PERAN TIGA PANCA PADA MANUSIA

PERAN TIGA PANCA PADA MANUSIA

 

Oleh : Kamsudin Ridwan, M.Pd.I 
(Alumni PPs Unisversitas Islam Malang)

 


PENDAHULUAN

Manusia sebagai makhluq Allah yang sempurna, semenjak kehadirannya di dunia telah dibekali dengan potensi-potensi edukatif. Potensi tersebut, yaitu pendengaran, penglihatan, dan akal (hati). Supaya manusia dapat mengembangkan dirinya. Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT

 

 وَاللّٰهُ اَخْرَجَكُمْ مِّنْۢ بُطُوْنِ اُمَّهٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ شَيْـًٔاۙ وَّجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْاَبْصَارَ وَالْاَفْـِٕدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ


Dan Allah mengeluarkan kamu dari dalam perut ibu kamu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apa pun dan Dia (Allah) telah menjadikan untukmu pendengaran, penglihatan dan akal (hati) agar kamu bersyukur”.(QS. An-Nahl;16:78)

 

Ayat ini dapat dipahami bahwa seorang manusia yang terlahir ke dunia pada dasarnya tidak memiliki ilmu pengetahuan sedikit pun tentang sesuatu namun bersamaan dengan itu pula, Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Penyayang telah menganugerahkan kepada sang bayi tersebut dengan potensi-potensi edukatif, sehingga dapat berkembang dan mengembangkan dirinya dalam hidup dan kehidupannya menuju titik kesempurnaannya.

 

Potensi-potensi ini mestinya disyukuri dan disadari sebagai amanah dari Allah SWT yang akan dipertangungjawabkan dihadapan-Nya.  Potensi-potensi tersebut dapat berkembang secara wajar apabila manusia mendapatkan bantuan pendidikan.

 

Dalam sebuah hadits Nabi SAW. dinyatakan bahwa “Setiap bayi yang dilahirkan dalam keadaan fitrah atau bersih maka lingkungan sekitar di luar diri sang bayi yang akan memberikan warna atau pengaruh terhadap corak hitam putihnya perjalanan hidup sang bayi tersebut”. Hal senada juga diungkapkan oleh seorang pakar pendidikan John Locke dengan teori tabularasa bahwa seorang anak bagaikan kertas putih yang belum dituliskan tinta dengan warna apa pun.

 

Dari sinilah dapat disimpulkan bahwa kehadiran seorang anak ke dunia dalam keadaan lemah tak berdaya kemudian manusia tersebut berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya sehingga lama kelamaan berkembang menjadi manusia yang mengetahui banyak hal. Hal ini terjadi karena potensi-potensi edukatif manusia tersebut telah dikembangkan dan difungsikan secara berproses dan kontinu. Dengan adanya pendidikan potensi-potensi edukatif tersebut diharapkan dapat berkembang secara wajar menuju titik kesempurnaan dan pada akhirnya dapat menciptakan manusia yang disebut sebagai insan kamil, manusia sempurna lahir maupun batin yang dapat memfungsikan potensi-potensi edukatif tersebut secara seimbang.Potensi tersebut diwujudkan oleh Allah SWT berupa pendengaran, penglihatan dan hati.


POTENSI PENDENGARAN

Dalam istilah bahasa Arab disebut sebagai Sam’an bentuk masdar dari kata Samia’ – Yasmau’ yang artinya pendengaran. Dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 78 Allah menyebutkan Sam’an atau pendengaran pada urutan pertama dilanjutkan dengan Abshar (penglihatan) dan Af-idah (akal atau hati). Hal ini mengandung makna betapa pentingnya media auditorial (pendengaran) Karena media ini yang pertama kali menjalankan fungsinya ketika sang anak hadir ke dunia ini diperdengarkan lantunan adzan di telinga kanan dan iqamah di telinga kiri (hadits dha’if) akan tetapi secara makna cukup baik dalam rangka mengenalkan asma Allah sebagai potensi dasar (‘aqidah) dalam beragama. Oleh karena itu Allah menggunakan kata Sam’an (pendengaran) bukan Udzunun yang artinya juga telinga. Ini juga mengisyaratkan bahwa fungsi lebih penting dari pada banda itu sendiri. Ini sebagai indikator  bahwa aktifitas belajar merupakan aktifitas yang selalu aktif dan energik dengan memfungsikan pendengaran sebagai salah satu media (potensi) yang dapat mengantarkan sang anak untuk mendapatkan ilmu pengetahuan tentang segala sesuatu yang sebelumnya tidak diketahuinya. Melalui potensi pendengaran inilah sang anak dapat menangkap informasi atau makna yang didengar dari lingkungan di luar dirinya. Semakin banyak informasi yang diserap maka akan semakin banyak makna atau pengetahuan yang akan diperolehnya.

 

Dalam proses pendidikan dan pembelajaran potensi atau media pendengaran memiliki peran yang sangat penting sebagai menunjang kelancaran keberhasilan. Bayangkan, kalau seandainya ada anak kita yang mengalami gangguan pendengaran maka pasti akan menghambat atau mengalami kendala pada saat proses pembelajaran berlangsung. Untuk itu, potensi pendengaran yang telah dianugerahkan Allah SWT. mesti kita syukuri sebagai amanah yang harus kita fungsikan sesuai kehendak Allah SWT Sebagai Pemberi Anugerah.


POTENSI PENGLIHATAN

Potensi edukasi yang kedua adalah Abshar (Penglihatan). Abshar merupakan bentuk masdar y dari kata kerja Bashira – Yabshiru – Abshar yang berarti penglihatan. Ketika sang anak dilahirkan ke dunia, potensi penglihatan atau abshar ini sudah ada pada anak tersebut namun belum dapat memainkan fungsinya. Potensi ini akan berfungsi secara bertahap atau berproses sesuai dengan perkembangan usia sang anak tersebut. Apa yang dilihat oleh anak tersebut akan tersimpan pada memori otak dan akan menghasilkan persepsi atau pemahaman tentang sesuatu yang sebelumnya tidak diketahuinya.

 

Melalui potensi penglihatan inilah sang anak dapat melakukan pengamatan (observasi) terhadap suatu objek atau benda yang dilihatnya. Melalui observasi atau pengamatan inilah sang anak akan mendapatkan pengetahuan atau informasi tentang sesuatu. Sebagaimana kita ketahui bahwa aktifitas belajar merupakan akumulasi antara aktifitas mendengar, melihat, berpikir atau memahami  dan bertindak. Potensi penglihatan merupakan salah satu potensi edukatif manusia yang dapat menunjang kelancaran dalam mendapatkan ilmu pengetahuan. Melalui potensi ini pulalah seseorang dapat membaca atau mempelajari hal-hal yang bersifat tekstual maupun kontekstual. Semakin banyak hal yang dibaca atau dilihat, maka akan semakin banyak pula pengetahuan yang didapatinya. Dengan melakukan kegiatan membaca inilah potensi penglihatan manusia dapat dikembangkan. Di samping itu sebagai implementasi dari wahyu pertama yaitu “IQRA’” (bacalah)

 

POTENSI AKAL (HATI)

Potensi edukasi yang ketiga yaitu kata Af-Idah yang artinya akal atau hati. Manusia diciptakan oleh Allah SWT. dengan bentuk yang sebaik-baiknya kemudian dilengkapi dengan akal pikiran. Akal pikiran inilah yang membedakan manusia dengan makhluq Allah lainnya. Dan Dengan kekuatan akal inilah manusia melakukan aktifitas berpikir. Potensi akal merupakan anugerah Allah yang terbesar untuk manusia yang harus disyukuri. Dalam Al-Qur’an Allah menjelaskan bahwa

 

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيْرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْاِنْسِۖ لَهُمْ قُلُوْبٌ لَّا يَفْقَهُوْنَ بِهَاۖ وَلَهُمْ اَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُوْنَ بِهَاۖ وَلَهُمْ اٰذَانٌ لَّا يَسْمَعُوْنَ بِهَاۗ اُولٰۤىِٕكَ كَالْاَنْعَامِ بَلْ هُمْ اَضَلُّ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْغٰفِلُوْنَ


“ Dan sungguh, akan Kami isi neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia, adalah mereka yang memiliki hati (Qulub) tetapi dengan hati tersebut mereka tidak mau memfungsikan untuk berpikir tentang kebesaran Allah,  mereka yang memiliki mata tetapi dengan mata tersebut mereka tidak mau memfungsikannya untuk melihat tanda-tanda kebesaran Allah, mereka yang memiliki telinga tetapi dengan telinga tersebut mereka tidak mau memfungsikannya untuk mendengar kalimat-kalimat Allah SWT. Mereka itulah laksana binatang ternak bahkan lebih hina derajatnya dibandingkan binatang ternak tersebut”. Mereka itulah orang-orang yang lalai.(QS.al-A’raf;7:179)

 

Allah menyebutkan potensi-potensi edukatif manusia secara berurutan pada surat an-Nahl, dan penyebutan yang sebaliknya pada surat al-A’raf. kedua ayat tersebut sama-sama menjelaskan tentang potensi-potensi edukatif yang dimiliki oleh manusia. Hanya perbedaannya sebelum proses, dan yang sedang/telah menjalankan proses.

 

Dalam proses pendidikan potensi akal memiliki kekuatan berpikir dan nalar sehingga melahirkan sebuah konsep kehidupan. Sebagai contoh dalam bentuk pertanyaan, Allah menyebutkan dalam Surat At-Tarik ayat 5 yang artinya

 

فَلْيَنْظُرِ الْإِنْسَانُ مِمَّ خُلِقَ

“Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apa dia diciptakan”.

 

Contoh yang lain dalam Surat Al-Ghasyiah ayat 17 – 20 juga Allah menyebutkan

 

أَفَلَا يَنْظُرُونَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ (17) وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ (18) وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ (19) وَإِلَى الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ (20)


 “ Apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana onta diciptakan, dan langit bagaimana ditinggikan, dan gunung-gunung bagaimana ditegakkan, dan bumi bagaimana dihamparkan”.

 

Pertanyaan-pertanyaan ini merupakan penegasan Allah SWT. secara berulang-ulang terhadap manusia agar mendorong manusia untuk dapat memfungsikan potensi akalnya secara benar sesuai keinginan Allah SWT. Pernyataan Ayat Al-Qur’an tersebut mengandung makna ilmiah yang sangat mendalam sehingga dapat mendorong manusia untuk mengembangkan ilmu pengetahuannya. Dengan begitu potensi-potensi secara edukatif manusia yang telah dianugerahkan Allah SWT. tersebut dapat berkembang secara wajar mencapai tingkat kesempurnaan, yang pada gilirannya akan melahirkan manusia yang disebut sebagai insan kamil atau manusia sempurna.





PERAN TIGA PANCA PADA MANUSIA PERAN  TIGA PANCA PADA  MANUSIA Reviewed by sangpencerah on Juni 11, 2021 Rating: 5

Tidak ada komentar: