Hadits ke-6 dari 30, BAB 3. SABAR, KITAB : NUZHATUL MUTTAQIEN SYARH RIYADUS SHALIHIN (1)

Hadits ke-6 dari 30, BAB 3. SABAR, KITAB : NUZHATUL MUTTAQIEN SYARH RIYADUS SHALIHIN (1)

 


عَنْ صُهَيْبٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كَانَ مَلِكٌ فِيمَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ وَكَانَ لَهُ سَاحِرٌ فَلَمَّا كَبِرَ قَالَ لِلْمَلِكِ إِنِّي قَدْ كَبِرْتُ فَابْعَثْ إِلَيَّ غُلَامًا أُعَلِّمْهُ السِّحْرَ, فَبَعَثَ إِلَيْهِ غُلَامًا يُعَلِّمُهُ وَكَانَ فِي طَرِيقِهِ إِذَا سَلَكَ رَاهِبٌ فَقَعَدَ إِلَيْهِ وَسَمِعَ كَلَامَهُ فَأَعْجَبَهُ, وَكَانَ إِذَا أَتَى السَّاحِرَ مَرَّ بِالرَّاهِبِ وَقَعَدَ إِلَيْهِ, فَإِذَا أَتَى السَّاحِرَ ضَرَبَهُ, فَشَكَا ذَلِكَ إِلَى الرَّاهِبِ فَقَالَ: إِذَا خَشِيتَ السَّاحِرَ فَقُلْ: حَبَسَنِي أَهْلِي وَإِذَا خَشِيتَ أَهْلَكَ فَقُلْ: حَبَسَنِي السَّاحِرُ. فَبَيْنَمَا هُوَ عَلَي ذَلِكَ إِذْ أَتَى عَلَى دَابَّةٍ عَظِيمَةٍ قَدْ حَبَسَتْ النَّاسَ فَقَالَ الْيَوْمَ أَعْلَمُ: آلسَّاحِرُ أَفْضَلُ أَمْ الرَّاهِبُ أَفْضَلُ ؟ فَأَخَذَ حَجَرًا فَقَالَ: اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ أَمْرُ الرَّاهِبِ أَحَبَّ إِلَيْكَ مِنْ أَمْرِ السَّاحِرِ فَاقْتُلْ هَذِهِ الدَّابَّةَ حَتَّى يَمْضِيَ النَّاسُ ,فَرَمَاهَا فَقَتَلَهَا وَمَضَى النَّاسُ. فَأَتَى الرَّاهِبَ فَأَخْبَرَهُ فَقَالَ لَهُ الرَّاهِبُ: أَيْ بُنَيَّ أَنْتَ الْيَوْمَ أَفْضَلُ مِنِّي قَدْ بَلَغَ مِنْ أَمْرِكَ مَا أَرَى وَإِنَّكَ سَتُبْتَلَى فَإِنْ ابْتُلِيتَ فَلَا تَدُلَّ عَلَيَّ. وَكَانَ الْغُلَامُ يُبْرِئُ الْأَكْمَهَ وَالْأَبْرَصَ وَيُدَاوِي النَّاسَ مِنْ سَائِرِ الْأَدْوَاءِ فَسَمِعَ جَلِيسٌ لِلْمَلِكِ كَانَ قَدْ عَمِيَ فَأَتَاهُ بِهَدَايَا كَثِيرَةٍ فَقَالَ مَا هَاهُنَا لَكَ أَجْمَعُ إِنْ أَنْتَ شَفَيْتَنِي فَقَالَ: إِنِّي لَا أَشْفِي أَحَدًا, إِنَّمَا يَشْفِي اللَّهُ تعالى فَإِنْ آمَنْتَ بِاللَّهِ  تعالى دَعَوْتُ اللَّهَ فَشَفَاكَ, فَآمَنَ بِاللَّهِ تعالى فَشَفَاهُ اللَّهُ تعالى, فَأَتَى الْمَلِكَ فَجَلَسَ إِلَيْهِ كَمَا كَانَ يَجْلِسُ فَقَالَ لَهُ الْمَلِكُ: مَنْ رَدَّ عَلَيْكَ بَصَرَكَ ؟ قَالَ :رَبِّي: قَالَ وَلَكَ رَبٌّ غَيْرِي ؟ قَالَ: رَبِّي وَرَبُّكَ اللَّهُ. فَأَخَذَهُ فَلَمْ يَزَلْ يُعَذِّبُهُ حَتَّى دَلَّ عَلَى الْغُلَامِ فَجِيءَ بِالْغُلَامِ فَقَالَ لَهُ الْمَلِكُ: أَيْ بُنَيَّ قَدْ بَلَغَ مِنْ سِحْرِكَ مَا تُبْرِئُ الْأَكْمَهَ وَالْأَبْرَصَ وَتَفْعَلُ وَتَفْعَلُ ! فَقَالَ إِنِّي لَا أَشْفِي أَحَدًا إِنَّمَا يَشْفِي اللَّهُ تعالى فَأَخَذَهُ فَلَمْ يَزَلْ يُعَذِّبُهُ حَتَّى دَلَّ عَلَى الرَّاهِبِ فَجِيءَ بِالرَّاهِبِ فَقِيلَ لَهُ: ارْجِعْ عَنْ دِينِكَ. فَأَبَى فَدَعَا بِالْمِئْشَارِ فَوَضَعَ الْمِئْشَارَ فِي مَفْرِقِ رَأْسِهِ فَشَقَّهُ حَتَّى وَقَعَ شِقَّاهُ ثُمَّ جِيءَ بِجَلِيسِ الْمَلِكِ فَقِيلَ لَهُ: ارْجِعْ عَنْ دِينِكَ فَأَبَى فَوَضَعَ الْمِئْشَارَ فِي مَفْرِقِ رَأْسِهِ فَشَقَّهُ بِهِ حَتَّى وَقَعَ شِقَّاهُ ثُمَّ جِيءَ بِالْغُلَامِ فَقِيلَ لَهُ: ارْجِعْ عَنْ دِينِكَ. فَأَبَى فَدَفَعَهُ إِلَى نَفَرٍ مِنْ أَصْحَابِهِ فَقَالَ اذْهَبُوا بِهِ إِلَى جَبَلِ كَذَا وَكَذَا فَاصْعَدُوا بِهِ الْجَبَلَ فَإِذَا بَلَغْتُمْ ذُرْوَتَهُ فَإِنْ رَجَعَ عَنْ دِينِهِ وَإِلَّا فَاطْرَحُوهُ فَذَهَبُوا بِهِ فَصَعِدُوا بِهِ الْجَبَلَ فَقَالَ: اللَّهُمَّ اكْفِنِيهِمْ بِمَا شِئْتَ فَرَجَفَ بِهِمْ الْجَبَلُ فَسَقَطُوا وَجَاءَ يَمْشِي إِلَى الْمَلِكِ فَقَالَ لَهُ الْمَلِكُ: مَا فَعَلَ أَصْحَابُكَ قَالَ كَفَانِيهِمُ اللَّهُ فَدَفَعَهُ إِلَى نَفَرٍ مِنْ أَصْحَابِهِ فَقَالَ اذْهَبُوا بِهِ فَاحْمِلُوهُ فِي قُرْقُورٍ فَتَوَسَّطُوا بِهِ الْبَحْرَ فَإِنْ رَجَعَ عَنْ دِينِهِ وَإِلَّا فَاقْذِفُوهُ فَذَهَبُوا بِهِ فَقَالَ اللَّهُمَّ اكْفِنِيهِمْ بِمَا شِئْتَ فَانْكَفَأَتْ بِهِمْ السَّفِينَةُ فَغَرِقُوا وَجَاءَ يَمْشِي إِلَى الْمَلِكِ فَقَالَ لَهُ الْمَلِكُ مَا فَعَلَ أَصْحَابُكَ ؟ قَالَ كَفَانِيهِمُ اللَّهُ فَقَالَ لِلْمَلِكِ إِنَّكَ لَسْتَ بِقَاتِلِي حَتَّى تَفْعَلَ مَا آمُرُكَ بِهِ قَالَ وَمَا هُوَ ؟ قَالَ: تَجْمَعُ النَّاسَ فِي صَعِيدٍ وَاحِدٍ وَتَصْلُبُنِي عَلَى جِذْعٍ ثُمَّ خُذْ سَهْمًا مِنْ كِنَانَتِي ثُمَّ ضَعْ السَّهْمَ فِي كَبِدِ الْقَوْسِ ثُمَّ قُلْ: بِاسْمِ اللَّهِ رَبِّ الْغُلَامِ, ثُمَّ ارْمِنِي فَإِنَّكَ إِذَا فَعَلْتَ ذَلِكَ قَتَلْتَنِي, فَجَمَعَ النَّاسَ فِي صَعِيدٍ وَاحِدٍ وَصَلَبَهُ عَلَى جِذْعٍ, ثُمَّ أَخَذَ سَهْمًا مِنْ كِنَانَتِهِ, ثُمَّ وَضَعَ السَّهْمَ فِي كَبْدِ الْقَوْسِ ثُمَّ قَالَ: بِاسْمِ اللَّهِ رَبِّ الْغُلَامِ, ثُمَّ رَمَاهُ فَوَقَعَ السَّهْمُ فِي صُدْغِهِ فَوَضَعَ يَدَهُ فِي صُدْغِهِ فِي مَوْضِعِ السَّهْمِ فَمَاتَ, فَقَالَ النَّاسُ: آمَنَّا بِرَبِّ الْغُلَامِ فَأُتِيَ الْمَلِكُ فَقِيلَ لَهُ أَرَأَيْتَ مَا كُنْتَ تَحْذَرُ, قَدْ وَاللَّهِ نَزَلَ بِكَ حَذَرُكَ, قَدْ آمَنَ النَّاسُ. فَأَمَرَ بِالْأُخْدُودِ فِي أَفْوَاهِ السِّكَكِ فَخُدَّتْ وَأَضْرمَ فِيهَا النِّيرَانَ وَقَالَ مَنْ لَمْ يَرْجِعْ عَنْ دِينِهِ فَأَحْمُوهُ فِيهَا, أَوْ قِيلَ لَهُ اقْتَحِمْ فَفَعَلُوا حَتَّى جَاءَتْ امْرَأَةٌ وَمَعَهَا صَبِيٌّ لَهَا ,فَتَقَاعَسَتْ أَنْ تَقَعَ فِيهَا فَقَالَ لَهَا الْغُلَامُ: يَا أُمَّهْ اصْبِرِي فَإِنَّكِ عَلَى الْحَقِّ.(‏‏(‏رواه مسلم‏)‏‏)‏‏. ‏‏‏


‏ذروة الجبل‏ ‏ ‏:‏ أعلاه، وهى بكسر الذال المعجمة وضمها و‏ ‏القرقور‏ ‏ بضم القافين ‏:‏ نوع من السفن و‏ ‏ الصعيد‏ ‏ هنا ‏:‏ الأرض البارزة و‏ ‏الأخدود‏ ‏ ‏:‏ الشقوق في الأرض كالنهر الصغير و‏ ‏ أضرم‏ ‏ أوقد ‏ ‏وانكفأت‏ ‏ أي ‏:‏ انقلبت، ‏ ‏وتقاعست‏ ‏ ‏:‏ توقفت وجبنت

 

30. Dari Shuhaib r.a. bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: "Dahulu ada seorang raja dari golongan ummat yang sebelum engkau semua, ia mempunyai seorang ahli sihir. Setelah penyihir itu tua, ia berkata kepada raja: "Sesungguhnya saya ini telah tua, maka itu kirimkanlah padaku seorang anak yang akan saya beri pelajaran ilmu sihir."


Kemudian raja itu mengirimkan padanya seorang anak untuk diajarinya. Dan (Anak ini)di tengah perjalanannya - apabila ada seorang rahib (pendeta Nasrani) di situ, ia pun duduk (berhenti) padanya dan mendengarkan ucapan-ucapannya sehingga takjublah ia. Dan apabila ia telah sampai di tempat penyihir ( yakni selesai dari pelajarannya), ia pun (pulang)  melalui tempat rahib tadi dan duduk di situ (mendengarkan ajarannya). Selanjutnya apabila datang di tempat penyihir, ia pun dipukul olehnya (karena kelambatan datangnya). Hal itu diadukan (oleh anak itu) kepada rahib, lalu rahib berkata: "Jika kamu takut pada penyihir itu, maka katakanlah: "aku telah ditahan oleh keluargaku", dan jika kamu takut pada keluargamu, maka katakan:  "aku telah ditahan oleh penyihir."


Pada suatu ketika di waktu ia dalam keadaan yang sedemikian itu, lalu tibalah ia di suatu tempat dan di situ ada seekor binatang yang besar dan menghalangi orang banyak (untuk berlalu di jalanan itu). Maka (anak itu) berkata: "Pada hari ini saya akan mengetahui, apakah penyihir itu yang lebih baik ataukah pendeta itu yang lebih baik?" ia lalu mengambil batu kemudian berkata: "Ya Allah, apabila perkara pendeta itu lebih dicintai di sisiMu daripada perkara penyihir, maka bunuhlah binatang ini sehingga orang-orang dapat melewatinya." maka dilemparkanlah (batu tadi) kepada binatang tersebut hingga membunuhnya dan (akhirnya) orang-orang bise melewatinya.Lalu ia mendatangi rahib dan memberitahukan hal tersebut. Rahib itu pun berkata: "Hai anakku, kamu pada hari ini lebih mulia daripada aku. Keadaanmu sudah sampai di suatu tingkat yang saya sendiri tidak dapat mengerti. Sesungguhnya kamu akan diuji, maka jika kamu mendapti ujian itu, janganlah menunjuk kepadaku."


Ketika itu, anak tersebut dapat menyembuhkan orang buta dan berpenyakit lepra serta dapat mengobati orang banyak dari berbagai penyakit. Hal itu didengar oleh sahabat karib raja yang buta. Maka datanglah ia ke anak itu dengan membawa beberapa hadiah yang banyak, kemudian berkata: "Apa yang ada disini ini adalah menjadi milikmu, apabila kamu dapat menyembuhkan aku." Anak itu berkata: "Sesungguhnya saya tidak dapat menyembuhkan siapapun, hanya Allah Ta'ala yang dapat menyembuhkannya. Maka jika anda beriman kepada Allah Ta'ala, saya akan berdoa kepada Allah, semoga Dia  menyembuhkan anda. Lalu sahabat raja itupun beriman kepada Allah Ta'ala, kemudian Allah Ta'ala menyembuhkannya. Ia lalu mendatangi raja terus duduk di dekatnya sebagaimana duduknya yang sudah-sudah. Raja kemudian bertanya: "Siapakah yang mengembalikan (menyembuhkan)  penglihatanmu itu?", sahabat itu menjawab: "Tuhanku." Raja bertanya: "Adakah kamu mempunyai Tuhan lain lagi selain dari diriku?" Ia menjawab: "Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah." maka (sahabat)nya itu ditahan oleh (raja tadi) dan terus-menerus disiksa padanya, sehingga menunjuk kepada anak tersebut. Anak itu pun didatangkan. Raja berkata padanya: "Hai anakku, kiranya sihirmu sudah sampai ke tingkat dapat menyembuhkan orang buta dan yang berpenyakit lepra dan engkau dapat melakukan ini dan melakukan itu." Anak itu berkata: "Sesungguhnya saya tidak dapat menyembuhkan seseorang pun, akan tetapi Allah Ta'ala lah yang menyembuhkannya." Anak itu pun ditahan dan terus-menerus disiksa, sehingga iapun menunjuk kepada pendeta. Pendeta pun didatangkan, kemudian kepadanya dikatakan: "Kembalilah dari agamamu!" (supaya meninggalkan agama Nasrani dan beralih menyembah raja). 


Namun Pendeta itu enggan mengikuti perintah Raja. Raja meminta diberi gergaji, kemudian diletakkanlah gergaji itu di tengah kepalanya dan dibelahnya sehingga jatuhlah kedua belahan kepala tersebut. Selanjutnya didatangkan pula sahabat raja dahulu itu, lalu kepadanya dikatakan: "Kembalilah dari agamamu itu!" Ia pun enggan menuruti perintahnya. Kemudian diletakkan pula gergaji itu di tengah kepalanya lalu dibelahnya, sehingga jatuhlah kedua belahan itu. Seterusnya didatangkan juga anak itu. Kepadanya dikatakan: "Kembalilah dari agamamu." la pun menolak ajakannya. Kemudian anak itu diberikan kepada sekeIompok sahabatnya lalu berkata: "Pergilah membawa anak ini ke gunung ini atau itu, naiklah dengannya ke gunung itu. Jikalau engkau semua telah sampai di puncaknya,  jika anak ini kembali dari agamanya (maka bebaskan), tetapi jika tidak, maka lemparkanlah ia dari atas gunung itu." Sahabat-sahabatnya itu pergi membawanya, kemudian menaiki gunung, lalu anak itu berkata: "Ya Allah, lepaskanlah hamba dari orang-orang ini dengan kehendakMu." Kemudian gunung itu pun bergerak keras dan orang-orang itu jatuh semuanya. Anak itu lalu berjalan menuju ke tempat raja. Raja berkata: "Apa yang dilakukan oleh kawan-kawanmu?" Ia menjawab: "Allah Ta'ala telah melepaskan aku dari tindakan mereka. Anak tersebut terus diberikan kepada sekelompok sahabat-sahabatnya yang lain lagi dan berkata: "Pergilah dengan membawa anak ini dalam sebuah tongkang dan belayarlah sampai di tengah lautan. jika anak ini kembali dari agamanya (maka bebaskan), tetapi jika tidak, maka tengelamkan ke lautan itu." Orang-orang bersama-sama pergi membawanya, lalu anak itu berkata: "Ya Allah, lepaskanlah hamba dari orang-orang ini dengan kehendakMu." Tiba-tiba tongkang itu terbalik, maka tenggelamlah semuanya. Anak itu sekali lagi berjalan ke tempat raja. Rajapun berkatalah: "Apakah yang dikerjakan oleh kawan-kawanmu?" Ia menjawab: "Allah Ta'ala telah melepaskan aku dari tindakan mereka." Selanjutnya iapun berkata pada raja: "sesungguhnya Tuan tidak dapat membunuh saya, sehingga Tuan mau melakukan apa yang ku perintahkan." Raja bertanya: "Apakah itu?" Ia menjawab: "kumpulkan semua orang di lapangan menjadi satu dan Tuan salib saya di batang pohon, kemudian ambillah sebatang anak panah dari tempat panahku ini, lalu pasanglah anak panah itu pada busurnya, lalu ucapkanlah: "Dengan nama Allah, Tuhan anak ini," terus  lepaskan kepadku anak panah itu. Sesungguhnya apabila Tuan mengerjakan semua itu, tentu Tuan dapat membunuhku."


Bersambung ke 2-habis

 


Hadits ke-6 dari 30, BAB 3. SABAR, KITAB : NUZHATUL MUTTAQIEN SYARH RIYADUS SHALIHIN (1) Hadits ke-6 dari 30, BAB 3. SABAR, KITAB : NUZHATUL MUTTAQIEN SYARH RIYADUS SHALIHIN (1) Reviewed by sangpencerah on Agustus 29, 2021 Rating: 5

Tidak ada komentar: