Menelisik
kembali Firman Allah SWT pada QS Ali Imran ayat nomer 110
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
yang
artinya bahwa “kamu (Umat Islam)
adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia (karena kamu punya tugas
melekat) menyuruh berbuat yang makruf , dan mencegah dari yang mungkar dan
beriman kepada Allah…” sehingga seorang muslim perlu berguru kepada pendakwah
tauladan terlebih kepada para Rasul-nabiyullah. Nabi Ibrahim As sangat jago
dalam berdakwah dan berdiplomasi serta berargumentasi, sehingga dari raja
sampai pada ummatnya tidak dapat
membantah risalah yang disampaikan.
Dengan memahami makna ayat tersebut diatas, berarti setiap muslim
perlu memiliki kemampuan berdakwah, baik melalui tutur kata, perbuatan maupun
tampilan diri. Berdakwah tidak selalu harus melalui ceramah diatas mimbar atau
harus selalu di masjid, akan tetapi dimanapun dan kapanpun serta dengan cara
yang santun, menggunakan bahasa yang lugas, lembut dan halus serta mudah
dipahami dapat menyentuh hati sasaran yang dituju. Dalam kepentingan ini,
seorang pendakwah harus mampu memilih dan memilah kosa kata yang tepat untuk
menuturkan suatu masalah.
Tauladan dakwah yang terbaik telah diabadikan Allah SWT dalam alquran, adalah Nabi Ibrahim As. sekaligus sebagai rujukan dan contoh bagi kita semua dalam berdakwah. Dalam berdakwah, hendaknya kita berusaha selalu menggunakan bahasanya jamaah sebagaimana perintah Allah SWT dalam QS. Ibrahim (14): Ayat 4
وَمَآ أَرْسَلْنَا مِن رَّسُولٍ إِلَّا بِلِسَانِ قَوْمِهِۦ لِيُبَيِّنَ لَهُمْ ۖ فَيُضِلُّ ٱللَّهُ مَن يَشَآءُ وَيَهْدِى مَن يَشَآءُ ۚ وَهُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْحَكِيمُ
yang
artinya: "Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun, melainkan dengan
bahasa kaumnya, agar dia dapat memberi penjelasan kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia
kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dia Yang Maha
Perkasa, Maha Bijaksana."
Dalam
dakwah kultural, penyampaian materi diharapkan dapat memberikan pemahaman yang
benar dan jelas tentang suatu tuntunan sehingga jamaah bisa merasa tercerahkan
dan terbimbing pada jalan yang benar. Selain berdakwah kepada jamaah umatnya,
Ibrahim As juga berdakwah kepada orang tuanya bahkan juga kepada raja – si
penguasa.
Orang
tua Nabiyullah Ibrahim As (Azzar) adalah seorang perajin pembuatan patung,
dan patung itu dijual kepada
masyarakatnya untuk dijadikan sebagai tuhan sesembahan bahkan Ibrahim sendiri
yang ditugasi oleh ayahnya untuk menjual patung itu. Ibrahim As memiliki cara
tersendiri untuk memenuhi tugas dari orang tuanya itu dengan serta merta tidak
ingin umatnya menjadi penyembah patung/berhala. Jadi perintah dari orang tuanya
dijadikan kesempatan untuk berdakwah kepada umatnya dengan memperlakukan
sesuatu yang menunjukkan bahwa patungnya bukanlah tuhan yang patut untuk
disembah. Ibrahim menjelaskan kepada ayahnya tentang tuhan itu difirmankan
Allah SWt dalam QS. Al-An'am (6): Ayat 74-75 yang
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لِأَبِيهِ آزَرَ أَتَتَّخِذُ أَصْنَامًا آلِهَةً إِنِّي أَرَاكَ وَقَوْمَكَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ (74) وَكَذَلِكَ نُرِي إِبْرَاهِيمَ مَلَكُوتَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلِيَكُونَ مِنَ الْمُوقِنِينَ (75)
artinya:
"Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata kepada ayahnya, Azar, "Pantaskah engkau menjadikan
berhala-berhala itu sebagai tuhan?
Sesungguhnya aku melihat engkau dan kaummu dalam kesesatan yang nyata. Dan
demikianlah Kami memperlihatkan kepada Ibrahim kekuasaan (Kami yang terdapat)
di langit dan di bumi, dan agar dia
termasuk orang-orang yang yakin."
Kemudian
dilanjutkan pada QS al Anbiya (21): 52-54:
إِذْ قَالَ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِۦ مَا هَـٰذِهِ
ٱلتَّمَاثِيلُ ٱلَّتِىٓ أَنتُمْ لَهَا عَـٰكِفُونَ (52) قَالُوا۟ وَجَدْنَآ
ءَابَآءَنَا لَهَا عَـٰبِدِينَ(53) قَالَ لَقَدْ كُنتُمْ أَنتُمْ وَءَابَآؤُكُمْ
فِى ضَلَـٰلٍ مُّبِينٍ (54)
"(Ingatlah),
ketika dia (Ibrahim) berkata kepada ayahnya dan kaumnya, "Patung-patung
apakah ini yang kamu tekun menyembahnya?" "Mereka menjawab,
"Kami mendapati nenek moyang kami menyembahnya." "Dia (Ibrahim)
berkata, "Sesungguhnya kamu dan nenek moyang kamu berada dalam kesesatan
yang nyata."
Marilah
kita mencontoh dan mengikuti millah Ibrahim As. dalam berdakwah kepada raja
Namrud/penguasa sebagaimana difirmankan Allah Swt, QS. Al Baqarah(2) ayat 258
أَلَمْ تَرَ إِلَى ٱلَّذِى حَآجَّ إِبْرَٰهِـۧمَ فِى رَبِّهِۦٓ أَنْ ءَاتَىٰهُ ٱللَّهُ ٱلْمُلْكَ إِذْ قَالَ إِبْرَٰهِـۧمُ رَبِّىَ ٱلَّذِى يُحْىِۦ وَيُمِيتُ قَالَ أَنَا۠ أُحْىِۦ وَأُمِيتُ ۖ قَالَ إِبْرَٰهِـۧمُ فَإِنَّ ٱللَّهَ يَأْتِى بِٱلشَّمْسِ مِنَ ٱلْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ ٱلْمَغْرِبِ فَبُهِتَ ٱلَّذِى كَفَرَ ۗ وَٱللَّهُ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلظَّـٰلِمِينَ
yang
artinya: "Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai
Tuhannya karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan). Ketika Ibrahim berkata, "Tuhanku ialah
yang menghidupkan dan mematikan,"
dia berkata, "Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan."
Ibrahim berkata, "Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah
ia dari barat." Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang zalim."
Nabiyullah Ibrahim As. menasehati umat dan rajanya
dengan sangat lugas tentang Tuhannya Ibrahim AS, yang diabadikan Allah dalam
QS. . Asy-Syu'ara' ( 26): Ayat 78-85:
ٱلَّذِى خَلَقَنِى فَهُوَ يَهْدِينِ (78)
"(yaitu) yang telah menciptakan aku, maka Dia yang memberi petunjuk kepadaku,"
وَٱلَّذِى هُوَ يُطْعِمُنِى وَيَسْقِينِ (79)
"dan yang memberi makan dan minum kepadaku;"
وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ (80)
"dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku,"
وَٱلَّذِى يُمِيتُنِى ثُمَّ يُحْيِينِ (81)
"dan yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali),"
وَٱلَّذِىٓ أَطْمَعُ أَن يَغْفِرَ لِى خَطِيٓـَٔتِى
يَوْمَ ٱلدِّينِ (82)
"dan yang sangat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari Kiamat."
رَبِّ هَبْ لِى حُكْمًا وَأَلْحِقْنِى
بِٱلصَّـٰلِحِينَ (83)
"(Ibrahim berdoa), "Ya Allah Tuhanku, berikanlah kepadaku ilmu dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh,"
وَٱجْعَل لِّى لِسَانَ صِدْقٍ فِى
ٱلْـَٔاخِرِينَ (84)
"dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian,"
وَٱجْعَلْنِى مِن وَرَثَةِ جَنَّةِ ٱلنَّعِيمِ
(85)
"dan jadikanlah aku termasuk orang yang mewarisi surga yang penuh kenikmatan,"
Keteladan Nabiullah Ibrahim As. dalam
kesabaran untuk senantiasa berdoa untuk berdoa kepada – Nya. Sebuah penantian
panjang dan cukup lama keluarga nabi Ibrahim dan siti Hajar untuk mendapatkan
keturunan sebagai generasi penerus yang akan membawa risalah kenabian. Berdoa ,
bermunajat di setiap akhir malam akhirnya Allah mengabulkan doanya dengan
lahirnya Ismail di tengah tengah keluarga, siti Hajarpun sangat senang dan
mencintai buah hatinya tersebut. Ini juga diabadikan Allah pada QS. Ibrahim
(14): Ayat 39
ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ ٱلَّذِى وَهَبَ لِى عَلَى
ٱلْكِبَرِ إِسْمَـٰعِيلَ وَإِسْحَـٰقَ ۚ إِنَّ رَبِّى لَسَمِيعُ ٱلدُّعَآءِ
"Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua(ku) Ismail dan Ishaq. Sungguh, Tuhanku benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) doa."
******

Tidak ada komentar: