Hadits ke-8 dari 20, BAB 2. TAUBAT KITAB : NUZHATUL MUTTAQIEN SYARH RIYADUS SHALIHIN

Hadits ke-8 dari 20, BAB 2. TAUBAT KITAB : NUZHATUL MUTTAQIEN SYARH RIYADUS SHALIHIN




عَنْ أَبِي سَعِيدٍ سَعْدِ بْنِ مَالِكِ بْنِ سِنَانٍ الْخُدْرِيِّ - رَضِيَ اللهُ عَنْهُ - أَنَّ نَبِيَّ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ: «كَانَ فِيمَنْ كَانَ قَبْلَكمْ رَجُلٌ قَتَلَ تِسْعَةً وتِسْعينَ نَفْسًا، فَسَأَلَ عَنْ أعْلَمِ أَهْلِ الأرضِ، فَدُلَّ عَلَى رَاهِبٍ، فَأَتَاهُ، فَقَالَ: إِنَّهُ قَتَلَ تِسعَةً وتِسْعِينَ نَفْسًا، فَهَلْ لَهُ مِنْ تَوبَةٍ؟ فقالَ: لَا، فَقَتَلهُ، فَكَمَّلَ بهِ مئَةً، ثُمَّ سَأَلَ عَنْ أَعْلَمِ أَهْلِ الأَرضِ، فَدُلَّ عَلَى رَجُلٍ عَالِمٍ، فَقَالَ: إِنَّهُ قَتَلَ مِئَةَ نَفْسٍ فَهَلْ لَهُ مِنْ تَوْبَةٍ؟ فَقَالَ: نَعَمْ، ومَنْ يَحُولُ بَيْنَهُ وبَيْنَ التَّوْبَةِ؟ انْطَلِقْ إِلَى أَرْضِ كَذَا وكَذَا، فإِنَّ بِهَا أُناسًا يَعْبُدُونَ اللهَ تَعَالَى فاعْبُدِ اللهَ مَعَهُمْ، ولَا تَرْجِعْ إِلَى أَرْضِكَ، فَإِنَّهَا أرضُ سُوءٍ، فانْطَلَقَ حَتَّى إِذَا نَصَفَ الطَّرِيقَ أَتَاهُ الْمَوْتُ، فاخْتَصَمَتْ فِيهِ مَلَائِكَةُ الرَّحْمَةِ ومَلَائِكَةُ الْعَذَابِ، فَقَالتْ مَلَائِكَةُ الرَّحْمَةِ: جَاءَ تَائِبًا، مُقْبِلًا بِقَلبِهِ إِلى اللهِ تَعَالَى، وقالتْ مَلائِكَةُ العَذَابِ: إنَّهُ لمْ يَعْمَلْ خَيرًا قَطُّ، فَأَتَاهُمْ مَلَكٌ في صورَةِ آدَمِيٍّ، فَجَعَلُوهُ بَيْنَهُمْ - أيْ حَكَمًا - فقالَ: قِيسُوا ما بينَ الْأَرْضَيْنِ فَإِلَى أيَّتِهِمَا كَانَ أدنَى فَهُوَ لَهُ، فَقَاسُوا، فَوَجَدُوهُ أدْنى إِلَى الْأرْضِ الَّتِي أرَادَ، فَقَبَضَتْهُ مَلَائِكَةُ الرَّحْمَةِ» متفق عليه.
وفي رواية في «الصحيح»: «فَكَانَ إِلَى القَريَةِ الصَّالِحَةِ أقْرَبَ بِشِبْرٍ، فَجُعِلَ مِنْ أهلِهَا».
وفي رواية في «الصحيح»: «فَأَوحَى الله تَعَالَى إِلَى هَذِهِ أَنْ تَبَاعَدِي، وَإِلَى هذِهِ أَنْ تَقَرَّبِي، وقَالَ: قِيسُوا مَا بيْنَهُما، فَوَجَدُوهُ إِلَى هذِهِ أَقْرَبَ بِشِبْرٍ، فَغُفِرَ لَهُ».
وفي رواية: «فَنَأى بِصَدْرِهِ نَحْوَهَا».


20. Dari Abu Said, yaitu Sa'ad bin Sinan al-Khudri r.a. bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: ‏‏

Di kalangan masyarakat sebelum kalian, ada seorang laki-laki yang telah membunuh 99 (sembilan puluh) orang. (Karena ingin bertaubat), ia bertanya kepada seseorang, di mana orang yang paling banyak ilmunya berada? Ia ditunjukkan kepada seorang pendeta, lalu ia mendatangi pendeta itu. Orang yang mengantar berkata (kepada si pendeta), ‘Ia telah membunuh 99 orang. Apakah ia masih memiliki peluang bertaubat.’Pendeta itu menjawab, ‘Tidak.’(Laki-laki pembunuh itu naik pitam) lalu membunuh si pendeta. Dengan demikian, ia telah membunuh seratus orang. Pembunuh itu bertanya kembali tentang keberadaan orang yang paling banyak ilmunya. Ia ditunjukkan kepada seorang ulama. (Sesampainya di tempat ulama itu), orang yang mengantar berkata, ‘Ia telah membunuh 100 (seratus) orang, apakah masih terbuka pintu taubat baginya?’ Ulama itu menjawab, ‘Ya. Siapa yang dapat menghalang-halangi antara dirinya dengan taubat itu?. Berangkatlah ke daerah ini dan ini. Di sana ada kaum yang menyembah Allah Ta’ala. Beribadahlah bersama mereka. Jangan kembali ke lingkunganmu, karena lingkunganmu adalah lingkungan yang buruk (penuh maksiat).’ Laki-laki itu berangkat (memenuhi nasehat ulama itu). Di tengah perjalanan, ia meninggal dunia.  ‏‏

Malaikat rahmat dan malaikat azab  memperebutkannya. Malaikat rahmat berkata, ‘Dia telah datang dalam keadaan bertaubat. Hatinya tertuju kepada Allah Ta’ala (karena itu, dia adalah bagianku).’ Malaikat azab berkata, ‘Dia belum melakukan kebaikan sedikit pun (karena itu, dia bagianku).’ Kemudian, datanglah seorang malaikat dalam bentuk manusia. Kedua malaikat itu mengangkatnya untuk menjadi penengah. Dia (malaikat penengah) berkata, ‘Ukurlah jarak dua tanah itu (tanah yang mengarah ke tempat pemberangkatan laki-laki yang akan bertaubat dan tanah yang akan dituju). Ke manakah dia lebih dekat, maka laki-laki ini miliknya.’ Dua malaikat mengukur tanah tersebut. Setelah itu, diketahui bahwa si pembunuh lebih dekat dengan tanah yang akan ditujunya. Dengan demikian, malaikat rahmatlah yang berhak mengambilnya.” (Muttafaq ‘alaih)


Di dalam riwayat lain disebutkan: “Jarak ke tanah yang akan dituju lebih dekat satu jengkal, maka ia menjadi golongannya.”. Di dalam riwayat lain disebutkan: “Allah Ta’ala memerintahkan kepada tanah tempat pemberangkatan untuk menjauh dan memerintahkan kepada tanah tempat tujuan untuk mendekat, lalu berfirman, ‘Ukurlah keduanya.’ Mereka mendapati bahwa tanah tujuan lebih dekat satu jengkal, maka dosa-dosanya diampuni.’”Di dalam riwayat lain disebutkan: “Dada orang tersebut mendekat ke arah tanah yang dituju.”


HR Bukhari di Kitabul Al Anbiya (Bab Ma dzukira an bani israiil) dan HR Muslim Di Kitabut Taubah (Bab Qabulu Taubatul Qaatiil) 


Lughatul Hadits:

Rahib: orang meninggalkan kesibukan dunia, meninggalkan tempat perlindungannya, berpantang di dalamnya, dan memisahkan dari keluarganya dengan sengaja.
Man yahulu: :istifham inkary,  yaitu segala sesuatu yang menjadi penghalang. 
Bainahu: yaitu antara pelaku taubat dari dosa dan taubat.
Ardun kadza wa kadza: diriwayatkan dari Imam Thabrani bahwa namanya Basira, dan nama desa/wilayah saat kejadian yaitu dengan yang banyk kekufuran.
Nisfut thariq: sampai separuhnya perjalanan
Ardhaini: tempat di mana ia keluar darinya dan tempat dimana ia pergi tujuannya. 
Adna: lebih dekat
Na'aa:  dengan tekad dan usaha keras meskipun berat dari kematiannya



Faidah Hadits

- Indahnya rangkain tutur kata Nabi SAW dalam memberikan arahan dan nasehat dengan memberikan contoh-contoh yang realistis, serta dibolehkannya membicarakan bangsa-bangsa sebelumnya yang belum masuk Islam dengan apa yang bertentangan dengannya  
- Jiwa yang sudah ada didalamnya keinginan melakukan kebaikan dan kebenaran akan tetap Kembali kepada keistiqamahan,meskipun jika hawa nafsu sesekali menyimpang dari petunjuk dan tidak ada
- keutamaan berilmu dengan sedikit Ibadah daripada banyaknya ibadah dengan ketidaktahuan tanpa ilmu, karena hamba yang bodoh/tanpa ilmu mungkin telah melakukan kesalahan dalam hal apa dia anggap baik, maka hal itu hancur/rusaklah (amal ibadahnya) dan merusak (tuntunan amal Ibadah), sedangkan orang yang berilmu memberi petunjuk dengan cahaya ilmu maka sesuailah dengan kebenaran, maka hal itu memberinya manfaat (amal ibadahnya) serta menjadi manfaat (tuntunan amal Ibadah)
- Pintu pertobatan terbuka, dan orang yang bertaubat dapat diterima (taubatnya oleh Allah SWT) tidak peduli seberapa besar dosanya dan seberapa banyak kesalahan-kesalahannya.
- kepada orang yang menyerukan kebaikan/pendawah  dan orang penyeru untuk merawat jiwa agar memiliki kebijaksanaan yang besar, menyadari apa yang baik untuk jiwa, berjalan di jalan harapan, dan membuka pintu menuju harapan.
- Diterimanya taubat bagi pembunuh dengan sengaja adalah bagian dari ijma’ ulama, karena sudah jelas (hukumnya) di dalam hadits bahwa membunuh jiwa baik sengaja maupun dengan menyakiti. Dan tidak ada halangan dari diterimanya taubat. Dan ini meskipun sudah ditentukan sebelum kita (nabi-nabi terdahulu) akan tetapi telah datang di syariat kita mengenai apa yang dilakukan sebagaima Firman Allah SWT dalam QS Furqan 70 

إِلَّا مَن تَابَ وَءَامَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَٰلِحًا فَأُو۟لَٰٓئِكَ يُبَدِّلُ ٱللَّهُ سَيِّـَٔاتِهِمْ حَسَنَٰتٍ  
artinya “Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan”, juga dalam Firman-Nya QS. Al-Isra' 33 

 وَلَا تَقْتُلُوا۟ ٱلنَّفْسَ ٱلَّتِى حَرَّمَ ٱللَّهُ إِلَّا بِٱلْحَقِّ 
 artinya “ Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar.”
- Agar menghindar dari orang-orang dari dosa dan menjauhi mereka selama mereka masih berbuat dosa, dan menemani orang-orang yang shaleh, berilmu dan Shaleh.
- Allah SWT mencintai pertobatannya hamba dan diberitahukannya para malaikat atas taubatnya dan bangga-Nya kepada mereka, dan menggangkat tangan hamba-hambanya yang bertaubat kepada kesuksesan/kedamaian
- (Allah SWT) akan mengganti segala usaha dan menanggung kesulitan untuk menyusul derajat/golongan orang-orang shaleh, dan melakukan perbuatan seperti Muqarrabiin (orang-orang dekat dengan ajaran Allah SWT) adalah bukti dari ketulusan keinginan untuk bertaubat kepada Allah Azza Wajalla.  
- Berbuat baik dengan segera atau berkata dengan baik dari perkataan yang dibenci, begitu juga apabila berbicara dengan dengan perkataan yang menunjukkan adab dalam bicara
- Dalam sebuah hadits telah dijelaskan atas kemampuan malaikat untuk berubah bentuk.
- Sebuah catatan atas kelebihan manusia sebagaimana dijadikannya oleh Allah Malikul Hakim dalam gambaran anak adam (yang tidak lepas dari salah dan dosa).





Hadits ke-8 dari 20, BAB 2. TAUBAT KITAB : NUZHATUL MUTTAQIEN SYARH RIYADUS SHALIHIN Hadits ke-8 dari 20, BAB 2. TAUBAT KITAB : NUZHATUL MUTTAQIEN SYARH RIYADUS SHALIHIN Reviewed by sangpencerah on Mei 26, 2021 Rating: 5

Tidak ada komentar: