MENJADI KAFIR TAK PERLU MENGGANTI KTP


MENJADI  KAFIR  TAK PERLU  MENGGANTI  KTP
Oleh : M.Soeroer.


MUQADDIMAH.

 

وَإِذْ قَالَ إِبْرَٰهِيمُ لِأَبِيهِ ءَازَرَ أَتَتَّخِذُ أَصْنَامًا ءَالِهَةً ۖ إِنِّىٓ أَرَىٰكَ وَقَوْمَكَ فِى ضَلَٰلٍ مُّبِينٍ


      “Dan ketika Ibrahim berkata kepada ayahnya, Azar,  “Pantaskah  engkau (ayahku) menjadikan berhala-berhala ini sebagai tuhan ? Sesungguhnya aku melihat engkau (ayahku) dan kaummu dalam kesesatan yang nyata: (Al An”am:74).

 

      Firman Allah SWT di atas adalah ayat teguran Nabi Ibrahim AS kepada ayahnya sendiri, yaitu Azar, karena ayah bersama seluruh kaumnya (rakyat) menyembah berhala-berhala..

 

KISAH  NABI  IBRAHIM AS.

      Dikisahkan (Al An’am:74-83) bahwa pada masa Nabi Ibrahim AS, masyarakat Kan-aan, daerah ummat  beliau,  seluruhnya adalah penyembah berhala. Nabi Ibrahim AS bermaksud ingin menyelamatkan ayah beliau beserta masyarakat dari tauhid yang keliru, iman yang sesat itu. Beliau memberitahukan bahwa ilah (sesembahan) yang benar adalah Allah, bukanlah berhala-berhala itu. Tetapi pemberitahuan beliau itu sama sekali tidak ada tanggapan dari masyarakat. Demi menegakkan nilai-nilai tauhid yang lurus, iman yang benar dan ilah (sesembahan) yang benar, walaupun seorang diri beliau keluar dari rumah pada malam yang sepi dengan membawa sebuah  kapak, berani menghancurkan semua berhala-berhala yang disembah, yang diagungkan dan yang dikeramatkan oleh masyarakat Kan-aan. Hanya sebuah berhala, yaitu sebuah patung yang paling besar, oleh Ibrahim AS tidak dihancurkan. Tetapi patung itu dikalumgi dengan kapak yang telah dipakai menghancurkan semua berhala tadi.

      Pagi hari, peristiwa itu menggemparkan masyarakat, dan pasti masyarakat menuduh, bahwa Nabi Ibarahim-lah pelakunya. Maka segeralah Ibrahim ditangkap, dan dihadapkan kepada rajanya, Namrudz. Maka terjadilah dialog antara raja Namrudz dengan  Nabi Ibrahim AS., yang sudah tentu tentang masalah hancurnya berhala-baerhala itu Nabi Ibrahim AS pura-pura tidak tahu bahwa semua berhala itu hancur. Akhirnya raja Namrudz mengajak Nabi Ibrahim AS  untuk melihat dan menyaksikan ke lokasi  tempat berhala yang hancur.

      Setelah sampai di lokasi itu, dan telah menyaksikan berhala yang hancur, maka Nabi Ibrahim AS menunjuk kearah berhala yang masih utuh yang berkalung kapak dan berkata kepada raja Namrudz:

      “Itulah pelakunya, yang menghancurkan berhala-berhalamu yang kau sembah. Dan .  itulah kapaknya yang dipakai, masih dipegang dan dipakai kalung.. Coba tanyakan kepadanya” Demikian penjelasan Nabi Ibrahim kepada raja Namrudz.

      “Hai, Ibrahim, bagimana dia akan menjawab, itukan patung, tentu saja tidak dapat menjawab, karena tidak dapat berbicara” Demikian penjelasan raja Namrudz.

      “Kalau  tidak bisa menjawab, karena memang tidak bisa berbicara, mengapa  kau sembah bersama rakyatmu, kau keramatkan, kau puja, kau agungkan, hai Namrudz” Demikian jawaban Nabi Ibrahim AS sambil ajak mengejek kepada rajanya.

 

      Mendengar penjelasan Nabi Ibrahim AS dengan nada melecehkan itu, maka raja Namrudz memerintahkan kepada bawahannya untuk menangkap dan membakar hidup-hidup. Akahirnya dibakarlah Nabi Ibraim AS dalam keadaan hidup, segar bugar. Atas anugerah mu’jizat Allah, maka Nabi Ibrahim AS tidak terbakar, karema apinya menjadi dingin. Itulah mu’jizat Nabi Ibrahim AS.

      Demikianlah sekelumit tentang Nabi Ibrahim AS, bahwa dalam urusan yang berhubungan dengan aqidah / iman, beliau tidak mengadakan kompromi sedikitpun, meskipun menghadapi ayah sendiri, tidak ada basa-basi. Tauhid-iman harus tegak dan kokoh.

 

 

KONSEP  TAUHID  ISLAM.

      Konsep tauhid dalam Isam dirumuskan dalam kalimah thayyibah, yaitu dua Kalimah Syahadah - Asyhadu allaa ilaaha illallah, wa asyahadu anna Muahammadar Rasuulullah- (Aku bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada ilah (sesembahan) selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah). 

Menjadikan ilah selian Allah SWT, adalah tindakan yang  membatalkan tauhid dan iman. Jika seseorang  menjadikan Allah SWT sebagai ilahnya, dan pada waktu yang bersamaan, menjadikan selain Allah SWT sebagai ilah-nya, maka masuk katagori dosa syirik, dosa yang tidak bisa diampuni oleh Allah SWT. Allah SWT menegaskan dalam firman-Nya

 

إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِۦ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَآءُ ۚ وَمَن يُشْرِكْ بِٱللَّهِ فَقَدِ ٱفْتَرَىٰٓ إِثْمًا عَظِيمًا


     “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni {dosa karena mempersekutukan-Nya (syirik)} dan Dia mengampuni  (dosa apa saja) selain syirik itu, bagi siapa yang Dia kehendaki. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh dia telah berbuat dosa besar” (An Nisa’ : 48)

 

      Masalah aqidah atau iman adalah merupakan masalah yang sangat fundamental yang sangat mendasar dalam Islam. Jika seseorang telah hilang imannya, maka ia telah menjadi kafir, keluar dari Islam. Na’udzu billah. Menjadi kafir itu tidak perlu datang ke kantor lurah atau camat, mohon untuk dirubah dengan mengganti kolom agama di KTP-nya.

      Banyak jalan seseorang menjadi kafir. Misalnya saja, mengingkari terhadap kebenaran ayat-ayat Al Qur’an, mengingkari ke-Esaan Allah SWT, ingkar terhadap kebenaran akan datangnya Hari Kiamat, meyakini bahwa hukum-hukum manusia itu lebih baik daripada hukum-hukum Allah SWT. Hal itu sudah cukup menjadikan seseorang menjadi kafir.

 

 

DERAJAT  MANUSIA  YANG  PALING  RENDAH.

      Kafir, adalah sebutan manusia yang paling rendah, bagi manusia yang tidak beriman. Allah SWT berfirman :

  

إِنَّ شَرَّ ٱلدَّوَآبِّ عِندَ ٱللَّهِ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ فَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ

“Sesungguhnya makhluk yang bergerak dan bernyawa, yang paling buruk dalam pandangan Allah adalah orang-orang kafir, karena mereka tidak beriman” (Al Anfal:55)

 

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا ۚ أُولَٰئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ

“Sungguh, orang-orang kafir dari golongan Ahli Kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam, mereka kekal di dalmnya selamanya. Mereka adalah seburuk-buruknya (sejahat-jahatnya) makhluk” (Al Bayyinah:6) 

 

      Bagaimanapun jasanya amal perbuatan orang di dunia, berjasa di masyarakat, tetapi kalau ia tidak beriman, kafir, maka amal perbuatannya itu tidak akan diterima oleh Allah. Amal mereka seperti fatamorgana dan debu yang beterbangan, dilihat dari jauh kelihatan ada air, tetapi bila didekati tidak ada apa-apanya., seperti dijelaskan firman Allah SWT:

 

وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَعْمَالُهُمْ كَسَرَابٍ بِقِيعَةٍ يَحْسَبُهُ الظَّمْآنُ مَاءً حَتَّىٰ إِذَا جَاءَهُ لَمْ يَجِدْهُ شَيْئًا

 

“Dan orang-orang kafir itu amal mereka laksana fatamorgana di tanah yang datar yang disangka air oleh orang-orang.yang kehausan, tetapi bila didatangi air itu tidak didapati suatu apapun” (An Nur: 39).

 

 

وَقَدِمْنَا إِلَىٰ مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا

 

“Dan Kami perlihatkan segala amal (orang kafir) yang mereka kerjakan, lalu Kami akan jadikan amal itu (seperti) debu yang beterbangan” (Al Furqan: 23).

 

      Kisah nyata yang terjadi, seorang yang populer, dia terkenal karena jasanya. Dia berhasil bisa menciptakan lampu listrik, sehingga dunia pada waktu malam bisa terang benderang, karena jasa nya, bermanfaat di masyarakat mampu menerangi dunia ini. Siapa dia ? Dia adalah Edison. Tetapi sangat disayangkan, konon kabarnya Edison itu tidak beriman. Karena tidak beriman, maka Allah akan membalas seperti ayat Al Furqan:23 di atas

      Seandainya dia beriman, alangkah bahagianya nanti di akhirat. Sekian banyak orang yang menghidupkan dan menyalakan lampunya, maka akan menpadat pahala yang luar biasa dari orang-orang yang menyalakan lampu listriknya. Banyak orang-orang yang berjasa di masyarakat dunia, tetapi sayang mereka ada yang tidak beriman.

 

 

DERAJAT  ORANG-ORANG  YANG  BERIMAN.

      Berbahagialah (kita) orang yang beriman.  Begitu sangat pentingnya masalah aqidah, masalah iman, yang insya Allah akan mendampingi kita, membahagiakan kita di Hari Kiyamat nanti. Itulah iman, nikmat anugerah Allah SWT yang paling berharga.

      Orang beriman (Mukmin) iu dimuliakan Allah. Banyak sekali firman Allah yang menginformasikan bahwa Mukmin itu mulia. Firman Allah yang di antaranya:

 

أُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُؤْمِنُونَ حَقًّا ۚ لَّهُمْ دَرَجَٰتٌ عِندَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ


“Mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh derajat (kemuliaan) yang tinggi di sisi Tahan-nya, dan ampunan serta rezeki (kenikmatan) yang mulia” (Al Anfal:4).

 

      Jadi orang beriman itu mulia, lebih mulia daripada makhluk apapun (termasuk malaikat). Rasulullah SAW selalu mengingatkan ummat beliau, agar jangan sampai tergelincir dalam merawat iman, karena iman itu bisa bertambah dan bisa berkurang, dan bahkan iman itu bisa hilang karena tidak dirawat, tidak dices, tidak diperbaharui. Oleh karena itu beliau memerintahkan ummat beliau agar selalu mengeces iman, selalu memperbaharui iman, dengan sabda beliau :

Perbaharuilah imanmu!” Seorang sahabat bertanya, “Ya, Rasulullah, bagaimana memperbaharui iman ?” Jawab beliau, “Perbanyaklah membaca  -LAA  ILAAHA  ILLALLAH !” (HR. Ahmad).

 

 

KHATIMAH.

          Memperbanyak dengan berulang-ulang  mengucapkan membaca Kalimah  Thayyibah, yaitu –LAA  ILAAHA  ILLALLAH- akan sangat berfaedah, insyaAllah akan menjadi gerak reflek di penghujung hidup, waktu sakaratul maut. Meskipun (insya Allah) tidak dibimbing oleh famili atau keluarga pada waktu sakaratul maut, bilamana seseorang senantiasa membiasakan mengucapkan Kalimah Thayyibah pada masa hidupnya di dunia, lisannya dengan gerak reflek akan mengucapkan Kalimah Thayyibah, di akhir hayatnya.. Itulah husnul khatimah

Di penghujung hidup kita, ucapan yang meluncur dari bibir kita adalah Kalimah Thayyibah, itulah yang diidam-idamkan oleh ummat Muslim, itulah khusnul khatimah

Anas bin Malik berkata, “Kalau kita bisa lulus dari berbagai ujian pada saat sakaratil maut, maka itulah sesungguhnya kemenangan besar, yang pantas dirayakan diliang lahat (kubur) bersama-sama saudara kita yang wafat lebih dahulu. Insya Allah para malaikat ikut bergembira merayakan hari Husnul Khatimah, karena bisa mengucapkan Kalimah Thayyibah, di akhir hidup kita.” (Kata mutiara seorang sahabat)..





MENJADI KAFIR TAK PERLU MENGGANTI KTP MENJADI  KAFIR  TAK PERLU  MENGGANTI  KTP Reviewed by sangpencerah on Juli 30, 2021 Rating: 5

1 komentar: