MUQADDIMAH
وَاللَّيْلِ
إِذَا يَغْشَى (1) وَالنَّهَارِ إِذَا تَجَلَّى (2) وَمَا خَلَقَ الذَّكَرَ
وَالْأُنْثَى (3) إِنَّ سَعْيَكُمْ لَشَتَّى (4) فَأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَاتَّقَى
(5) وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَى (6) فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَى (7) وَأَمَّا مَنْ
بَخِلَ وَاسْتَغْنَى (8) وَكَذَّبَ بِالْحُسْنَى (9) فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَى
(10) وَمَا يُغْنِي عَنْهُ مَالُهُ إِذَا تَرَدَّى (11)
“Demi malam
apabila menutupi (cahaya siang). Dan siang apabila terang benderang dan
penciptaan laki-laki dan perempuan. Sesungguhnya usaha kamu memang
berbeda-beda. Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Alloh) dan
bertaqwa dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surge) maka kami akan
menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil, dan
dirinya merasa cukup, serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak kami
akan menyiapkan baginya jalan yang sukar. Dan hartanya tidak bermanfaat
baginya, apabila ia telah binasa” (Al Lail : 1-11).
KISAH SI PELIT
Pada zaman Rasululloh SAW ada seorang yang mempunyai
sebuah pohon kurma yang subur, buahnya pun lebat. Karena suburnya daunnya
sangat rindang, rantingnya sampai menjulur ke palataran tetangganya miskin.
Sayang pemilik pohon kurma itu sangat pelit, sehingga sebutir buah kurma saja,
si tetangga yang miskin beserta anak-anaknya tidak pernah merasakan nikmatnya
buah kurma itu. Jangankan diberi, sedang buah kurma yang sudah jatuh ke tanah
sekalipun tidak boleh diambil oleh anak-anak keluarga miskin. Pemilik pohon
kurma itu benar-benar sangat pelit, kikir bin bakhil.
Pada suatu hari salah seorang anak keluarga miskin itu,
menemukan sebutir buah kurma yang terjatuh di halaman rumahnya, segera ia
mengambilnya dan memakannya. Tetapi naas, ketika sedang mengunyah, pemilik
pohon kurma itu mengetahuinya. Ia segera menghampiri anak itu dan merampasnya
apa yang sedang dikunyahnya.
“Ini kurmaku, kau tidak berhak memakannya” demikian ujar
pemilik kurma itu sambil menghardik dan memaki-maki.
Karena tidak tahan akan ulah si Bakhil itu, maka ayah
anak keluarga miskin tersebut mengadu kepada Rasulullah SAW. Beliau berjanji
akan menyelesaikan masalah itu. Keesokan harinya Rasulullah SAW mendatangi
pemilik pohon kurma itu, kepadanya beliau bersabda: “Berikan buah kurma yang rantingnya menjuntai ke halaman tetangga itu.
Sebagai gantinya Allah akan memberimu kelak “surga yang indah”. Begitulah nasehat
Rasulullah SAW. “Hanya itu tawaranmu.
Tidak, aku masing sayang pohon kurmaku” demikian jawabannya sambil
mencibirkan bibir dan meninggalkan Rasulullah SAW.
KISAH SI DERMAWAN
Peristiwa si Bakhil diatas, rupanya diam-diam ada
seorang yang mengikuti mendengarkan dialog Rasulullah SAW dengan si bakhil
tersebut. Dia bergegas-gegas menjumpai Rasulullah SAW setelah si bakhil itu
pergi, dan berkata kepada beliau : “Ya
Rasululloh, apakah tawaran yang rasul berikan kepada pemilik pohon kurma itu
juga berlaku kepadaku? Apakah jika pohon kurma itu milikku, tawaran itu masih
berlaku? Demikian dia menjelaskan. “Ya”
jawab Rasulullah SAW tegas dan mengangguk.
Orang yang bertanya itu segera mencari pemilik pohon
kurma itu, dan berkata “Aku tadi
mendengar dan melihat kau berdialog dengan Rasulullah, dan beliau menawarkan
surga kepadamu, sebagai gantinya pohon kurmamu. Mengapa engkau menolak?”
“Ya, aku masih
sayang pohon kurmaku daripada tawaran surga. Sebab pohon kurmaku sangat lebat
buahnya” jawabnya singkat.
“Pohon kurmamu
memang lebat buahnya. Sayang aku tidak memilikinya. Apakah boleh pohon kurma
itu saya beli?
“Asal cocok
harganya, dong. Tetapi saya kira kau tidak akan mampu membelinya”
“Berapa harganya,
aku akan membelinya?
Maka terjadilah akad jual beli. Tidak dijelaskan berapa
harga sebuah pohon kurma itu, tetapi kedua belah pihak sudah sepakat, dan
meskipun harganya sangat mahal. Setelah urusan akad jual beli selesai, maka
pembeli pohon kurma itu menghadap Rasulullah SAW, memberitahukan bahwa pohon
kurma yang menjadi masalah itu sudah dibelinya. Saat itu juga pohon kurma itu
diserahkan kepada Rasulullah SAW.
Pada hari berikutnya, Rasulullah SAW mengajak pembeli
pohon kurma tersebut, bersama-sama menuju ke keluarga miskin dan menyerahkan
pohon kurma yang telah pernah menjadi masalah, kepada keluarga miskin tadi.
Rasulullah SAW bersabda “Ambillah pohon kurma itu, sebab sekarang
akulah yang memilikinya. Sekarang aku serahkan kepadamu” demikian
penjelasan Rasulullah SAW, dan keluarga miskin itu sangat berterima kasih
kepada Rasulullah SAW.
MAKHLUK CIPTAAN ALLAH SWT ITU
SEIMBANG
Peristiwa si bakhil dan si dermawan diatas, terekam baik
sekali di ‘arasy. Saat itulah turun wahyu surat Al Lail (seperti dalam
muqaddimah diatas) yang menegaskan tentang perbedaan posisi antara orang kikir
dan orang dermawan, pada penggalan awal surat Al Lail diatas.
Kaya dan miskin adalah dua pasangan yang menghiasi
kehidupan masyarakat dunia. Sama halnya siang dan malam, laki-laki dan wanita.
Isi dunia ini diciptakan Allah SWT selalu berpasang-pasangan. Itulah
keseimbangan. Allah SWT menciptakan demikian, maksudnya agar manusia bisa
saling mengenal, saling kerja sama, saling tolong menolong dan saling
membutuhkan. Itulah kehidupan sosial masyarakat dunia, sehingga tidak ada si
kaya menindas si miskin, dan si miskin menggarong si kaya.
MENJAGA KESEIMBANGAN
MASYARAKAT
Di antara amalan ibadah muamalah, tugas kita manusia
sebagai khalifah, adalah membuat keseimbangan dengan metode mengatasi
kesenjangan ekonomi yang terjadi di masyarakat. Kita bukanlah akan menghapus
kemiskinan, sebab kemiskinan itu sampai kapanpun selalu tetap ada.
Kemiskinan itu terjadi, penyebabnya bermacam-macam.
Mungkin karena kena musibah, tsunami, gempa, angin puting beliung, banjir,
kebakaran, cacat jasmani, kecelakaan dan sebagainya.
Demikian juga kekayaan. Orang kaya penyebabnya pun
bermacam-macam. Mungkin karena usahanya berhasil sukses, karena mendapat
warisan, mendapat rezeki dan nikmat Allah SWT yang tak disangka dan lain
sebagainya.
Tugas kita manusia sebagai khalifah membuat
keseimbangan. Baik si kaya maupun si miskin hendaklah bersama-sama memakmurkan
bumi. Yang kaya mengangkat si miskin, yang miskin membantu si kaya, yang diatas
mengangkat yang dibawah.
Tentu saja orang-orang yang sedang diatas, haruslah
memulai lebih dahulu. Siapa mereka? Yaitu orang-orang yang sedang mendapat
nikmat dari Allah SWT, seperti tokoh masyarakat, penguasa, para dermawan, para
sarjana, para pemimpin dan khususnya para tokoh agama. Sebab jika para tokoh
agama tidak bisa turut mengatasi kesenjangan di masyarakat, tidak bisa menjawab
segala masalah yang terjadi di masyarakat, besar kemungkinan para tokoh agama
akan dipinggirkan.
KHATIMAH
Dalam islam sangat concern (perhatian) terhadap segala
bentuk ketimpangan sosial, khususnya ekonomi. Rasulullah SAW selalu berada di
belakang orang-orang miskin. Beliau sangat tanggap terhadap nasib orang miskin.
Beliau tidak menunggu dari umat tetapi secara aktif selalu bersama-sama mereka
dalam keseharian. Di depan rumah beliau tidak memasang papan nama yang berbunyi
“DI SINI MENERIMA PENGADUAN”, tetapi kenyataannya orang yang mengadukan
perkara, setiap hari ada.
Beliau mempraktekkan fungsi zakat, infaq dan shadaqah, selalu
menganjurkan membantu fakir miskin,
yatim piatu agar umat tidak termasuk orang-orang yang mendustakan agama. (Al
Ma’un: 3)
وَلَا
يَحُضُّ عَلَى طَعَامِ الْمِسْكِينِ
Sepanjang kepemimpinan beliau, tidak ada demontrasi yang
menuntut ini dan itu. Berbeda dengan Negara kita. Hampir setiap hari ada
demonstrasi yang menuntut ini dan itu. Kita prihatin terhadap nasib para fakir
miskin, yatim piatu, janda dan orang-orang terlantar yang belum menerima uluran
tangan dari para dermawan. Oleh sebab itu besar sekali pahala yang akan
dilimpahkan oleh Allah SWT kepada mereka yang gemar mengulurkan tangan sebagai
dermawan. Islam tidak membedakan antara dermawan terhadap fakir miskin, yatim
piatu, janda dan jihad fi sabilillah, seperti sabda Rasul “Mengulurkan tangan kepada janda dan fakir miskin sama dengan berjihad
fisabilillah atau berpuasa dan tahajjud sepanjang masa” (HR Bukhari)
Tidak ada komentar: