Khutbah Shalat Gerhana: Gerhana adalah Bukti Keagungan Allah

 Gerhana adalah Bukti Keagungan Allah

Oleh: Abuya Nanang Zakaria, S.Pd.I
(Ketua PRM Pakisjajar Kab. Malang ,Anggota CMM Malang Raya No. 274, Guru PAI SMK Muhammadiyah 8 Pakis)

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَ كَاتُهُ

أَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ وَٱخْتِلَٰفِ ٱلَّيْلِ وَٱلنَّهَارِ لَءَايَٰتٍ لِّأُو۟لِى ٱلْأَلْبَٰبِ.  أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وِعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ. أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا عِبَادَاللهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. وَقَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ.

وَآيَةٌ لَهُمُ اللَّيْلُ نَسْلَخُ مِنْهُ النَّهَارَ فَإِذَا هُمْ مُظْلِمُونَ. وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَّهَا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ. وَالْقَمَرَ قَدَّرْنَاهُ مَنَازِلَ حَتَّى عَادَ كَالْعُرْجُونِ الْقَدِيمِ. لا الشَّمْسُ يَنْبَغِي لَهَا أَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ.

Ma’asyirol Muslimin Rahimakumullah

 

Pada kesempatan kali ini marilah kita panjatkan rasa syukur kita kepada Allah Taala yang telah menciptakan langit dan bumi serta mempergilirkan siang dan malam dalam keseimbangan dan keserasian tata kosmos. Sholawat dan salam marilah kita haturkan kepada junjungan kita, suri tauladan kita Rasulullah Muhammad SAW, kepada keluarga dan seluruh sahabat-sahabatnya.

 

Ma’asyirol Muslimin Rahimakumullah

Malam ini kita semua tengah mengalami dan menyaksikan sebuah peristiwa alam  yang  sangat  menakjubkan,  bulan  yang  biasanya  bersinar  di malam hari dengan begitu indah kini tertutup oleh bayangan bumi sehingga sinarnya tidak sampai ke  lingkungan  kita  dan menimbulkan  keadaan  gelap. Peristiwa ini disebut sebagai Khusuful Qomar atau Gerhana Bulan.

Gerhana merupakan peristiwa alam yang tidak biasa dan menakjubkan, makanya peristiwa ini menimbulkan keyakinan-keyakinan yang menyimpang di tengah masyarakat.

Di negeri Cina, dahulu orang percaya bahwa gerhana terjadi karena seekor naga langit membanjiri sungai dengan darah lalu menelannya. Itu sebabnya orang Cina menyebut gerhana sebagai “chih” yang artinya “memakan”. Di Jepang, dahulu orang percaya bahwa gerhana terjadi karena ada racun yang disebarkan ke bumi. Untuk menghindari air di bumi terkontaminasi oleh racun tersebut, maka orang-orang menutupi sumur-sumur mereka.

Di Indonesia sendiri, terutama masyarakat Jawa meyakini bahwa gerhana terjadi karena bulan ditelan oleh Raksasa jahat yang bernama Bathara Kala, Karena itu mereka memukul-mukul kentongan, lesung,  dan  benda  lain  yang  menimbulkan  bunyi  nyaring, untuk menimbulkan  bunyi-bunyi  yang  gaduh  dengan  tujuan agar  raksasa  yang  menelannya menjadi  takut  dan  mau memuntahkan  matahari  atau  bulan  yang  telah  ditelannya.

Bagi orang-orang Quraisy di Arab, gerhana bulan dikaitkan dengan kejadian-kejadian tertentu, seperti adanya kematian atau kelahiran seseorang. Kepercayaan ini dipegang secara turun temurun sehingga menjadi keyakinan umum masyarakat di zaman itu.

Kaum muslimin pada masa Rasulullah saw masih hidup, juga pernah  mempunyai  anggapan  yang  keliru  tentang gerhana matahari  yang  terjadi  waktu  itu.  Atas  kehendak  Allah  swt, pada  saat  itu  bersamaan dengan  wafatnya  Ibrahim  putra Rasulullah saw terjadi pula gerhana matahari. Oleh sebab itu, ada sebagian  sahabat  yang  menyangka  bahwa  gerhana matahari yang terjadi saat itu terjadi akibat wafatnya Ibrahim.

Ma’asyirol Muslimin Rahimakumullah

Kepercayaan-kepercayaan yang demikian itu diluruskan oleh Rasulullah SAW. Dalam Islam gerhana bulan atau gerhana matahari adalah salah satu tanda keagungan Allah sebagai Dzat yang Maha Pencipta dan Maha Berkuasa Atas Segala Sesuatu, sebagaimana Rasulullah Saw bersabda:

اِنَّ الشَّمْسَ وَاْلقَمَرَ لَا يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ اَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ وَلكِنَّهُمَا آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَصَلُّوا

“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika kalian melihat gerhana tersebut, maka lakukanlah shalat gerhana.” (HR. Al Bukhari, 1042)

 

Dalam hadits tersebut ditegaskan bahwa tidak ada kaitan antara gerhana dengan meninggal atau lahirnya seseorang, baik seseorang itu dari kalangan orang biasa atau orang yang terhormat. Juga menepis terkait keyakinan-keyakinan jahiliyah yang berisi mitos ataupun takhayul. Sesungguhnya gerhana adalah merupakan tanda-tanda  kekuasaan  dan keagungan Allah Jalla wa Ala.

Hadits di atas juga menegaskan bahwa jika kita berada pada kondisi dan situasi dimana gerhana terjadi baik gerhana bulan maupun gerhana matahari maka disunnahkan untuk menjalankan sholat. Disamping itu juga disunnahkan untuk memperbanyak dzikir, takbir dan bersedekah. Sebagaimana dalam hadits yang lain, Rasulullah bersabda:

اِنَّ الشَّمْسَ وَاْلقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللهِ لَا يَنْخَسِفَانِ لِمَوْتِ اَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذٰلِكَ ؛ فَا ذْكُرُوْا اللهَ ، وَ كَبِّرُوْا، وَصَلُّوْا ، وَ تَصَدَّقُوْا.

“Sesungguhnya matahari dan bulan tidak mengalami gerhana karena terkait kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika kalian melihat gerhana tersebut, maka berdzikirlah, bertakbirlah, lakukanlah shalat dan bersedekahlah.” (HR. Al Bukhari, 1044).

 

Maka setelah kita laksanakan sholat dan khutbah gerhana bulan malam ini, mari kita saling bersedekah di antara para jamaah, misalnya dengan saling berbagi makanan yang kita bawa dari rumah masing-masing. Atau bersedekah dalam bentuk yang lainnya.

 

Ma’asyirol Muslimin Rahimakumullah

Allah berfirman:

وَآيَةٌ لَهُمُ اللَّيْلُ نَسْلَخُ مِنْهُ النَّهَارَ فَإِذَا هُمْ مُظْلِمُونَ. وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَّهَا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ. وَالْقَمَرَ قَدَّرْنَاهُ مَنَازِلَ حَتَّى عَادَ كَالْعُرْجُونِ الْقَدِيمِ. لا الشَّمْسُ يَنْبَغِي لَهَا أَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ.

“Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang dari malam itu, maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan,   dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya”. (QS. Yaa Siin (36): 37 – 40)

Ayat di atas juga menegaskan bahwa semua yang terjadi di alam semesta ini adalah terjadi atas kehendak Allah. Bergantinya Malam dan siang, beredarnya bulan dan matahari di garis orbitnya masing-masing, termasuk peristiwa gerhana ini menunjukkan Kekuasaan dan Keagungan Allah.

Maka hendaknya kita tepis jauh-jauh segala bentuk keyakinan jahiliyah yang berisi mitos, khurafat dan takhayul terkait peristiwa gerhana ini, juga kita berusaha menyadarkan masyarakat di sekitar kita yang masih menghubungkan peristiwa gerhana ini dengan mitos, khurafat dan takhayul.

Akhirnya sebagai penutup khutbah ini, semoga Allah senantiasa menjaga iman kita dan keluarga kita serta kita berdoa kepada Allah dengan ikhlas dan  khusyu’. Mudah-mudahan  dengan kebersamaan  kita dalam  berdoa  ini  Allah  akan mengabulkannya.

أَلْحَمْدُ للهِ حَمْدًا يُوَافِى نِعَمَهُ وَيُكَافِى مَزِيْدَهُ. يَارَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِى لِجَلاَلِ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ. رَبَّنَا إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِيًا يُنَادِي لِلإيمَانِ أَنْ آمِنُوا بِرَبِّكُمْ فَآمَنَّا رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ الأبْرَارِ. رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ. رَبَّنَا إِنَّكَ جَامِعُ النَّاسِ لِيَوْمٍ لا رَيْبَ فِيهِ إِنَّ اللَّهَ لا يُخْلِفُ الْمِيعَادَ. رَبَّنَا لا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلا تُحَمِّلْنَا مَا لا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَ كَاتُهُ

 



                                               

Khutbah Shalat Gerhana: Gerhana adalah Bukti Keagungan Allah Khutbah Shalat Gerhana: Gerhana adalah Bukti Keagungan Allah Reviewed by sangpencerah on Mei 26, 2021 Rating: 5

1 komentar: