IMAN DAN AMAL SHOLEH
Oleh; Ibnu Aqli Fatanah
(Sekretaris Umum Ikatan Pelajar
Muhammdiyah Kota Malang)
Dalam
Al Qur’an ada dua kata yang tidak pernah terpisahkan, yaitu iman dan amal
shaleh. Amal seseorang tidak
akan tercatat sebagai
suatu amalan jika amalan tersebut
tidak didasari oleh suatu keimanan yang ada di dalam hatinya.
Begitupun dengan keimanan seseorang yang akan
dipertanyakan ataupun malah di ragukan
jika tidak berbuah
amal.
Iman menurut Imam al Ghazali, dalam
bukunya “Faishal al Tafriqah Baina al Islam wa al Zandaqah”
mengatakan bahwa:
“Iman
adalah cahaya yang diberikan Allah kepada hamba-hamba-Nya, sebagai anugerah dan
hadiah dari sisi-Nya”. Jadi iman itu
hidayah yang merupakan hak preogratif Allah SWT yang diberikan kepada yang
dikehendakinya.
Tetapi
pada saat sekarang ini banyak umat muslim yang mengaku beriman tetapi tidak
mengerjakan amal shaleh secara
berkelanjutan. Seolah-olah keimanan ini hanya dijadikan topeng untuk meraih keuntungan tertentu, seperti halnya dalam
politik. Namun, untuk mengerjakan amal saleh mereka lalai.
Padahal iman dan Amal Shaleh merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena
apabila salah satu dari
keduanya tiada maka kesempurnaan dari salah satunya akan berkurang. Iman tanpa amal itu hampa sedangkan amal tanpa iman
itu percuma. Iman adalah fondasi sedangkan amal adalah implementasi.
Hal ini terlihat dari sabda Nabi SAW:
LAA YUQBALU IIMAANUN BILAA ‘AMALIN WALAA ‘AMALUN BILAA IIMAANIN
“(Allah SWT)
tidak menerima iman tanpa amal perbuatan dan tidak
pula menerima amal perbuatan tanpa iman.” (HR. Ath-Thabrani).
Allah ta’ala menjanjikan bagi siapa saja yang menggabungkan antara iman dan amal shaleh akan
mendapatkan kehidupan yang baik di dunia maupun
akhirat. Sebagaimana firman
Allah SWT;
مَنْ عَمِلَ
صَٰلِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةً طَيِّبَةً
ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ
"Barangsiapa
yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman,
maka sesungguhnya akan Kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka
dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan".(QS. An-Nahl:97)
Di dalam beramal shaleh,
apabila kita berfikir
ataupun bertindak hanya mementingkan diri sendiri. Maka rizki dari Allah SWT akan di
sempitkan karena pahala juga ada batasnya. Maka dari itu sebaiknya kita berfikir dan bertindak jangan hanya untuk diri
sendiri, bahkan untuk kemaslahatan umat dan kepentingan masyarakat.
Karena
semakin banyak orang yang kita pikirkan dan kita bantu maka banyak pula pintu
rizki yang Allah SWT bukakan kepada
kita, pahalapun akan terus mengalir tanpa henti. Misalnya seperti kita sedang shaum
khususnya di bulan ramadhan, ketika dari awal shaum sampai menjelang buka yang kita pikirkan hanyalah perut kita sendri, maka pahala yang di raih
hanya satu. Berbeda dengan orang yang
bukan memikirkan perutnya sendiri, namun juga kebutuhan orang lain, memikirkan
agar tidak ada tetangga yang
kelaparan, kekurangan dan lainnya. Maka semakin banyak orang yang kita bantu, semakin
banyak pula pahala yang kita raih.
Dari
Zaid bin Khalid Al-Juhani RA, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang
yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala
orang yang berpuasa itu sedikit
pun juga.” (HR. Tirmidzi).
Maka
dari itu jangan sampai kita menjadi orang yang hanya mementingkan diri sendiri
tidak peduli dengan sesama. Maka
begitu mati, sudah tidak ada lagi yang di harapkan karena tidak meninggalkan hal yang bermanfaat bagi yang hidup.
Karena
seorang mukmin yang cerdas, ia akan berusaha memaksimalkan jatah umurnya
dipenuhi dengan amal shaleh yang pahalanhya terus mengalir dan tanpa henti.
Inilah yang dimaksud
sabda Rasulullah SAW
“Jika
seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara
(yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang
dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh”
(HR. Muslim no. 1631)
Wallahu a’lam bishawab..
Tidak ada komentar: