KENAPA KITA BERMUHAMMADIYAH
قُلْ اِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ
لَا شَرِيْكَ لَهٗ ۚوَبِذٰلِكَ اُمِرْتُ وَاَنَا۠ اَوَّلُ الْمُسْلِمِيْنَ
Kyai Haji Ahmad Dahlan, dalam sejarah hidup beliau setelah sekian tahun bermuhammadiyah, baru
sanggup mengaplikasikan dan merealisir ajaran Alquran tidak lebih dari 50 ayat.
Dua ayat diantaranya ada dalam surat Al An’am ayat
162-163. Qul inna shalatii wa-nusukii wa mahyaaya, wa mamaatii lillaahi rabbil alamin. Laa syarikalahu wa bidzalika umirtu. yang dibaca sebagai doa iftitah shalat menggunakan hadis
riwayat Imam Muslim (Wajjahtu wajhiya….),
Dalam salah
satu kitab tafsir diungkap bahwa ayat ini diucapkan oleh Nabi Ibrahim AS.
Kata-kata dalam ayat Alquran yang menyebut aslama-yuslimu-aslim,
muncul dari Nabi Ibrahim AS. Jadi, awwalul
muslimin itu Ibrahim, sedang wa ana
minal muslimin itu Rasulullah SAW. Maka di dalam doa Iftitah yang
diucapkan dalam bacaan shalat tadi boleh dipilih antara awwalul muslimin atau wa ana
minal muslimin. Qul, katakanlah
(Muhammad), inna shalatii, sungguh shalatku; wa nusukii, dan pengorbananku; wa mahyaya, dan kiprah hidupku; wa mamatii, dan tujuan matiku; lillahi, hanya
untuk dan karena Allah; raabil ‘alamiin, pengatur alam semesta. Laa syariikalah, tidak ada sekutu
bagi-Nya; wa bidzaalika umirtu, dan
dengan itu aku diperintah; wa ana awwalul
muslimin, dan aku orang yang pertama, pasrah, setia tunduk kepada Allah
Subhanahu wataala. Aamiin yaa rabbal ‘alamin. Itu makna yang populer,
kecuali kata nusuq yang saya
terjemahkan menjadi pengorbananku. Pada hampir semua terje-mahan, nusuk diartikan ibadah. Mengenai tafsirnya, kebetulan
tidak sempat saya catat tapi saya punya kitabnya, nusuk bukan berarti ibadah. Yang berarti
ibadah adalah nasakun. Nusuk artinya menyembelih kurban. Maka
saya artikan, nusukii adalah pengorbananku. Jadi, “shalatku, pengorbananku,
hidup matiku, lillahi rabbil alamin”.
Dalam setiap
langkah selalu berusaha dan berkarya, tidak bisa yang namanya hidup kecuali semuanya dalam
bentuk kepasrahan, niat yang tulus berbakti kepada Allah SWT, apapun
yang dilakukan. Sebagaimana ayat yang populer, wamaa khalaqtul jinna wal-insa illa liya’buduun. Manusia ini hidup
diciptakan oleh Allah SWT, tidak lain, (satu kalimat yang
dimulai dengan nafi, yang di belakang ada illa itu, merupakan satu doktrin
kepastian) hidup ini hanya untuk beribadah, tidak lain. Maka, semua aktivitas
hidup kita harus punya nilai dan nafas ibadah. Di situlah makna hakekat dari
Islam.
Setelah memahami itu baru kita bisa mejawab kenapa kita bermuhammadiyah?
Pertama, Bermuhammadiyah adalah berislam.
Ungkapan ini
memang cukup tandas. Masyarakat/umat Islam ketika itu di dalam berislam
sudah bukan main trampilnya. Seperti diungkap dalam sabda Nabi SAW yang
bernilai ramalan itu, “Akan datang kepada kamu sekalian, suatu jaman dimana
Alquran tidak kekal lagi, Islam tidak tegak lagi kecuali hanya nama. Memang
banyak orang mengaku dirinya muslim, tapi perilaku dan tindakannya jauh sekali
dari Islam. Masjid-masjidnya makmur, banyak jamaah, tapi sepi dari kebaikan.
Orang-orang yang paling dalam ilmu agamanya menjadi orang yang paling jahat di
kolong langit. Dari mereka keluar fitnah”. Tetapi fitnah itu kembali kepada
orang-orang tadi. Jika hal ini disebut oleh Rasulullah SAW, ini yang jelas terjadinya
sepeninggal Rasululah SAW.
Sekarang
ini, berapa juta kali Alquran dibaca setiap hari. Ratusan karya tafsir yang
menjelaskan dari kata maupun kalimat untuk menjelaskan ayat-ayat Alquran,
berapa pula diangkat di dalam seminar, simposium, diskusi, namun tetap juga
sulit untuk mendapatkan pembaca Alquran itu yang meneteskan air mata. Sudah
susah kita menemui orang sesenggukan membaca Alquran. Dan amat sukar kita
dapati orang yang terisak-isak karena mendengarkan peringatan ayat-ayat
Alquran.
orang
Indonesia, khususnya orang Jawa, Islamnya cuma dalam tiga hal. Berislam ketika sunatan (khitan),
ketika menikah, dan saat prosesi kematiannya. Kalau sudah disunat (dikhitan)
sudah marem. Anakku wis diislami
(anakku sudah diislami), begitu batinnya. Kemudian kalau mau menikah, mereka
sudah mantap mengundang Pak Naib. Dan ketika meninggal mengundang ahli tahlil.
Dengan ketiga hal itu, sudah dianggap lengkap Islamnya.
merupakan
catatan penting untuk dakwah Muhammadiyah, bagaimana umat ini dikenalkan dengan
berislam yang sebenarnya. Kita bermuhammadiyah yang paling mendasar adalah
berislam. Itulah yang dituntutkan kepada kita. Bagaimana kita punya sikap hidup
setia dan pasrah dengan tatanan aturan hidup Islam. Termasuk yang dulu juga
pernah diungkap Kyai Haji Ahmad Dahlan, , “Hidup sepanjang kemauan Islam”.
Inilah
semangat muhammadiyyin tempo dulu, bagaimana hidup ini dijalani menurut kemauan
Islam. Bukan menurut kemauan adat, bukan pula menurut kemauan nenek moyang
ataupun tradisi, tapi menurut kemauan Islam. Ini yang menjadi semboyan para
pendahulu kita.. Inilah makna pertama dari bermuhammadiyah itu.
Kedua, Bermuhammadiyah adalah Berdakwah
Bertabligh itu menjadi kebutuhan hidup Kyai Haji Ahmad Dahlan saat itu, Ustadz Ibnu Juraimi. Menceritakan dalam tulisannya “walaupun cara membacanya belum fasih, KH.A.Dahlan bersama para kader Mubaligh saat itu, tapi berani bertabligh”. Mubaligh yang demikian ini
sekarang ini memang sering dicibir oleh orang-orang NU. Membaca Quran saja
nggak bisa koq berani bertabligh. Oleh Kyai pasti dijawab, “Dari pada kamu,
bisa baca Quran tapi nggak berani bertabligh". Inilah wajah Muhammadiyah yang
kedua, yaitu bermuhammadiyah itu adalah bertabligh.
Kita juga
menyadari adanya kepercayaan tradisi yang masih melekat di kalangan aktifis
Muhammadiyah, terutama soal kematian. Memang Muhammadiyah telah membersihkan
hal-hal bid’ah. Tetapi nampaknya masalah ini sekarang mulai bermunculan lagi.
Dihidupkan lagi tradisi lama. Apalagi Sidang Tanwir di Bali yang lalu
membicarakan topik Dakwah Kultural. Orang belum tahu persis koq sudah melangkah
lebih lanjut. Jujur saja, dan harus kita akui, bahwa Muhammadiyah yang tadinya
cukup anggun, dengan jasa besarnya yang telah ikut mencerdaskan bangsa ini,
selama lebih kurang 103 tahun berdakwah, atau Satu abad bukan waktu yang singkat. Tantangan baru Muhammadiyah diabad ini kata ketua umum PP Muhammadiyah ada
5 (lima) yakni pertama , Natifikasi ( TBC era baru, Misal Valentin day
dsb). kedua Sekulerisasi, ketiga, Krestenisasi, keempat
Intensifikasi (penyatuan kelompok memusuhi muhammadiyah) dan kelima ,
Ideologis
Satu
keunggulan Muhammadiyah yang tidak dimiliki oleh yang lain, adalah adanya karya
amal usaha Muhammadiyah.
Kyai Haji Ahmad Dahlan sanggup menampilkan Islam yang bisa dilihat dan dinilai
bermanfaat oleh ummat. Tidak tanggung-tanggung, Muhammadiyah telah melahirkan
dua presiden, terlepas dari presidennya itu seperti apa. Bung Karno dan
Soeharto adalah anak didik Muhammadiyah. Inilah jasa besar Muhammadiyah di
bidang pendidikan.
Ketiga, Bermuhammadiyah adalah
Berorganisasi
Pemahaman KH. Ahmad Dahlan
terhadap Alquran surat Ali Imran ayat 104 telah melahirkan pergerakan
Muhammadiyah. Keberhasilan dakwah Rasulullah SAW dengan karena terorganisir.
Berorganisasi, itulah yang
ada pada benak para pemimpin Muhammadiyah kita saat itu, dalam pikirannya hanya bagaimana rencana ke depannya. Mereka begitu yakin, mengapa? Sebab
tidak mungkin tegaknya Islam, izzul Islam wal muslimin, itu ditangani oleh
orang per-orang, penduduk Indonesia saat itu berapa jumlahnya. Saya hanya ingat
ada sekitar 77 jutaan penduduk Indonesia di tahun 1960-an. Jadi, pada jaman
Kyai Dahlan itu kira-kira ada 30 jutaan penduduk Indonesia, pada saat lahirnya
Muhammadiyah.
Yang dihadapi
Rasulullah pada jaman beliau, hanya sekitar 700 ribu. Perkiraan ini didasarkan
pada perhitungan bahwa saat Haji Wada’ jumlah jama’ah yang hadir ada 140 ribu.
Jika setiap orang punya lima anggota keluarga, maka jumlahnya sekitar 700 ribu.
Dibulatkan lagi, misalnya, menjadi 1 juta. Ummat yang sekitar 700 ribu sampai 1
juta itu bisa ditangani karena ada figur Nabi Muhammad SAW, ada Abu Bakar, ada
Umar bin Khattab, dan lain-lainya. Dan yang kita kenal lainnya, ada sepuluh
sahabat Nabi yang dijamin bakal masuk surga sebelum Rasullah SAW meninggal.
Alhamdulillah,
dapat kita ketahui perkembangan Muhammadiyah saat ini sudah
sebegitu pesat..
Keempat dan
Kelima, Bermuhammadiyah adalah Berjuang dan Berjihad serta Berkorban.
Wallahu’alam bissowaab
Tidak ada komentar: