamis dan tabi’at alam yang mewadahi segala aspek kehidupan insani basyariyah.sebagaimana firman Allah yang sangat jelas dan lugas

 

ٱلْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِى وَرَضِيتُ لَكُمُ ٱلْإِسْلَٰمَ دِينًا

 “…..pada hari Ini Telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan Telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan Telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu….” (QS. al-Ma-idah;5:3) ayat ini turun di ‘Arafah ketika Rasulullah SAW wuquf pada haji wada’.

 

Lalu bagaimana dengan gagasan Islam Nusantara yang akhir-akhir ini menjadi polemik di tanah nusantara, dan dimana letak kesempurnaan Islam itu sendiri? Sebenarnya hal ini hanya sebatas mistendensi kesalahpahaman yang disebabkan oleh pemikiran orang Islam yang dikotomis yaitu pemikiran yang hendak memisahkan antara kehidupan dan agama. Mereka memandang agama sebagai salah satu aspek hidup dan kebutuhan manusia terhadap penyembahan pada Tuhan semesta alam. Sedangkan dalam aspek kehidupan lainnya agama tidak bisa diperankan, pemahaman parsial ini telah melahirkan  pandangan sempit terhadap Islam dan membuahkan pikiran sekularisme. Dikotomi pemikiran Islam telah berlangsung sejak umat Islam mengetahui budaya Yunani pada akhir abad ke 6 hijriyah. Dikotomi semacam ini pada dasarnya telah mengingkari pandangan pokok Islam yang bertumpu pada Tauhid sebagai landasan implikasi pandangan manusia terhadap alam. Alam adalah suatu kesatuan yang utuh, maka kehidupan harus terdiri dari keseluruhan yang total pula.

 

Bagi seorang muslim, Islam menjadi dasar dalam menata kehidupannya, naik eKonomi, politik dan budaya sehingga kehidupannya menggambarkan perilaku yang Islami. Sebagaimana firman Allah SWT.

 

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا ادْخُلُوْا فِى السِّلْمِ كَاۤفَّةً ۖوَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ

  “ Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu” (QS. al-Baqarah;2:208) jadi manusia yang utuh adalah manusia yang memiliki konsistensi antara keyaqinan dalam hatinya yang mendorong utnuk melaksanakan aturan sesuai dengan keyaqinannya yang akan mewujudkan keperibadian muslim yang Islami.

 

Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa konsep Islam tentang umat sangat ideal penuh dengan keindahan, artinya janganlah kita umat Islam menjauh dari al-Qur’an dengan mengislamisasi budaya lokal dalam kemasan Islam Nusantara, dimana gagasan ini seakan menyederhanakan masalah dan mengandung kebenaran! Mestinya mengembalikan umat Islam pada kejayaannya adalah dengan mengembalikan umat Islam pada pijakan hidupnya yaitu al-Qur’an. Wallahul musta’an!






BAGAIMANA ISU ISLAM NUSANTARA BAGAIMANA ISU ISLAM NUSANTARA Reviewed by sangpencerah on Mei 27, 2021 Rating: 5

Tidak ada komentar: