Syawal Momentum Awal Perubahan

Syawal Momentum Awal Perubahan
by. Moh. Zaini, S.PdI., M.Pd
Dosen IKIP Budi Utomo Malang, & Anggota MPI – PDM Kota Malang




Dari Abu Ayyub al Anshari ra, Rasulullah SAW bersabda: Barangsiapa berpuasa pada bulan Ramadhan, lalu diiringi dengan puasa enam hari pada bulan Syawwal, maka dia seperti puasa sepanjang tahun. [HR. Muslim, Abu Dawud, At Turmudzi, anNas’i dan Ibnu Majah

 

Selamat tinggal Ramadhan. Kader-kader terbaikmu (muttaqin) pasti akan senantiasa berharap untuk dapat kembali bertemu pada pertemuan ‘agung’ di Ramadhan yang akan datang. Kader-kader terbaikmu pasti juga dengan setia ‘meneladanimu’ di bulan lainnya, sehingga suasana Ramadhan mu sebagaimana bulan-bulan lainnya. Meskipun ladang-ladang subur yang menghasilkan panen berlipat ganda itu telah usai, bersamaan dengan berakhirnya malam-malam kemulyaan (lailatul qadar), -yang nilainya sama dengan seribu bulan.Namun demikian, tidak usah hawatir, karena Rasulullah SAW. Masih memberikan garansi, bahwabarangsiapa berpuasa pada bulan Ramadhan, lalu diiringi dengan puasa enam hari pada bulan Syawwal, maka dia seperti puasa sepanjang tahun.

 

Apabila direnungkan secara mendalam tentang makna Ramadhan tersebut, selayaknya akan menjadi sebuah tolok ukur untuk menapaki kehidupan di bulan-bulan berikutnya, sehingga lebih optimis lagi dalam peningkatkan kualitas ibadahnya. Karena Ramadhan dalam sebuah kandungan maknanya, merupakan bulan ‘pembakaran’. Istilah ‘pembakaran’dapat dipahami bahwa kader-kader Ramadhan dilatih, digembleng, dalam rangkamenyongsong kehidupan di bulan-bulan berikutnya, agar super-semangat melakukan ibadah seperti pada bulan Ramadhan.

 

Dengan istilah ‘pembakaran’, tentunya kader Ramadhan menjadi lebih kuat, kokoh dan tangguh dalam menjalani kehidupan dengan bingkai ibadah dalam keseharian. Sebagai  perumpamaanya,layaknya batu bata merah yang terbuat dari tanah,ketika dibakar akan menjadikan batu bata tersebut semakin kuat dan mengeras. Seperti itulah makna Ramadhan yang dapat dipahami, sehingga ketika Ramadhan telah berakhir -kader Romadhan telah mempunyai starting point untuk meningkatkan kualitas ibadah di bulan-bulan berikutnya.

 

Jika direview bagaimana nuansa yang terjadi saat bulan Ramadhan, baik dari aspek individu, keluarga maupun kehidupan sosial, semua terlihat harmonis dengan seringnya buka dan sahur bersama,semuanya terbingkai dalam ibadah kepada Allah SWT, sehingga menunjukkan kesucian bulan Ramadhan.Seseorang akan malu apabila akan melakukan dosa karena menghormati bulan Ramadhan. Begitu juga kepolisian, siap mengamankan bulan Ramadhan dari tempat-tempat prostitusi dan lainnya yang sekiranya mengganggu kenyamanan bulan Ramadhan.

 

KeIstimewaan Syawal

Bulan Ramadhan yang telah berakhir,tergantikan dengan bulan Syawal, bulan ke-10 dalam urutan kalender Hijriyah. Ada beberapa keistimewaan didalamnya, diantaranya:

Pertama, bulan kembali kepada kepada fitrah. Fitrah sebenar-benar fitrah yakni kader-kader Ramadhan suci layaknya kertas putih, ia tidak ternoda oleh dosa ketika datang bulan Syawal. Pada tanggal 1 Syawal kader Ramadhan saling bermaafan, seperti halnya bayi yang baru dilahirkan. Kefitrahan adalah salahsatu kasih sayang Allah yang diperuntukan bagi ummatnya yang tulus ikhlas berpuasa, membayar zakat fitrah dan merupakan puncak kemenangan setelah sebulan penuh menahan hal-hal yang diharamkan oleh Allah SWT.

Kedua, Syawal adalah bulan Takbir. Di berbagai belahan dunia, umat Islam menyambut syawal dengan takbir, bahkan tidak sedikit diantaranya yang berkeliling untuk melampiaskan kegembiraan dan sebagai ungkapan syukur kepada Allah SWT.

 

ÙˆَÙ„ِتُÙƒَبِّرُوا اللّٰÙ‡َ عَÙ„ٰÙ‰ Ù…َا Ù‡َدٰىكُÙ…ْ ÙˆَÙ„َعَÙ„َّÙƒُÙ…ْ تَØ´ْÙƒُرُÙˆْÙ†َ

 “..... dan agar kamu membesarkan Allah atas apa-apa yang telah Dia beri petunjuk kepadamu, dan agar kamu bersyukur atas nikmat-nikmat yang diberikan.” (Qs. al-Baqarah, 2 : 185).

Ketiga, bulan silaturahim dan kegembiraan. Adalah menjadi lazim di Indonesia jika lebaran tiba, berbondong-bondonglah sanak saudara dari kota untuk pulang ke kampung halamannya, datang untuk berkumpul bersama keluarga besar, saling mencurahkan kebahagiaan, berbagi keceriaan, berbagi rizki dan menyambung tali silaturahim yang telah lama terpisahkan –karena padatnya kesibukan yang terbatas oleh ruang dan waktu. Dengan ‘Iedul fitri, Allah menyempurnakan keberkahan Ramadhan dengan memberi kesempatan kepada umatnya untuk bertemu, berkumpul dan berbagi rizki bersama keluarga tercinta.

Keempat, bulan yang baik untuk menikah. A’isyah r-ha mengatakan, “Nabi SAW menikahiku di bulan Syawal, dan beliau tinggal satu rumah denganku juga di bulan Syawal. Siapakah diantara istri beliau yang lebih beruntung dari pada aku.” (HR. Ahmad& Muslim). Demikian ungkapan ‘Aisyah dalam sebuah riwayat. Bahkan dalam riwayat lain, selain ‘Aisyah, Rasulullah SAW. Juga menikahi Ummu Salamah pada bulan Syawal. Hal ini sebenarnya menjadi pembuktian bahwa tidak ada aturan yang melarang bahwa bulan Syawal tidak baik untuk menikah, bahkan ada diantara tradisi para orang tua, - yang harus di kritisi bahwa tidak diperbolehkan menikah diantara 2 hari raya. Hal ini hanya tradisi yang tidak berdasar dan bertentangan dengan riwayat Islam.

Kelima, ‘Puasa Satu Tahun’. Amalan yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Pada bulan Syawal adalah puasa sunnah selama 6 hari sebagai kelanjutan dari puasa Ramadhan. Sebagaimana dalam sebuah haditsnya, “Barangsiapa berpuasa pada bulan Ramadhan, lalu diiringi dengan puasa enam hari bulan Syawal, berarti ia telah berpuasa selama setahun penuh.”  (H.R. Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa’I dan Ibnu Majah).

Penguatan Aqidah

Jika selama bulan Ramadhan,kader Romadhan merasa yakin bahwa Allah SWT. pasti mengabulkan setiap do’a yang disampaikan, yakin bahwa setiap ibadah diterima, yakin bahwa Allah akan memberikan kemudahan rizki, maka di bulan Syawal penguatan terhadap keyakinan tersebut perlu menjadi bahan utama dalam mengarungi hidup pasca Ramadhan.

Seringkali keyakinan tersebut berkurang, akibat dari do’a yang tertunda, padahal Allah tengah menguji seberapa kuat keyakinan hambanya kepada Tuhannya (Allah SWT). Ditambah lagi dengan sebuah kehawatiran, merasa kesulitan dalam mendapatkan ‘rizki’ yang berkah, sehingga bulan Syawal tidak sedikitpun tidak memberikan pengaruh. Seharusnya, bulan Syawal dijadikan sebuah mumentum untuk mengokohkan aqidah yakni semakin mendekatkan diri kepada Allah,dengan keyakinan yang penuh bahwa Allah pasti memberikan kemudahan yang diharapkan.Keyakinan penuh bahwa Allah SWT selalu membuka ruang kebuntuan, menunjukan ruang baru setiap bertemu dengan jalan buntu. Adapun coba dan uji yang menghadang adalah bagian dari kasih sayang Allah untuk mematangkan hambanya menjadi diri yang lebih baik. Oleh karena itu, penguatan aqidah merupakan pondasi utama dalam mencapai derajat taqwa, sebagaiman tujuan yang ingin dicapai pasca Ramadhan.

 

Epilog

Imam Al-Ghazali dalam sebuah ungkapanya: “Jika hari ini lebih baik dari hari kemarin,dialah orang yang beruntung. Jika hari ini sama dengan hari kemarin, dialah orang yang merugi. Dan jika hari ini lebih buruk daripada hari kemarin, maka yakinlah ia termasuk golongan orang yang celaka”. Dengan berbagai keistimewaan yang Allah karuniakan pada bulan Syawal ini, semoga Allah menganugerahkan kita semua (kader Ramadhan) kekuatan agar semakin teguh dalam keyakinan akan ke-Agungan Allah SWT. dengan menyadari bahwa setiap usaha kita ada dalam genggaman-Nya, dan Allah SWT telah menyiapkan jalan keluarnya. Amin


Sungguh kebahagiaan itu telah menjadi janji Allah SWT..Tugas kita adalah menjemputnya agar kebahagiaan tersebut dapat diraih, dirasakan dan dibagi kepada sesama. Dan sebagaimana ungkapan setiap ‘Iedul Fitri, minal’aidin walfaizin.Semoga kita dapat berjumpa semua kembali dengan Ramadhan yang akan datang, dan tercatat sebagai hamba-hambaNya yang memperoleh keberuntungan dan kebahagiaan dengan sebaik-baik derajat, al-Muttaqin. Aamiin





Syawal Momentum Awal Perubahan Syawal Momentum Awal Perubahan Reviewed by sangpencerah on Mei 21, 2021 Rating: 5

Tidak ada komentar: