Dari Abu Ayyub al Anshari ra, Rasulullah SAW bersabda:
Barangsiapa berpuasa pada bulan Ramadhan, lalu diiringi dengan puasa enam
hari pada bulan Syawwal, maka dia seperti puasa sepanjang tahun. [HR.
Muslim, Abu Dawud, At Turmudzi, anNas’i dan Ibnu Majah
Selamat tinggal Ramadhan. Kader-kader terbaikmu (muttaqin)
pasti akan senantiasa berharap untuk dapat kembali bertemu pada pertemuan
‘agung’ di Ramadhan yang akan datang. Kader-kader terbaikmu pasti juga dengan setia ‘meneladanimu’
di bulan lainnya, sehingga suasana Ramadhan mu sebagaimana bulan-bulan lainnya.
Meskipun ladang-ladang subur yang menghasilkan panen berlipat ganda itu telah
usai, bersamaan dengan berakhirnya malam-malam kemulyaan (lailatul qadar),
-yang nilainya sama dengan seribu bulan.Namun demikian, tidak usah hawatir,
karena Rasulullah SAW. Masih memberikan garansi, bahwabarangsiapa berpuasa pada
bulan Ramadhan, lalu diiringi dengan puasa enam hari pada bulan Syawwal, maka
dia seperti puasa sepanjang tahun.
Apabila direnungkan secara mendalam
tentang makna Ramadhan tersebut, selayaknya akan menjadi sebuah tolok ukur
untuk menapaki kehidupan di bulan-bulan berikutnya, sehingga lebih optimis lagi
dalam peningkatkan kualitas ibadahnya. Karena Ramadhan dalam sebuah kandungan maknanya,
merupakan bulan ‘pembakaran’. Istilah ‘pembakaran’dapat dipahami bahwa kader-kader
Ramadhan dilatih,
digembleng, dalam rangkamenyongsong kehidupan di bulan-bulan berikutnya, agar
super-semangat melakukan ibadah seperti pada bulan Ramadhan.
Dengan istilah ‘pembakaran’,
tentunya kader Ramadhan menjadi lebih kuat, kokoh dan tangguh dalam menjalani kehidupan dengan
bingkai ibadah dalam keseharian. Sebagai
perumpamaanya,layaknya batu bata merah yang terbuat dari tanah,ketika dibakar
akan menjadikan batu bata tersebut semakin kuat dan mengeras. Seperti itulah
makna Ramadhan yang dapat dipahami, sehingga ketika Ramadhan telah berakhir -kader
Romadhan telah mempunyai starting point untuk meningkatkan kualitas
ibadah di bulan-bulan berikutnya.
Jika direview bagaimana nuansa yang
terjadi saat bulan Ramadhan, baik dari aspek individu, keluarga maupun
kehidupan sosial, semua terlihat harmonis dengan seringnya buka dan sahur
bersama,semuanya terbingkai dalam ibadah kepada Allah SWT, sehingga menunjukkan
kesucian bulan Ramadhan.Seseorang akan malu apabila akan melakukan dosa karena
menghormati bulan Ramadhan. Begitu juga kepolisian, siap mengamankan bulan
Ramadhan dari tempat-tempat prostitusi dan lainnya yang sekiranya mengganggu
kenyamanan bulan Ramadhan.
KeIstimewaan Syawal
Bulan Ramadhan yang telah berakhir,tergantikan
dengan bulan Syawal, bulan ke-10 dalam urutan kalender Hijriyah.
Ada beberapa keistimewaan didalamnya, diantaranya:
Pertama, bulan kembali kepada kepada fitrah. Fitrah
sebenar-benar fitrah yakni kader-kader Ramadhan suci layaknya kertas putih, ia tidak
ternoda oleh dosa ketika datang bulan Syawal. Pada tanggal 1 Syawal kader Ramadhan saling
bermaafan, seperti halnya bayi yang baru dilahirkan. Kefitrahan adalah
salahsatu kasih sayang Allah yang diperuntukan bagi ummatnya yang tulus ikhlas
berpuasa, membayar zakat fitrah dan merupakan puncak kemenangan setelah sebulan
penuh menahan hal-hal yang diharamkan oleh Allah SWT.
Kedua, Syawal adalah bulan Takbir. Di berbagai belahan
dunia, umat Islam menyambut syawal dengan takbir, bahkan tidak sedikit
diantaranya yang berkeliling untuk melampiaskan kegembiraan dan sebagai
ungkapan syukur kepada Allah SWT.
ÙˆَÙ„ِتُÙƒَبِّرُوا اللّٰÙ‡َ عَÙ„ٰÙ‰ Ù…َا Ù‡َدٰىكُÙ…ْ ÙˆَÙ„َعَÙ„َّÙƒُÙ…ْ تَØ´ْÙƒُرُÙˆْÙ†َ
“..... dan agar kamu membesarkan Allah atas
apa-apa yang telah Dia beri petunjuk kepadamu, dan agar kamu bersyukur atas
nikmat-nikmat yang diberikan.” (Qs. al-Baqarah, 2 : 185).
Ketiga, bulan silaturahim dan kegembiraan. Adalah menjadi
lazim di Indonesia jika lebaran tiba, berbondong-bondonglah sanak saudara dari
kota untuk pulang ke kampung halamannya, datang untuk berkumpul bersama
keluarga besar, saling mencurahkan kebahagiaan, berbagi keceriaan, berbagi
rizki dan menyambung tali silaturahim yang telah lama terpisahkan –karena
padatnya kesibukan yang terbatas oleh ruang dan waktu. Dengan ‘Iedul fitri,
Allah menyempurnakan keberkahan Ramadhan dengan memberi kesempatan kepada umatnya
untuk bertemu, berkumpul dan berbagi rizki bersama keluarga tercinta.
Keempat, bulan yang baik untuk menikah. A’isyah r-ha mengatakan, “Nabi
SAW menikahiku di bulan
Syawal, dan beliau tinggal satu rumah denganku juga di bulan Syawal. Siapakah
diantara istri beliau yang lebih beruntung dari pada aku.” (HR. Ahmad& Muslim). Demikian ungkapan ‘Aisyah
dalam sebuah riwayat. Bahkan dalam riwayat lain, selain ‘Aisyah, Rasulullah SAW.
Juga menikahi Ummu Salamah pada bulan Syawal. Hal ini sebenarnya menjadi
pembuktian bahwa tidak ada aturan
yang melarang bahwa bulan Syawal tidak baik untuk
menikah, bahkan ada diantara tradisi para orang tua, - yang harus di kritisi bahwa tidak diperbolehkan menikah diantara 2 hari raya. Hal ini hanya tradisi
yang tidak berdasar
dan bertentangan dengan riwayat Islam.
Kelima, ‘Puasa
Satu Tahun’. Amalan yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Pada bulan Syawal
adalah puasa sunnah selama 6 hari sebagai kelanjutan dari puasa Ramadhan.
Sebagaimana dalam sebuah haditsnya, “Barangsiapa
berpuasa pada bulan Ramadhan, lalu diiringi dengan puasa enam hari bulan Syawal,
berarti ia telah berpuasa selama setahun penuh.” (H.R. Muslim, Abu
Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa’I dan Ibnu Majah).
Penguatan Aqidah
Jika selama bulan Ramadhan,kader
Romadhan merasa yakin bahwa Allah SWT. pasti mengabulkan setiap do’a yang disampaikan,
yakin bahwa setiap ibadah diterima, yakin bahwa Allah akan memberikan kemudahan
rizki, maka di bulan Syawal penguatan terhadap keyakinan tersebut perlu menjadi
bahan utama dalam mengarungi hidup pasca Ramadhan.
Seringkali keyakinan tersebut
berkurang, akibat dari do’a yang tertunda, padahal Allah tengah menguji
seberapa kuat keyakinan hambanya kepada Tuhannya (Allah SWT). Ditambah lagi
dengan sebuah kehawatiran, merasa kesulitan dalam mendapatkan ‘rizki’ yang
berkah, sehingga bulan Syawal tidak sedikitpun tidak memberikan pengaruh.
Seharusnya, bulan Syawal dijadikan sebuah mumentum untuk mengokohkan aqidah
yakni semakin mendekatkan diri kepada Allah,dengan keyakinan yang penuh bahwa
Allah pasti memberikan kemudahan yang diharapkan.Keyakinan penuh bahwa Allah SWT
selalu membuka ruang kebuntuan, menunjukan ruang baru setiap bertemu dengan
jalan buntu. Adapun coba dan uji yang menghadang adalah bagian dari kasih
sayang Allah untuk mematangkan hambanya menjadi diri yang lebih baik. Oleh
karena itu, penguatan aqidah merupakan pondasi utama dalam mencapai derajat
taqwa, sebagaiman tujuan yang ingin dicapai pasca Ramadhan.
Epilog
Imam Al-Ghazali dalam sebuah
ungkapanya: “Jika hari ini lebih baik dari hari kemarin,dialah orang yang
beruntung. Jika hari ini sama dengan hari kemarin, dialah orang yang merugi.
Dan jika hari ini lebih buruk daripada hari kemarin, maka yakinlah ia termasuk
golongan orang yang celaka”. Dengan berbagai keistimewaan yang Allah karuniakan
pada bulan Syawal ini, semoga Allah menganugerahkan kita semua (kader Ramadhan)
kekuatan agar semakin teguh dalam keyakinan akan ke-Agungan Allah SWT. dengan
menyadari bahwa setiap usaha kita ada dalam genggaman-Nya, dan Allah SWT telah
menyiapkan jalan keluarnya. Amin
Sungguh kebahagiaan itu telah menjadi janji Allah SWT..Tugas kita adalah menjemputnya
agar kebahagiaan tersebut dapat diraih, dirasakan dan dibagi kepada sesama. Dan
sebagaimana ungkapan setiap ‘Iedul Fitri, minal’aidin walfaizin.Semoga
kita dapat berjumpa semua kembali dengan Ramadhan yang akan datang, dan tercatat
sebagai hamba-hambaNya yang memperoleh keberuntungan dan kebahagiaan dengan
sebaik-baik derajat, al-Muttaqin. Aamiin
Tidak ada komentar: