Hadits ke-7 dari 19, BAB 2. TAUBAT KITAB : NUZHATUL MUTTAQIEN SYARH RIYADUS SHALIHIN

 Hadits ke-7 dari 19, BAB 2. TAUBAT KITAB : NUZHATUL MUTTAQIEN SYARH RIYADUS SHALIHIN

 
 
وَعَنْ زُرِّ بنِ حُبَيْشٍ قَالَ‏:‏ أَتَيْتُ صَفْوَانَ بنِ عَسَّالٍ رضي الله عنه أَسْأَلُهُ عنِ المَسْحِ علىَ الْخُفَّيْنِ فَقَالَ‏:‏ مَا جَاءَ بِكَ يَازِرُّ‏؟‏ فَقُلْتُ‏:‏ اَبْتَغَاءَ اْلِعلْمِ، فَقَال‏:‏ إِنّ الْمَلَائِكةَ تَضَعُ أَجْنِحَتَهَا لِطالِبِ العِلْمِ رِضًي بِمَا يَطْلُبُ، فَقُلْتُ‏:‏انّهُ قدحَكَّ في صدرِي المَسحُ علي الخُفَّيْنِ بعد الغائطِ والبولِ, وكنت امرأ من أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم ، فجئت أسألكَ‏:‏ هَلْ سَمِعتَهُ يذكر في ذلك شيئاً‏؟‏ قال‏:‏ نَعم، كانَ يَأمُرنَا إذا كنا سَفْراً- أو مسافرين- أنْ لَا نَنْزِعَ خِفافِنا ثلاثةَ أيّاَمٍ ولَيَالِيَهُنَّ إلّا مِن جَنابَةٍ، لَكِن من غائطٍ وبَولٍ ونَومٍ‏.‏ فقلتُ‏:‏‏‏ هَلْ سَمِعتَهُ يذكر في الهوي شيئاً‏؟‏ قال‏:‏ نَعم، كنا مع رسول الله في سفرٍ ، فَبيَنا نحنُ عندَه إذ نَادَاهُ أعرابى بصوت له جَهْورِى‏:‏ يا مُحَمَّد، فأجابَهُ رسول الله صلى الله عليه وسلم نحواً من صوته‏:‏ ‏هاؤم‏‏ فقلت له‏:‏ وَيْحَكَ اغْضُض من صوتِكَ فإنك عند النبي صلى الله عليه وسلم ، وقد نهيت عن هذا‏!‏ فقال‏:‏ والله لا أَغْضُض‏.‏ قال الأعرابى‏:‏ المَرْءُ يُحِبُّ القومَ ولِمَّا يلحقُ بِهم‏؟‏ قال النبي صلى الله عليه وسلم‏:‏ ‏"‏ المَرْءُ مع من أحبَّ يوم القيامة‏"‏ فَمَا زال يحدثنا حتى ذكر باباً من المغربِ مَسِيرةُ عرضِهِ أو يَسيرُ الراكبُ في عرضِهِ أربعين أو سبعِيْنَ عامّاً‏.‏ قال سفيان أحد الرواة قِبَلَ الشامِ خلقه الله تعالى يومَ خَلَقَ السموات والأرض مفتوحاً للتوبة لا يُغلقُ حتىّ تطلعُ الشمسُ مِنْهُ‏"‏ ‏(‏‏(‏رواه الترمذي وغيره وقال‏:‏ حديث حسن صحيح‏)‏‏)‏‏.‏
 
9. Dari Zir bin Hubaisy, katanya: "Saya mendatangi Shafwan bin 'Assal r.a. perlu menanyakan soal mengusap dua buah sepatu khuf (but). Shafwan berkata: "Apakah yang menyebabkan engkau datang ini, hai Zir?" Saya menjawab: "Karena ingin mencari ilmu pengetahuan." Ia berkata lagi: "Sesungguhnya para malaikat itu meletakkan sayap-sayapnya - yakni berhenti terbang dan ingin pula mendengarkan ilmu atau karena tunduk menghormati - kepada Orang yang menuntut ilmu, karena ridha dengan apa yang dicarinya." ‏‏

Saya berkata: "Sebenarnya saya sudah tergerak dalam hatiku akan mengusap di atas dua buah sepatu khuf itu sehabis buang air besar atau kecil. Engkau adalah termasuk salah seorang sahabat Nabi SAW, maka dari itu saya datang ini untuk menanyakannya kepadamu. Apakah engkau pernah mendengar beliau SAWmenyebutkan persoalan mengusap sepatu khuf itu daripadanya?" Shafwan menjawab: "Ia pernah. Rasulullah SAWmenyuruh kita semua, jikalau kita sedang dalam berpergian, supaya kita jangan melepaskan sepatu khuf kita selama tiga hari dengan malamnya sekali, kecuali jikalau kita terkena wajib janabah, tetapi kalau hanya karena membuang air besar atau kecil atau karena sehabis tidur, boleh tidak usah dilepaskan." ‏‏

Saya berkata lagi: "Apakah engkau pernah mendengar beliau SAW menyebutkan persoalan cinta?" Dia menjawab: "Ya pernah. Pada suatu ketika kita bersama dengan Rasulullah SAW dalam berpergian. Di kala kita berada di sisinya itu, tiba-tiba ada seorang a'rab (orang Arab dari pergunungan) memanggil beliau itu dengan suara yang keras sekali, katanya: "Hai Muhammad." Rasulullah SAW menjawabnya dengan suara yang sekeras suaranya itu pula: "Mari ke mari". Saya berkata pada orang a'rab tadi: "Celaka engkau ini, perlahankanlah suaramu, sebab engkau ini benar-benar ada di sisi Nabi SAW, sedangkan aku dilarang semacam ini - yakni bersuara keras-keras di hadapannya-. "Orang a'rab itu berkata: "Demi Allah, saya tidak akan memperlahankan suaraku." Kemudian ia berkata kepada Nabi SAW: "Ada orang mencintai sesuatu golongan, tetapi ia tidak dapat menyamai mereka - dalam hal amal perbuatannya serta cara mencari kesempurnaan kehidupan dunia dan akhiratnya. Nabi SAW menjawab: "Seseorang itu bersama orang yang dicintai olehnya pada hari kiamat." Tidak henti-hentinya beliau memberitahukan apa saja kepada kita, sehingga akhirnya menyebutkan bahwa di arah barat itu ada sebuah pintu yang perjalanan luasnya yakni sekiranya seseorang yang berkendaraan berjalan hendak menempuh jarak luasnya itu, maka jarak antara dua ujung pintu tadi adalah sejauh empat puluh atau tujuh puluh tahun." ‏‏

Salah seorang yang meriwayatkan Hadis ini yaitu Sufyan mengatakan: "Di arah Syam pintu itu dijadikan oleh Allah Ta'ala sejak hari Dia menciptakan semua langit dan bumi, senantiasa terbuka untuk taubat, tidak pernah ditutup sehingga terbitlah matahari dari sebelah barat yakni dari dalam pintu tadi." ‏‏

Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan lain-lainnya dan Imam Tirmidzi mengatakan bahwa Hadis ini adalah hasan shahih.


Lughatul Hadits

Maa Jaaaka: apa yang membawamu
Ibtighaul Ilmi: demi untuk menuntut ilmu
Tadhau Ijnikhatiha: Majaz pertolongan dan kemudahan dalam mengapai ilmu.
Khaku Fii Shadry: yang menjadikanku ragu
Al-ghaith: Asal bahasanya bermakna tempat yang rendah di bumi. Apa yang keluar dari dubur manusia
Safran: jamak saafirun
Khifafina: jamak khif yaitu yang menutup kaki manusia seperti sepatu.
Janabah: secara bahasa berarti jauh, secara syariat adalah hal yang menyebabkan mandi dari jima'
AlHawa: nafsu/cinta
A'rabiyun: orang asli arab / suku baduwi
Aljahwariyyu: nada yang sangat tinggi
Nahwa min shoutihi: yaitu dengan yang tinggi/keras pula
Ugdhudh: pelankan/rendahkan (nada)
Lamma yalhaqu bihim: tidak melakukan perbuatan yang serupa dengan sempurna
Littaubah: diterimanya taubat

 
Faidah Hadits:

- Perintah untuk mencari/menuntut ilmu dan bertanya kepada ahli ilmu tentang berbagai perintah agama.
- diperbolehkannya membasuh sepatu/khauf dan lamanya bagi seorang musafir selama 3 hari 3 malam, sedangkan bagi yang muqiem/bukan musafir harnya sehari semalam, masa dimulanya sejak dipakai, dan syarat diperbolehkannya membasuk adalah sepatu/khaf nya keadaan suci, dana supay membasuhnya secara sempurna dan hingga batas 2 mata kaki

dan bisa juga berturut-turut dipakai secara periodik untuk mengulang keinginan musafir dengan tanpa dibasahi.  dan diperbolehkan membasuh kedua khauf sebagai ganti membasuh kedua kaki dalam bersuci hanya dari hadats kecil saja sebagaimana dalam hadits: yaitu buang air besar, buang air kecil dan tidur, dan tidak bisa digunakan sebagai ganti dari pada bersuci dari hadats-hadats besar seperti mandi jinabah, mandi dari haid dan nifas, dalam hal hadats besar tersebut harus melepaskan khauf dan mencuci/membasahi kedua kaki.
- senantiasa beradab kepada ulama dan orang-orang shalih.
- menjaga suara saat berada di majlis-majlis ilmu
- Mengajarkan kepada orang bodoh tentang Adab yang bagus dan tata cara prilaku yang baik.
- Mencontoh Nabi Muhammad SAW dalam kelembutannya dan bagusnya akhlaknya, dan bagaiman berdialog dengan manusia sesuai ilmu dan akal mereka.
- mencari/bersama di majlis-majlis orang shaleh, mencinta mereka dan senantiasa dekat dengan mereka dan menjauhi orang yang berprilaku jahat, waspada atas ketertarikan hati dengan para ahli maksiat dan dosa.
- dalam hal kecintaan, agar senantiasa suka/cinta ke jalan yang bisa membawa kepada ketaatan
- Membukakan pintu cita-cita dan harapan, memberi kabar gembira atas sebuah kesuksesan, dan lemah lembuh dalam memberi keteladanan.
- Luasnya rahmat Allah Azza wajalla, dan kemudahan menjadi sebab dari hidayah, serta dibuka pintu untuknya taubat., dan apa yang yang disebutkan dalam bab ini bisa jadi menjadi sebuah gambaran taubat, dan bab ini hanya Allah SWT yang lebih tau hakikatnya





Hadits ke-7 dari 19, BAB 2. TAUBAT KITAB : NUZHATUL MUTTAQIEN SYARH RIYADUS SHALIHIN Hadits ke-7 dari 19, BAB 2. TAUBAT KITAB : NUZHATUL MUTTAQIEN SYARH RIYADUS SHALIHIN Reviewed by sangpencerah on Mei 16, 2021 Rating: 5

Tidak ada komentar: