Gerhana adalah Bukti Keagungan Allah
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَ كَاتُهُ
أَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى خَلَقَ السَّمَاوَاتِ
وَاْلأَرْضَ وَٱخْتِلَٰفِ ٱلَّيْلِ وَٱلنَّهَارِ لَءَايَٰتٍ
لِّأُو۟لِى ٱلْأَلْبَٰبِ. أَشْهَدُ
أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
أللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وِعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ
إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ. أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا عِبَادَاللهِ أُوْصِيْكُمْ
وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. وَقَالَ اللهُ تَعَالَى
فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ.
وَآيَةٌ لَهُمُ اللَّيْلُ نَسْلَخُ مِنْهُ النَّهَارَ
فَإِذَا هُمْ مُظْلِمُونَ. وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَّهَا ذَلِكَ
تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ. وَالْقَمَرَ قَدَّرْنَاهُ مَنَازِلَ حَتَّى
عَادَ كَالْعُرْجُونِ الْقَدِيمِ. لا الشَّمْسُ يَنْبَغِي لَهَا أَنْ تُدْرِكَ
الْقَمَرَ وَلا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ وَكُلٌّ فِي
فَلَكٍ يَسْبَحُونَ.
Ma’asyirol Muslimin Rahimakumullah
Pada kesempatan kali ini marilah kita panjatkan rasa syukur kita kepada
Allah Taala yang telah menciptakan langit dan bumi serta mempergilirkan siang
dan malam dalam keseimbangan dan keserasian tata kosmos. Sholawat dan salam
marilah kita haturkan kepada junjungan kita, suri tauladan kita Rasulullah
Muhammad SAW, kepada keluarga dan seluruh sahabat-sahabatnya.
Ma’asyirol
Muslimin Rahimakumullah
Malam ini kita semua tengah mengalami dan menyaksikan
sebuah peristiwa alam yang sangat
menakjubkan, bulan yang
biasanya bersinar di malam hari dengan begitu indah kini
tertutup oleh bayangan bumi sehingga sinarnya tidak sampai ke lingkungan
kita dan menimbulkan keadaan
gelap. Peristiwa ini disebut sebagai Khusuful Qomar atau Gerhana
Bulan.
Gerhana merupakan peristiwa alam yang tidak biasa dan
menakjubkan, makanya peristiwa ini menimbulkan keyakinan-keyakinan yang
menyimpang di tengah masyarakat.
Di
negeri Cina, dahulu orang percaya bahwa gerhana terjadi karena seekor naga
langit membanjiri sungai dengan darah lalu menelannya. Itu sebabnya orang Cina
menyebut gerhana sebagai “chih” yang artinya “memakan”. Di Jepang, dahulu orang
percaya bahwa gerhana terjadi karena ada racun yang disebarkan ke bumi. Untuk
menghindari air di bumi terkontaminasi oleh racun tersebut, maka orang-orang
menutupi sumur-sumur mereka.
Di Indonesia sendiri,
terutama masyarakat Jawa meyakini bahwa gerhana terjadi karena bulan ditelan
oleh Raksasa jahat yang bernama Bathara Kala, Karena itu mereka memukul-mukul
kentongan, lesung, dan benda
lain yang menimbulkan
bunyi nyaring, untuk
menimbulkan bunyi-bunyi yang
gaduh dengan tujuan agar
raksasa yang menelannya menjadi takut
dan mau memuntahkan matahari
atau bulan yang
telah ditelannya.
Bagi orang-orang
Quraisy di Arab, gerhana bulan dikaitkan dengan kejadian-kejadian tertentu,
seperti adanya kematian atau kelahiran seseorang. Kepercayaan ini dipegang
secara turun temurun sehingga menjadi keyakinan umum masyarakat di zaman itu.
Kaum muslimin pada masa
Rasulullah saw masih hidup, juga pernah
mempunyai anggapan yang
keliru tentang gerhana
matahari yang terjadi
waktu itu. Atas
kehendak Allah swt, pada
saat itu bersamaan dengan wafatnya
Ibrahim putra Rasulullah saw
terjadi pula gerhana matahari. Oleh sebab itu, ada sebagian sahabat
yang menyangka bahwa
gerhana matahari yang terjadi saat itu terjadi akibat wafatnya Ibrahim.
Ma’asyirol Muslimin Rahimakumullah
Kepercayaan-kepercayaan
yang demikian itu diluruskan oleh Rasulullah SAW. Dalam Islam gerhana bulan
atau gerhana matahari adalah salah satu tanda keagungan Allah sebagai Dzat yang
Maha Pencipta dan Maha Berkuasa Atas Segala Sesuatu, sebagaimana Rasulullah Saw
bersabda:
اِنَّ الشَّمْسَ وَاْلقَمَرَ لَا يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ
اَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ وَلكِنَّهُمَا آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللهِ ، فَإِذَا
رَأَيْتُمُوهُمَا فَصَلُّوا
“Sesungguhnya
matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda Allah. Gerhana ini
tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika kalian
melihat gerhana tersebut, maka lakukanlah shalat gerhana.” (HR. Al Bukhari, 1042)
Dalam hadits tersebut ditegaskan bahwa tidak ada
kaitan antara gerhana dengan meninggal atau lahirnya seseorang, baik seseorang
itu dari kalangan orang biasa atau orang yang terhormat. Juga menepis terkait
keyakinan-keyakinan jahiliyah yang berisi mitos ataupun takhayul. Sesungguhnya
gerhana adalah merupakan tanda-tanda
kekuasaan dan keagungan Allah
Jalla wa Ala.
Hadits di atas juga menegaskan bahwa jika kita berada
pada kondisi dan situasi dimana gerhana terjadi baik gerhana bulan maupun
gerhana matahari maka disunnahkan untuk menjalankan sholat. Disamping itu juga
disunnahkan untuk memperbanyak dzikir, takbir dan bersedekah. Sebagaimana dalam
hadits yang lain, Rasulullah bersabda:
اِنَّ الشَّمْسَ وَاْلقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللهِ
لَا يَنْخَسِفَانِ لِمَوْتِ اَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذٰلِكَ
؛ فَا ذْكُرُوْا اللهَ ، وَ كَبِّرُوْا، وَصَلُّوْا ، وَ تَصَدَّقُوْا.
“Sesungguhnya
matahari dan bulan tidak mengalami gerhana karena terkait kematian seseorang
atau lahirnya seseorang. Jika kalian melihat gerhana tersebut, maka
berdzikirlah, bertakbirlah, lakukanlah shalat dan bersedekahlah.” (HR. Al Bukhari, 1044).
Maka setelah kita laksanakan sholat dan
khutbah gerhana bulan malam ini, mari kita saling bersedekah di antara para
jamaah, misalnya dengan saling berbagi makanan yang kita bawa dari rumah
masing-masing. Atau bersedekah dalam bentuk yang lainnya.
Ma’asyirol Muslimin Rahimakumullah
Allah berfirman:
وَآيَةٌ لَهُمُ اللَّيْلُ
نَسْلَخُ مِنْهُ النَّهَارَ فَإِذَا هُمْ مُظْلِمُونَ. وَالشَّمْسُ تَجْرِي
لِمُسْتَقَرٍّ لَّهَا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ. وَالْقَمَرَ
قَدَّرْنَاهُ مَنَازِلَ حَتَّى عَادَ كَالْعُرْجُونِ الْقَدِيمِ. لا الشَّمْسُ
يَنْبَغِي لَهَا أَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ
وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ.
“Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang
besar) bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang dari malam itu, maka
dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan, dan matahari berjalan di tempat
peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. Dan
telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai
ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua.
Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat
mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya”. (QS. Yaa Siin (36): 37 – 40)
Ayat di atas juga menegaskan bahwa semua yang terjadi
di alam semesta ini adalah terjadi atas kehendak Allah. Bergantinya Malam dan
siang, beredarnya bulan dan matahari di garis orbitnya masing-masing, termasuk
peristiwa gerhana ini menunjukkan Kekuasaan dan Keagungan Allah.
Maka hendaknya kita tepis jauh-jauh segala bentuk keyakinan
jahiliyah yang berisi mitos, khurafat dan takhayul terkait peristiwa gerhana
ini, juga kita berusaha menyadarkan masyarakat di sekitar kita yang masih
menghubungkan peristiwa gerhana ini dengan mitos, khurafat dan takhayul.
Akhirnya sebagai penutup khutbah ini, semoga Allah
senantiasa menjaga iman kita dan keluarga kita serta kita berdoa kepada Allah dengan
ikhlas dan khusyu’. Mudah-mudahan dengan kebersamaan kita dalam
berdoa ini Allah
akan mengabulkannya.
أَلْحَمْدُ للهِ حَمْدًا يُوَافِى نِعَمَهُ وَيُكَافِى
مَزِيْدَهُ. يَارَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِى لِجَلاَلِ وَجْهِكَ
الْكَرِيْمِ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ. رَبَّنَا إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِيًا
يُنَادِي لِلإيمَانِ أَنْ آمِنُوا بِرَبِّكُمْ فَآمَنَّا رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا
ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ
الأبْرَارِ. رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ
لَنَا مِن لَّدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ. رَبَّنَا إِنَّكَ
جَامِعُ النَّاسِ لِيَوْمٍ لا رَيْبَ فِيهِ إِنَّ اللَّهَ لا يُخْلِفُ
الْمِيعَادَ. رَبَّنَا لا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا
وَلا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا
رَبَّنَا وَلا تُحَمِّلْنَا مَا لا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ
لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ.
رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ
وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَ
كَاتُهُ
Barokallahu fikum
BalasHapus