BERDAKWAH ALA NABI IBRAHIM AS. (Sebagai Refleksi Penguatan Tauhid di Akhir Zaman)

BERDAKWAH ALA NABI IBRAHIM AS.
(Sebagai Refleksi Penguatan Tauhid di Akhir Zaman) 
Oleh: Drs. H. Radix Moersenoadji
(Ketua Majelis Tabligh PDM Kota Malang)


 

Menelisik kembali Firman Allah SWT pada QS Ali Imran ayat nomer 110

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ

 

yang artinya bahwa  “kamu (Umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia (karena kamu punya tugas melekat) menyuruh berbuat yang makruf , dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah…” sehingga seorang muslim perlu berguru kepada pendakwah tauladan terlebih kepada para Rasul-nabiyullah. Nabi Ibrahim As sangat jago dalam berdakwah dan berdiplomasi serta berargumentasi, sehingga dari raja sampai pada ummatnya tidak dapat  membantah risalah yang disampaikan.

Dengan memahami makna  ayat tersebut diatas, berarti setiap muslim perlu memiliki kemampuan berdakwah, baik melalui tutur kata, perbuatan maupun tampilan diri. Berdakwah tidak selalu harus melalui ceramah diatas mimbar atau harus selalu di masjid, akan tetapi dimanapun dan kapanpun serta dengan cara yang santun, menggunakan bahasa yang lugas, lembut dan halus serta mudah dipahami dapat menyentuh hati sasaran yang dituju. Dalam kepentingan ini, seorang pendakwah harus mampu memilih dan memilah kosa kata yang tepat untuk menuturkan suatu masalah.

Tauladan dakwah yang terbaik telah diabadikan Allah SWT dalam alquran, adalah Nabi Ibrahim As. sekaligus sebagai rujukan dan contoh bagi kita semua dalam berdakwah. Dalam berdakwah, hendaknya kita berusaha selalu menggunakan bahasanya jamaah sebagaimana perintah Allah SWT dalam QS. Ibrahim (14): Ayat 4 

 

وَمَآ أَرْسَلْنَا مِن رَّسُولٍ إِلَّا بِلِسَانِ قَوْمِهِۦ لِيُبَيِّنَ لَهُمْ ۖ فَيُضِلُّ ٱللَّهُ مَن يَشَآءُ وَيَهْدِى مَن يَشَآءُ ۚ وَهُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْحَكِيمُ

yang artinya: "Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun, melainkan dengan bahasa kaumnya, agar dia dapat memberi penjelasan kepada mereka.  Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dia Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.


Dalam dakwah kultural, penyampaian materi diharapkan dapat memberikan pemahaman yang benar dan jelas tentang suatu tuntunan sehingga jamaah bisa merasa tercerahkan dan terbimbing pada jalan yang benar. Selain berdakwah kepada jamaah umatnya, Ibrahim As juga berdakwah kepada orang tuanya bahkan juga kepada raja – si penguasa.

Orang tua Nabiyullah Ibrahim As (Azzar) adalah seorang perajin pembuatan patung, dan  patung itu dijual kepada masyarakatnya untuk dijadikan sebagai tuhan sesembahan bahkan Ibrahim sendiri yang ditugasi oleh ayahnya untuk menjual patung itu. Ibrahim As memiliki cara tersendiri untuk memenuhi tugas dari orang tuanya itu dengan serta merta tidak ingin umatnya menjadi penyembah patung/berhala. Jadi perintah dari orang tuanya dijadikan kesempatan untuk berdakwah kepada umatnya dengan memperlakukan sesuatu yang menunjukkan bahwa patungnya bukanlah tuhan yang patut untuk disembah. Ibrahim menjelaskan kepada ayahnya tentang tuhan itu difirmankan Allah SWt dalam QS. Al-An'am (6): Ayat 74-75 yang

 

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لِأَبِيهِ آزَرَ أَتَتَّخِذُ أَصْنَامًا آلِهَةً إِنِّي أَرَاكَ وَقَوْمَكَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ (74) وَكَذَلِكَ نُرِي إِبْرَاهِيمَ مَلَكُوتَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلِيَكُونَ مِنَ الْمُوقِنِينَ (75) 

 

artinya: "Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata kepada ayahnya,  Azar, "Pantaskah engkau menjadikan berhala-berhala itu sebagai tuhan?  Sesungguhnya aku melihat engkau dan kaummu dalam kesesatan yang nyata. Dan demikianlah Kami memperlihatkan kepada Ibrahim kekuasaan (Kami yang terdapat) di langit dan di bumi,  dan agar dia termasuk orang-orang yang yakin."

 

Kemudian dilanjutkan pada QS al Anbiya (21): 52-54:

إِذْ قَالَ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِۦ مَا هَـٰذِهِ ٱلتَّمَاثِيلُ ٱلَّتِىٓ أَنتُمْ لَهَا عَـٰكِفُونَ (52) قَالُوا۟ وَجَدْنَآ ءَابَآءَنَا لَهَا عَـٰبِدِينَ(53) قَالَ لَقَدْ كُنتُمْ أَنتُمْ وَءَابَآؤُكُمْ فِى ضَلَـٰلٍ مُّبِينٍ (54)

 

"(Ingatlah), ketika dia (Ibrahim) berkata kepada ayahnya dan kaumnya, "Patung-patung apakah ini yang kamu tekun menyembahnya?" "Mereka menjawab, "Kami mendapati nenek moyang kami menyembahnya." "Dia (Ibrahim) berkata, "Sesungguhnya kamu dan nenek moyang kamu berada dalam kesesatan yang nyata."

 

Marilah kita mencontoh dan mengikuti millah Ibrahim As. dalam berdakwah kepada raja Namrud/penguasa sebagaimana difirmankan Allah Swt, QS. Al Baqarah(2) ayat 258


أَلَمْ تَرَ إِلَى ٱلَّذِى حَآجَّ إِبْرَٰهِـۧمَ فِى رَبِّهِۦٓ أَنْ ءَاتَىٰهُ ٱللَّهُ ٱلْمُلْكَ إِذْ قَالَ إِبْرَٰهِـۧمُ رَبِّىَ ٱلَّذِى يُحْىِۦ وَيُمِيتُ قَالَ أَنَا۠ أُحْىِۦ وَأُمِيتُ ۖ قَالَ إِبْرَٰهِـۧمُ فَإِنَّ ٱللَّهَ يَأْتِى بِٱلشَّمْسِ مِنَ ٱلْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ ٱلْمَغْرِبِ فَبُهِتَ ٱلَّذِى كَفَرَ ۗ وَٱللَّهُ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلظَّـٰلِمِينَ


yang artinya: "Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan).  Ketika Ibrahim berkata, "Tuhanku ialah yang menghidupkan dan mematikan,"  dia berkata, "Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan." Ibrahim berkata, "Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat." Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim."

 

Nabiyullah Ibrahim As. menasehati umat dan rajanya dengan sangat lugas tentang Tuhannya Ibrahim AS, yang diabadikan Allah dalam QS. . Asy-Syu'ara' ( 26): Ayat 78-85:

 

ٱلَّذِى خَلَقَنِى فَهُوَ يَهْدِينِ (78)

  "(yaitu) yang telah menciptakan aku, maka Dia yang memberi petunjuk kepadaku,"

 

وَٱلَّذِى هُوَ يُطْعِمُنِى وَيَسْقِينِ (79)

 "dan yang memberi makan dan minum kepadaku;"

 

وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ (80)

 "dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku,"

 

وَٱلَّذِى يُمِيتُنِى ثُمَّ يُحْيِينِ (81)

 "dan yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali),"

 

وَٱلَّذِىٓ أَطْمَعُ أَن يَغْفِرَ لِى خَطِيٓـَٔتِى يَوْمَ ٱلدِّينِ (82)

 "dan yang sangat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari Kiamat."

 

رَبِّ هَبْ لِى حُكْمًا وَأَلْحِقْنِى بِٱلصَّـٰلِحِينَ (83)

 "(Ibrahim berdoa), "Ya Allah Tuhanku, berikanlah kepadaku ilmu dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh,"

 

وَٱجْعَل لِّى لِسَانَ صِدْقٍ فِى ٱلْـَٔاخِرِينَ (84)

 "dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi  orang-orang (yang datang) kemudian,"

 

وَٱجْعَلْنِى مِن وَرَثَةِ جَنَّةِ ٱلنَّعِيمِ (85)

 "dan jadikanlah aku termasuk orang yang mewarisi surga yang penuh kenikmatan,"

 

 Keteladan Nabiullah Ibrahim As. dalam kesabaran untuk senantiasa berdoa untuk berdoa kepada – Nya. Sebuah penantian panjang dan cukup lama keluarga nabi Ibrahim dan siti Hajar untuk mendapatkan keturunan sebagai generasi penerus yang akan membawa risalah kenabian. Berdoa , bermunajat di setiap akhir malam akhirnya Allah mengabulkan doanya dengan lahirnya Ismail di tengah tengah keluarga, siti Hajarpun sangat senang dan mencintai buah hatinya tersebut. Ini juga diabadikan Allah pada QS. Ibrahim (14): Ayat 39

ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ ٱلَّذِى وَهَبَ لِى عَلَى ٱلْكِبَرِ إِسْمَـٰعِيلَ وَإِسْحَـٰقَ ۚ إِنَّ رَبِّى لَسَمِيعُ ٱلدُّعَآءِ

 "Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua(ku) Ismail dan Ishaq. Sungguh, Tuhanku benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) doa."

******


BERDAKWAH ALA NABI IBRAHIM AS. (Sebagai Refleksi Penguatan Tauhid di Akhir Zaman)  BERDAKWAH ALA NABI IBRAHIM AS. (Sebagai Refleksi Penguatan Tauhid di Akhir Zaman) Reviewed by sangpencerah on Juli 16, 2021 Rating: 5

Tidak ada komentar: