MENYAMBUT TAHUN BARU HIJRIYAH 1443

 MENYAMBUT TAHUN BARU HIJRIYAH 1443
Oleh: Radix Mursenoaji
(Ketua Majelis Tabligh PDM Kota Malang)

 


 

إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَٱلَّذِينَ هَاجَرُوا۟ وَجَٰهَدُوا۟ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ أُو۟لَٰٓئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَتَ ٱللَّهِ ۚ وَٱللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al Baqarah : 218)

 

Diawali Rasulullah Muhammad SAW, menerima perintah Allah SWT untuk melakukan da’wah secara terang-terangan seperti tercantum di dalam Firman-Nya:

 

فَاصۡدَعۡ بِمَا تُؤۡمَرُ وَ اَعۡرِضۡ عَنِ الۡمُشۡرِكِيۡنَ

 

“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik (QS. Al Hijr (15) ayat 94) maka penentangan kafir Quraisy terhadap Rasulullah dan pengikutnya semakin keras dan gencar. Tekanan itu bukan hanya dalam bentuk boikot ekonomi saja tetapi sampai pada teror dan penyiksaan terhadap pengikut rasulullah saw. Sesuai dengan Firman Allah SWT, QS. Al Baqarah 218 tersebut diatas maka para sahabat dan pengikut Rasulullah SAW melaksanakan hijrah dari Makah menuju Madinah semata-mata untuk menjaga aqidahnya dengan meninggalkan harta-benda dan kerabat yang dimiliki.

                                                                                                                                            

Peristiwa hijrah Rasulullah SAW dan para sahabat dan pengikutnya(Muhajirin) dari Makah ke Madinah, merupakan tonggak yang sangat penting dalam perkembangan Islam. Keihlasan melakukan hijrah bersama Rasululah telah menghasilkan kekokohan iman dan keteguhan mengikuti kepemimpinan Muhammad Rasulullah SAW sebagai rahmat dari Allah SWT. Kaum Muhajirin diterima dengan tangan terbuka oleh penduduk Madinah (Kaum Ansor) yang kemudian oleh Rasulullah SAW dipersaudarakanlah antara kedua kaum ini. Persaudaraan ini menghasilkan kekokohan, kekuatan, dan kemajuan bagi Umat Islam baik dalam urusan spritual agama maupun material- finansial.

 

Awal kehadiran Rasulullah SAW di Madinah ditandai dengan dibangunnya Masjid Quba’ sebagai tempat berkumpul umat dalam pembinaan keimanan dan kemasyarakatan. Bahkan Rasulullah juga menanamkan pendidikan politik demi kesejahteraan umat. Bentuk pendidikan politik diantaranya adalah diadakannya perjanjian dengan umat non muslim untuk saling menghormati dan membantu dalam kehidupan bermasyarakat. Umat islam dan non muslim dikondisikan hidup berdampingan dalam heteroginitas,  namun tetap dalam ketentraman bersama. Ini terbukti, hanya dalam waktu yang relatif singkat, ± 10 tahun paska hijrah,  Rasulullah SAW telah berhasil membangun kekuatan Islam yang mampu menaklukkan kafir Quraisy Makah sehingga masyarakat di Kota Makah berubah menjadi masayarakat Islam.

 

Tahun Baru Dengan Harapan Baru

Adanya momentum spirit untuk menjadi lebih baik bagi Umat Islam yang menjadi pertimbangan Khalifah Umar Bin Khathab ra menetapkan TAHUN PERISTIWA HIJRAH sebagai awal bagi penanggalan Islam setelah menerima usulan dari shahabat Ali ra selain usulan lainnya dari para shahabat. Sementara itu, Bulan Muharam sebagai awal tahun hijriyah, telah ada sebelum Nabi SAW, sedangkan Hijrahnya Nabi terjadi pada Bulan Rabi’ul Awal. Dengan demikian, dapat kita pahami bahwa tahun baru hijriah/ Bulan Muharam, adalah bukan awal waktu hirahnya Rasulullah SAW dan para sahabat dari Makah ke Madunah.

 

Dalam pemahaman masa kini, hijrah dimaknai sebagai berpindah dari suatu keadaan kepada keadaan lain yang lebih mulia atau lebih baik dalam ruh semangat ketaatan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Setiap dari kita yang terus-menerus memelihara kemuliaan akhlaq setelah kita memahaminya sebagai akhlaq tidak baik pada sebelumnya maka dapat dikatakan kita juga telah berhijrah. Semangat menuju kebaikan dan istiqamah ini, dalam Firman-NYa Allah SWT mengajarkan kepada kita untuk memanjatkan doa pada shalat malam:

 

وَقُلْ رَّبِّ اَدۡخِلۡنِىۡ مُدۡخَلَ صِدۡقٍ وَّ اَخۡرِجۡنِىۡ مُخۡرَجَ صِدۡقٍ وَّاجۡعَلْ لِّىۡ مِنۡ لَّدُنۡكَ سُلۡطٰنًا نَّصِيۡرًا

 

Dan Katakanlah: "Ya Tuhan-ku, masukkanlah Aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) Aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong. QS. Al Isra’ (17): ayat 80

 

Sebagian ahli tafsir menyatakan bahwa ayat tersebut berkait juga dengan peristiwa hijrah dari Makah ke Madinah dan juga ruh hijrah dalam semua kepentingan! Setiap dari kita pasti akan selalu mengalami perubahan dari suatu keadaan ke keadaan lainnya, dan yang pasti, perubahan itulah yang terus-menerus terjadi dalam kehidupan. Hijrah seseorang dari suatu keadaan memasuki keadaan yang baru hendaknya dengan cara yang benar, dalam arti tidak dengan mendholimi orang lain, kemudian apabila keluar dari suatu keadaan menuju keadaan yang lain, tentunya dengan baik dan benar pula- tidak dengan cara yang nista atau dinistakan. Sedangkan pada kondisi tertentu, karena setiap dari kita adalah pemimpin atau yang pasti memiliki kekuasaan tertentu, maka kita harus mampu mendaya-gunakan kekuasaan atau kepemiminan kita itu untuk menolong diri kita agar tidak terjerembab dalam perbuatan dosa!

 

Sebagai akhir dari mimbar ini, dipesankan kepada para pembaca bahwa suasana hijrah atau perubahan menuju yang lebih baik dapat berlangsung sepanjang hayat semenjak kita mengetahui adanya kebaikan dan kebenaran Ilahiah, dalam arti kita jalan kebenaran Ilahiyah itu yang kita pilih dengan serta-merta meninggalkan jalan yang samar dan jalan thaghut .

 

Firman Allah SWT di surat Al Baqarah Ayat : 170 dapat dipergunakan untuk rujukan agar kita mudah berhijrah menuju yang lebih baik :

 

وَاِذَا قِيۡلَ لَهُمُ اتَّبِعُوۡا مَآ اَنۡزَلَ اللّٰهُ قَالُوۡا بَلۡ نَـتَّبِعُ مَآ اَلۡفَيۡنَا عَلَيۡهِ اٰبَآءَنَا اَوَلَوۡ كَانَ اٰبَآؤُهُمۡ لَا يَعۡقِلُوۡنَ شَيۡـًٔـا وَّلَا يَهۡتَدُوۡنَ

 

  Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang Telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami Hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?".

 

Mengkuti, meniru, memuliakan bahkan melestarikan budaya atau tata cara yang diwarisi dari orang tua kita atau nenek moyang kita adalah sangat baik, dengan catatan: asal tidak bertentangan dengan syare’at/ tuntunan agama.  Sebaliknya, kita juga harus memahamai bahwa Agama Islam mengajarkan tidak boleh patuh kepada siapapun (termasuk ajaran nenek moyang kita) jika ajarannya itu bertentangan dengan syare’at. Hal ini adalah bentuk pilihan yang harus kita lakukan dalam kehidupan bermasyarakat. Pilihan kita jangan sampai keliru jalan meniru nenek moyang atau bahkan orang kafir yang nyata-nyata bertentangan dengan tuntunan Agama Islam sebagaimana maklumat Rasulullah SAW berikut:

Pasti kamu sekalian benar-benar akan mengikuti jalan hidup orang yang telah ada sebelum kamu, sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sehingga seandainya salah satu dari mereka masuk lubang Dhab (sejenis biawak) pasti kamu mengikuti mereka. Kami bertanya: Wahai Rasul, apakah yahudi dan Nasrani? Beliau bersabda: ya. Siapa lagi kalau bukan yahudi dan nasrani” (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Said al Khudri)


Dalam menyambut Tahun Baru Hijriyah 1443 sudah seharusnya kita mewujudkan kehidupan yang lebih shalih dari pada tahun yang lalu. Kita raih predikat manusia terbaik adalah apabila bertambah usianya maka semakin baiklah akhlaqnya. Jangan status quo atau bahkan sebaliknya!




MENYAMBUT TAHUN BARU HIJRIYAH 1443 MENYAMBUT TAHUN BARU HIJRIYAH 1443 Reviewed by sangpencerah on Agustus 06, 2021 Rating: 5

Tidak ada komentar: