Al-Ghurobah akan menjadi perenungan kita
semua, betapa sulitnya mencari Al-Ghurobah di era semakin mengedepankan dunia
ketimbang akhirat, di era milenial 4.0 makin menggeliat dan di era Rezim yang
makin jauh dari peri ketuhanan diatas peri kebangsaan dan kemanusiaan, ternyata masih ada sekelompok
manusia yang tetap tegak, kokoh di atas kebenaran, istiqomah dengan ajaran
al-Haq, Islam yang mulia. Meski dengan resiko celaan, ejekan, dan rintangan.
Sebab mereka memilih beriman apapun resikonya, bahwa inilah jalan hidup yang
wajib ditempuh, harga mati yang tidak akan ditawar lagi.
Sebagimana Rasulullah SAW, menyebut Al-Ghurobah
yaitu orang-orang aneh yang berbeda dengan orang kebanyakan pernah bersabda:
Dari Abi Hurairah ra, dari Nabi saw,
sesungguhnya beliau berkata, Agama Islam itu bermula asing, dan akan menjadi
asing kembali sebagaimana permulaannya. Maka berbahagialah bagi orang-orang
yang asing atau al-Ghuraba’ (HR
Muslim).
Dapat kita tegaskan antara masa jahiliyah masa kafir qurois Rasulullah SAW menjadi Al-Ghurobah yang kemudian di ikuti oleh Assabiquunal Awwalun, kemudian kita bandingkan di masa jahiliyah modern masa kita, maka pertanyaannya adalah apakah kita termasuk kreteria Al-ghurobah diera zaman ini?
Dalam riwayat lain dikatakan bahwa Rasulullah SAW,
ditanya tentang jati diri Al-Ghuraba atau
manusia model yakni orang-orang aneh tersebut. Kemudian beliau menyebutkan
tanda-tanda atau ciri-ciri mereka:
Ciri Pertama, Rasulullah Saw bersabda: “Mereka menimbulkan perbaikan ketika manusia sudah rusak.” Dalam hadis lain disebutkan: “Mereka adalah manusia-manusia shaleh yang jumlahnya sedikit, di tengah-tengah manusia busuk yang jumlahnya banyak,”
Pada hari ini, di sini, di negeri ini, kita memerlukan Al-Ghuraba, orang-orang asing yakni manusia model yang ingin memperbaiki masyarakat di sekitarnya ketika orang lain datang menganggap baik kedholiman dan kemaksiatan dengan mencari cari hujjah pembenaran , Kita memerlukan orang-orang yang tabah untuk hidup tanpa melakukan korupsi sama sekali. Ketika demokrasi Pancasila berubah menjadi demokrasi liberal-transaksional, di mana yang terpilih bukanlah sebaik-baik orang melainkan selicik-licik orang. Kita memerlukan orang-orang yang berani dan konsisten untuk memperjuangkan dan mewujudkan cita-cita para pendiri bangsa. Para ahli fikih menyebut dengan satu istilah yang bagus sekali, “thahirun fi nafsihi muthahhirun lighairih” Dialah orang yang suci dalam dirinya, dan dia juga berusaha menyucikan orang lain. Pribadinya bersih, dan dia berusaha membersihkan orang lain. Tingkah lakunya indah, dan dia berusaha mengindahkan tingkah laku orang lain.Di tengah-tengah orang yang sudah menganggap moralitas yang rusak sebagai ciri moderasi dan demokrasi, orang yang mempertahankan moralitasnya merupakan orang yang dianggap aneh. Di tengah-tengah kebiasaan melanggar norma-norma yang berlaku, orang yang kelihatan bertahan kepada norma dengan seluruh keyakinannya akan dianggap aneh. Orang berlomba-lomba menumpuk kekayaan, sementara ia mempertahankan kesederhanaannya karena ingin memelihara kebersihan dirinya, maka sering ia dianggap aneh oleh orang sekitarnya. Tetapi, marilah kita ingatkan kembali: “Bahagia benar orang-orang yang aneh seperti itu.”
Ciri Kedua, Rasulullah SAW bersabda: “Mereka mengisi apa yang hilang; mereka melengkapi apa yang ganjil; mereka memenuhi apa yang kosong.”
Sungguh sangat langkah mencari orang yang kuat
keyakinannya. Kadang-kadang kita meraba-raba, siapa orang yang patut dijadikan
contoh dalam kehidupan ini. Al-ghuraba biasanya
tampil sebagai manusia model, manusia yang bisa dicontoh karena kebersihan dan
kesucian pribadinya, di tengah-tengah berkecamuknya kemunafikan, di
tengah-tengah usaha untuk menjilat ke atas dan memeras ke bawah. Kalau kita
melihat ada orang berjalan di atas rel yang benar, yang tetap menyampaikan apa
yang benar itu benar, dan apa yang salah itu salah, tanpa mempedulikan risiko
yang dihadapinya, rasanya ada semacam kekuatan di tengah-tengah kehausan
bimbingan dalam diri kita. Masih ada bintang di tengah-tengah gelapnya malam.
Orang itu biasanya mengisi apa yang hilang di tengah-tengah masyarakat. Ketika
orang kehilangan identitas, mereka menunjukkan, beginilah identitas Islam.
Ketika orang kebingungan tidak mempunyai pedoman, pribadi mereka menunjukkan
tuntunan yang jelas. Rasulullah SAW bersabda bahwa Al-Ghuraba itu adalah mereka yang menambah sesuatu
yang tidak dimiliki kebanyakan manusia yang lain.
Ciri Ketiga, sabda Rasulullah SAW: “Mereka menghidupkan kembali Sunnahku setelah sunnah itu dimatikan oleh manusia.”
Ketika bid’ah menyebar ke tengah-tengah masyarakat,
mereka mengajak umat kembali kepada Al-Quran dan Sunnah. Ketika beberapa ajaran
Rasulullah sudah ditinggalkan, mereka tampilkan kembali ajaran Rasulullah SAW itu.
Dalam hubungan ini, Maka dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud
dan Turmudzi: “Aku bertanya kepada Rasulullah SAW, tentang ayat ini, ‘Wahai
orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu; tidak akan membahayakan kamu
orang yang sesat itu, apabila kamu berada dalam petunjuk.” Sahabat ini
bertanya karena sebagian orang menganggap bahwa kita tidak usah memperhatikan
orang lain, perhatikan sajalah diri kita sendiri. Tidak usah menghiraukan
kemungkaran yang dilakukan orang, yang penting kita berada dalam petunjuk,
tidak ada yang akan menyengsarakan kita.
“Maka berkatalah Rasulullah saw: ‘Suruhlah orang berbuat makruf dan
laranglah orang berbuat jahat sampai engkau nanti mengalami satu zaman ketika
ke-bakhil-an diperturutkan orang, ketika hawa nafsu diikuti orang, dan ketika
dunia dilebihkan atas akhirat, dan setiap orang merasa kagum dengan pendapatnya
sendiri.
Maka peliharalah keistimewaan dirimu, jauhilah apa yang terbiasa dilakukan
oleh orang-orang awam, sebab di belakang kamu itu akan ada zaman-zaman yang
memerlukan kesabaran bagimu. Orang yang berpegang teguh kepada agamanya di
zaman itu seperti orang yang memegang bara. Orang yang beramal pada zaman itu
akan diberi ganjaran seperti ganjaran lima puluh orang yang beramal seperti
dia.’
Aku bertanya, ‘Duhai Rasulullah, apakah mereka mempunyai ganjaran lima
puluh kali ganjaran orang di zaman mereka?’ ‘Tidak’ jawab Rasulullah, ‘Mereka
memperoleh ganjaran lima puluh kali ganjaran kamu yang ada sekarang ini.’”
Khotimah
وَاتَّبَعَ الَّذِينَ ظَلَمُوا مَا أُتْرِفُوا فِيهِ وَكَانُوا مُجْرِمِينَ (116) وَمَا كَانَ رَبُّكَ لِيُهْلِكَ الْقُرَى بِظُلْمٍ وَأَهْلُهَا مُصْلِحُونَ (117)
Adapun orang-orang yang zalim hanya mengikuti orang-orang yang berbuat kemewahan di bumi, dan mereka berbuat dosa. Dan Tuhanmu tidak akan membinasakan satu negeri dengan kezaliman, padahal di tengah-tengah masyarakat itu ada kelompok yang memperbaiki masyarakat itu” (Hud 116-117).
Tidak ada komentar: