Era saat ini dimana teknologi dan ilmu pengetahuan sedang
maju pesat. Dahulu orang-orang yang berjauhan saat ingin berkomunikasi satu
dengan lainnya mereka menggunakan surat. namun saat ini dengan sekali tekan,
pesan sudah sampai ke tujuan. meski yang mengirim pesan berada di Indonesia,
dan yang dituju ada di Makkah, dalam beberapa detik saja sudah sampai pesan
tersebut.
Di satu sisi ini adalah suatu peluang dan kesempatan baik,
namun di sisi lain menjadi tantangan tersendiri, sisi baiknya informasi baik
akan sampai begitu cepat, apalagi itu digunakan untuk berdakwah, mengajak orang
kepada kebaikan, begitu baik dan bagusnya, namun bagaimana jika informasi yang
buruk dan jahat, niscaya juga akan menyebar dengan cepatnya. lalu bagaimana
sikap kita sebagai seorang muslim, dalam menggunakan teknologi ini untuk
dakwah? namun tetap mengikuti sunnah dan cara Nabi SAW berdakwah.
Pada saat ini begitu banyak sarana-sarana untuk
menyampaikan dakwah kepada orang lain, mulai dari Media sosial, media
elektronik, media cetak, dan lain-lain, namun yang menjadi permasalahan adalah
ketika seseorang berdakwah lewat media sosial.
Di sinilah begitu pentingnya meneladai cara dakwah Nabi,
bahkan Allah SWT memuji akhlaq Nabi Muhammad SAW, sebagai bukti bahwa beliau
pantas menjadi panutan kita semua, Allah berfirman
وَاِنَّكَ لَعَلٰى خُلُقٍ
عَظِيْمٍ
"Sesungguhnya
engkau (hai Muhammad) memiliki akhlak yang sangat agung."
(QS.al-Qalam:4)
Banyak hal yang dapat kita contoh dari
Nabi SAW dalam berdakwah apa pun media yang kita gunakan. terkait tema kita
siang ini Khatib teringat dengan ayat al-Qur'an yang mengkisahkan bagaimana
metode atau cara Nabi berdakwah dalam QS. Ali Imran: 159 Allah SWT berfirman:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ
لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ
حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ
فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ
الْمُتَوَكِّلِيْنَ
“Maka
disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan
diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi
mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila
kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya” (QS. Ali Imran 159)
Dari ayat di atas, dapat kita ambil
beberapa poin hikmah yang dapat kita jadikan panduan dalam berdakwah di era
digital saat ini.
Pertama
: berlemah-lembut dalam berdakwah
Rasulullah
SAW bersabda.
يَاعَائِشَةُ
إِنَّ اللَّهَ رَفِيْقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِيْ الأَمْرِ كُلِّهِ
“Wahai
Aisyah, sesungguhnya Allah itu Maha lembut dan mencintai kelembutan di dalam
semua urusan” HR Bukhari.
Tidak sedikit kita dapatkan orang yang mengatas namakan
"dakwah" namun ketika berbicara kepada orang lain sangat keras. Bukan
karena suaranya keras, namun pada sikap. Orang yang baru mempelajari agama
Islam, sudah disamakan keislamannya dengan orang yang sudah faqiih atau ahli
fiqh, sehingga orang tersebut dikucilkan, tidak dijawab salamnya, tidak ditegur
saat bertemu, enggan untuk bersalaman, tidak murah senyum kepada orang lain.
Kita harus belajar kepada sikap Nabi SAW bagaimana menghadapi orang-orang yang
awam, yang belum mengerti tentang Islam dan melakukan kesalahan dan dosa.
Kedua:
Memaafkan dalam berdakwah
Maaf dan memaafkan adalah bentuk terindah interaksi antara
manusia, meminta maaf adalah akhlaq mulia, namun memaafkan jauh lebih baik,
karena tak mudah dilakukan oleh semua orang. Siapa manusia yang tak pernah
berbuat salah kecuali para Nabi dan Rasul yang maksum. Rasulullah SAW bersabda,
مَنْ
سَرَّهُ أَنْ يُشْرَفَ لَهُ الْبُنْيَانُ ، وَتُرْفَعَ لَهُ الدَّرَجَاتُ
فَلْيَعْفُ عَمَّنْ ظَلَمَهُ ، وَلْيُعْطِ مَنْ حَرَمَهُ ، وَلْيَصِلْ مَنْ قَطَعَهُ
“Barangsiapa
yang ingin dibangunkan baginya bangunan di Surga, hendaknya ia memafkan orang
yang mendzaliminya, memberi orang yang bakhil padanya dan menyambung
silaturahmi kepada orang yang memutuskannya.” (HR. Thabrani)
Dalam berdakwah kepada orang lain, kadang kala bukanlah
jawaban yang menyenangkan hati didapat melainkan kata-kata yang dapat
mengkerutkan kening, menyesakkan dada, merenyuhkan ingatan. Tiada lain obat
dari semua itu melainkan "memaafkan". maafkanlah meski berat,
maafkanlah meski tidak mudah, maafkanlah meski hati tergores oleh kata-kata
yang perih. Di Makkah Nabi SAW mendapatkan perlakuan yang kasar, kekejian yang
dahsyat, perlakuan yang tak mengenakkan hati, namun lihat apa yang dilakukan
oleh Rasulullah SAW ketika Fathul Makkah, Rasulullah SAW justru memaafkan
penduduk makkah yang pernah menyakiti beliau. Sungguh mulia sikap dan akhlaq
beliau.
Ketiga
: berdakwah dengan mengajak bermusyawah dan tanya jawab
Dalam
sebuah Hadist disebutkan seorang sahabat bercerita tentang sikap Nabi SAW,
مَا
رَأَيْتُ أَحَدًا أَكْثَرَ مَشُورَةً لِأَصْحَابِهِ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Saya
tidak pernah melihat seseorang yang paling banyak bermusyawarah dengan para
sahabatnya dibanding Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam”.
(HR. Tirmidzi)
Begitu juga dalam berdakwah, melibatkan orang lain dalam
pembicaraan, dalam bermusyawarah adalah salah satu cara agar orang tersebut
merasa dihargai sebagai manusia, Al-Hasan Al-Bashri berkata,
“Jika anda sedang duduk berbicara dengan orang lain,
hendaknya anda bersemangat mendengar melebihi semangat anda berbicara.
Belajarlah menjadi pendengar yang baik sebagaimana anda belajar menjadi
pembicara yang baik. Janganlah anda memotong pembicaraan orang lain.”
Keempat
: Berdakwah dan Mendo’akan orang yang diajak
Dari
Abdullah bin Amr bin Ash radhiallahu anhu, beliau berkata, Sesungguhnya Nabi
shallallahu alaihi wa sallam membaca ayat Allah Ta"ala tentang Nabi
Ibrahim,
رَبِّ اِنَّهُنَّ اَضْلَلْنَ
كَثِيْرًا مِّنَ النَّاسِۚ فَمَنْ
تَبِعَنِيْ فَاِنَّهٗ مِنِّيْۚ
“Ya
Tuhanku, Sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan daripada
manusia, Maka Barangsiapa yang mengikutiku, Maka Sesungguhnya orang itu
Termasuk golonganku” (QS. Ibrahim : 36)
Kelima
: Berdakwah dan bertawakkal kepada Allah
فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ
عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ
“Kemudian
apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orangorang yang bertawakkal kepada-Nya: (QS.
Ali Imran : 159)
Selain tawakkal kita juga dapat melihat ayat lain, sebagai
tambahan cara berdakwah di era modern dan tekologi ini. Allah Subhanahu wa
Ta‟ala:
اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ
بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ
اَحْسَنُۗ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهٖ وَهُوَ
اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ
“Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Rabbmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk” [QS. An-Nahl :125]
Kelima hikmah tersebut, semoga dapat kita terapkan dalam kehidupan kita sehari-hari, agar kita bisa menjadi hamba Allah SWT yang turut menyebarkan agama Islam. Dan kita di golongkan ke dalam hambanya yang bertaqwa, aamiin yaa rabbal ‘aalamin.
Tidak ada komentar: