MULTI LEVEL AMALAN

MULTI LEVEL AMALAN
Oleh: DR. Ir.Ngudi Tjahjono, M.Sc



        Momen Ramadhan yang lalu menjadi andalan bagi kaum muslimin untuk berlomba-lomba dalam melakukan berbagai bentuk kebaikan, ketaatan dan keshalihan baik kehsalihan personal maupun keshalihan sosial. hal ini terlihat dari semangat dan ketulusan kaum muslimin dalam melakukannya, seakan-akan tanpa beban yang dapat menyurutkan semangat dan keceriannya dalam beramal, khusunya di bulan penuh balasan yang berlevel multi balasan.

Abu Hurairah r.a. berkata, “Rasulullah SAW. bersabda: “Siapa yang mengajak ke jalan hidayah, maka baginya pahala, seperti pahala (sebanyak pahala) pengikutnya, dengan tidak mengurangi sedikit pun dari pahala mereka. Dan  siapa yang  mengajak  ke jalan sesat, maka menanggung dosa sebanyak dosa-dosa pengikutnya, dengan tidak mengurangi dari dosa-dosa mereka sedikit pun.” (HR. Muslim)
 
        Dalam dunia bisnis dikenal juga model pembagian keuntungan yang mirip dengan hadits di atas. Konsep pembagian keuntungan semacam ini dikenal dengan istilah Multi Level Marketing (MLM). Siapapun, baik yang berperan langsung atau pun tidak langsung (sebagai pemberi jalan bergabungnya seseorang dalam suatu bisnis) akan diberi pembagian keuntungan dalam persentase % tertentu sesuai peran masing-masing. Siapa yang banyak merekrut orang untuk bergabung dalam jaringan suatu bisnis MLM akan mendapatkan keuntungan yang besar pula.

        Dalam ibadah pun ternyata juga demikian. Siapapun yang dapat mengajak orang ke jalan hidayah, maka akan mendapatkan pahala sebanyak orang-orang yang mengikutinya (hasanah jariyah). Sebaliknya, jika dapat mengajak ke jalan sesat, maka akan mendapatkan dosa-dosa sebanyak orang yang mengikutinya (sayyi-ah jariyah). Dalam konteks ini, mengajak (dakwah) tidak selalu dalam bentuk ajakan lisan, melainkan juga melalui perbuatan atau perilaku (akhlak), harta dan jiwa. Semua yang berpotensi untuk memengaruhi orang orang lain supaya mengikutinya.

Hal-hal yang perlu dipahami dalam mengajak adalah:
  1. Setiap orang, baik berperilaku baik atau buruk, pasti akan ada yang meniru. Walaupun tidak ada kesengajaan mengajak orang lain, tetap saja akan ada yang mengikuti. Apalagi jika sengaja.
  2. Orang memiliki kecenderungan meniru orang lain, sesuai dengan kesamaan minat, perilaku dan kegemaran.

        Jika kita sebagai orang yang “dipandang” orang lain atau memiliki pengaruh terhadap orang lain, seperti: guru, ketua suatu organisasi, pimpinan perusahaan atau instansi, kepala daerah, artis, muballigh, tokoh masyarakat, orang tua dan lain-lain, akan diperhatikan oleh orang banyak. Mereka akan meniru apa saja yang ada pada diri kita sesuai keinginannya.

        Jika kita berperilaku baik, apalagi dengan sengaja mengajak mereka untuk berperilaku baik (jalan hidayah), maka akan ada orang yang mengikuti kita. Dan jika mereka menjadikan kita sebagai referensi untuk mengajak orang lain agar mengikuti jalan hidayah, maka kita akan mendapatkan pahala sebanyak pahala orang-orang yang mengikuti kita tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun.
Jika kita berperilaku buruk, apalagi dengan sengaja mengajak mereka ke jalan sesat, maka akan ada orang yang mengikuti kita ke jalan sesat. Dengan demikian, kita akan menerima dosa sebanyak dosa mereka dengan tidak mengurangi sedikit pun dosa-dosa mereka.

    Sekalipun kita sendirian, bukan sebagai apa-apa dan siapa-siapa, masih saja ada orang yang memperhatikan dan akan mengikuti kita. Jadi kita harus berhati-hati dalam berucap maupun berbuat.
Berapa banyak orang yang akan mengikuti kita? Perhatikan perhitungan di bawah ini secara multi level! Asumsikan saja bahwa pertambahan pengikut terjadi setiap periode bulanan, maka pertambahannya dapat disimak pada simulasi berikut ini.

  1. Jika setiap orang dalam satu bulan akan diikuti oleh dua orang, maka dalam satu tahun semua pengikutnya akan menjadi sebanyak 8.190 orang.
  2. Jika setiap orang dalam satu bulan akan diikuti oleh tiga orang, maka dalam satu tahun semua pengikutnya akan menjadi sebanyak 797.160 orang.
  3. Jika setiap orang dalam satu bulan akan diikuti oleh lima orang, maka dalam satu tahun semua pengikutnya akan menjadi sebanyak 305.175.780 orang.
  4. Jika setiap orang dalam satu bulan akan diikuti oleh seribu orang, berapa pengikut kita dalam satu tahun?

Jadi, dalam kaitannya dengan perhitungan ini, mereka yang harus sangat berhati-hati adalah: para selebriti, penulis, da’i, seniman, budayawan, politikus, pimpinan organisasi atau perusahaan, orang tua, tokoh masyarakat dan lain-lain.

        Hal-hal apa saja yang cenderung diikuti oleh orang lain? Berikut disajikan beberapa hal yang memungkinkan untuk ditiru atau diikuti oleh orang lain.
  1. Pemikiran seseorang yang dipaparkan melalui komunikasi lisan, tulisan, gambar, simbol atau audio visual bisa disimak oleh orang lain dengan efektif. Pesan yang disampaikan dapat memengaruhi pemikiran dan jiwa orang yang pada akhirnya bisa mewarnai perilakunya.
  2. Gaya hidup, meliputi cara bergaul, cara berpakaian, cara berekonomi, cara berpolitik dan lain-lain mudah ditiru oleh orang lain.
  3. Ideologi atau pandangan hidup individual atau kelompok yang diinspirasi oleh nilai-nilai yang dianut kelompok orang atau bangsa, sangat memengaruhi pemikiran dan tindakan seseorang atau kelompok orang.
  4. Hobi atau kegemaran juga dapat mewarnai gaya hidup seseoang.
  5. Dan lain-lain.


Karakter dan perilaku (akhlak) seseorang, di samping ditentukan oleh faktor genetika, namun juga dipengaruhi oleh faktor-faktor luar (lingkungan) di mana seseorang sering berinteraksi dengannya. Mengingat setiap orang mempunyai kecenderungan untuk meniru orang lain, maka intensitas dan daya tarik “ajakan” itu akan menentukan jenis mana yang paling diminati untuk ditiru.

       Hal-hal yang paling mudah untuk ditiru/diikuti adalah perilaku-perilaku yang buruk dan yang memanjakan nafsu negatif. Tanpa harus berjuang (bersusah payah) orang akan mudah mengikutinya. Sedangkan untuk mengajak ke jalan hidayah, perlu perjuangan ekstra keras dan melelahkan. Pengikutnya pun tidak banyak jika dibandingkan dengan yang ke jalan sesat. Contohnya, pertunjukan musik rock atau dangdut yang sarat maksiyat lebih banyak peminatnya ketimbang majelis-majelis pengajian atau keilmuan (taklim). Ini adalah indikator yang mudah dijadikan sebagai tolok ukur.

        Memperhatikan kecenderungan orang untuk meniru lebih besar pada hal-hal yang negatif, maka kita harus menaruh perhatian lebih pada masalah ini.  Dengan demikian, kita harus sangat berhati-hati. Ingat, mengajak (dakwah) tidak selalu dengan lisan. Penampilan kita pun adalah dakwah perilaku (da’wah bil hal). Semoga aktivitas dan perilaku kita menjadi jalan menuju hidayah bagi diri kita dan orang lain. Pada momen setelah Ramadhan 1442H yang lalu, dapat dijadikan awal yang baik untuk memulai sesuatu yang baik, seiring perjalanannya satu tahun ke depan dapat memperbaiki kualitas keimanan, ketaatan dalam kehidupan, yang akan berdampak pada kualitas perilaku kita dalam kehidupan sehari-hari. Wallahu a’lam.




MULTI LEVEL AMALAN MULTI LEVEL AMALAN Reviewed by sangpencerah on Juni 18, 2021 Rating: 5

Tidak ada komentar: