Tafsir Al-Furqan, ayat 63-67 Ibnu Katsir (1)
وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ
الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الأرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ
قَالُوا سَلامًا (63) وَالَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَقِيَامًا
(64) وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا اصْرِفْ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَ إِنَّ
عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا (65) إِنَّهَا سَاءَتْ مُسْتَقَرًّا وَمُقَامًا (66)
وَالَّذِينَ إِذَا أَنْفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ
ذَلِكَ قَوَامًا (67)
Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang
yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati; dan apabila orang-orang jahil
menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik. Dan orang yang melalui
malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka. Dan orang-orang yang
berkata, "Ya Tuhan kami, jauhkanlah azab Jahanam dari kami. Sesungguhnya
azabnya itu adalah kehinaan yang kekal.” Sesungguhnya Jahanam itu seburuk-buruk
tempat menetap dan tempat kediaman. Dan orang-orang yang apabila membelanjakan
(harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir; dan adalah
(pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.
Berikut ini adalah sifat-sifat hamba-hamba Allah Yang beriman, yaitu:
الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى
الأرْضِ هَوْنًا
orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati. (Al-Furqan:
63)
Yaitu dengan langkah yang tenang dan anggun, tidak sombong, dan tidak
angkuh. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
وَلا تَمْشِ فِي الأرْضِ
مَرَحًا
Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong. (Al-Isra:
37), hingga akhir ayat.
Cara jalan mereka tidak sombong, tidak angkuh, tidak jahat, dan tidak
takabur. Tetapi makna yang dimaksud bukanlah orang-orang mukmin itu berjalan
dengan langkah seperti orang sakit, karena dibuat-buat dan pamer. Karena
sesungguhnya penghulu anak Adam (yakni Nabi SAW.) apabila berjalan seakan-akan
sedang turun dari tempat yang tinggi (yakni dengan langkah yang tepat)
seakan-akan bumi melipatkan diri untuknya.
Sebagian ulama Salaf memakruhkan berjalan dengan langkah yang lemah dan
dibuat-buat, sehingga diriwayatkan dari Umar bahwa ia melihat seorang pemuda
berjalan pelan-pelan. Maka ia bertanya, "Mengapa kamu berjalan pelan?
Apakah kamu sedang sakit?" Pemuda itu menjawab, "Tidak, wahai Amirul
Mu-minin." Maka Umar memukulnya dengan cambuk dan memerintahkan kepadanya
agar berjalan dengan langkah yang kuat.
Makna yang dimaksud dengan haunan dalam ayat ini ialah rendah hati
dan anggun, seperti yang disebutkan dalam sabda Rasulullah SAW.:
"إِذَا أَتَيْتُمُ الصَّلَاةَ فَلَا تَأْتُوهَا وَأَنْتُمْ
تَسْعَوْنَ، وَأْتُوهَا وَعَلَيْكُمُ السِّكِينَةُ، فَمَا أَدْرَكْتُمْ
فَصَلَّوْا، وَمَا فَاتَكُمْ فَأَتِمُّوا"
Apabila kalian mendatangi (tempat) shalat (masjid), janganlah
kalian mendatanginya dengan berlari kecil, tetapi berjalanlah dengan langkah
yang tenang. Apa yang kalian jumpai dari shalat itu, kerjakanlah; dan apa yang
kamu tertinggal darinya, maka sempurnakanlah.
Abdullah ibnul Mubarak telah meriwayatkan dari Ma'mar, dari Umar ibnul
Mukhtar, dari Al-Hasan Al-Basri sehubungan dengan makna finnan-Nya: Dan hamba-hamba
Tuhan Yang Maha Pemurah. (Al-Furqan: 63), hingga akhir ayat. Bahwa
orang-orang mukmin adalah orang-orang yang rendah hati demi Allah, pendengaran
dan penglihatan serta semua anggota tubuh mereka menampilkan sikap yang rendah
hati; sehingga orang yang jahil menduga mereka sebagai orang yang sakit,
padahal mereka sama sekali tidak sakit. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang
yang sehat, tetapi hati mereka dipenuhi oleh rasa takut kepada Allah, tidak
seperti selain mereka; dan mereka tidak menyukai dunia karena pengetahuan
mereka tentang akhirat. Maka mereka mengatakan dalam doanya, "Segala puji
bagi Allah yang telah menghilangkan kesedihan dari kami." Ingatlah, demi
Allah, kesusahan mereka tidaklah seperti kesusahan manusia. Tiada sesuatu pun
yang menjadi dambaan mereka selain dari memohon surga. Sesungguhnya mereka
menangis karena takut terhadap neraka. Sesungguhnya barang siapa yang tidak
berbelasungkawa dengan belasungkawa Allah, maka jiwanya akan dicabut
meninggalkan dunia dalam keadaan kecewa. Dan barang siapa yang tidak melihat
nikmat Allah selain hanya pada makanan atau minuman, maka sesungguhnya amalnya
akan sedikit dan azabnya akan datang menimpanya.
Firman Allah SWT.:
وَإِذَا خَاطَبَهُمُ
الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلامًا
dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan
kata-kata yang baik. (Al-Furqan: 63)
Yaitu apabila orang-orang jahil menilai mereka sebagai orang-orang yang
kurang akalnya yang diungkapkannya kepada mereka dengan kata-kata yang buruk,
maka mereka tidak membalasnya dengan hal yang semisal, melainkan memaafkan, dan
tidaklah mereka mengatakan perkataan kecuali yang baik-baik. Seperti yang
dilakukan oleh Rasulullah SAW.; semakin orang jahil bersikap keras, maka
semakin pemaaf dan penyantun pula sikap beliau. Dan seperti yang disebutkan
oleh firman Allah SWT. dalam ayat yang lain:
وَإِذَا سَمِعُوا اللَّغْوَ
أَعْرَضُوا عَنْهُ
Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka
berpaling darinya. (Al-Qasas: 55)
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَسْوَدُ بْنُ عَامِرٍ،
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ أَبِي خَالِدٍ الْوَالِبِيِّ،
عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ مُقَرّن المُزَني قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ [وَسَبَّ رجلٌ رَجُلًا عِنْدَهُ، قَالَ: فَجَعَلَ الرَّجُلُ
الْمَسْبُوبُ يَقُولُ: عَلَيْكَ السَّلَامُ. قَالَ: فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَمَا] إِنَّ مَلِكًا بَيْنَكُمَا
يَذُبُّ عَنْكَ، كُلَّمَا شَتَمَكَ هَذَا قَالَ لَهُ: بَلْ أَنْتَ وَأَنْتَ
أَحَقُّ بِهِ. وَإِذَا قَالَ لَهُ: عَلَيْكَ السَّلَامُ، قَالَ: لَا بَلْ
عَلَيْكَ، وَأَنْتَ أَحَقُّ بِهِ. "
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Aswad ibnu Amir, telah
menceritakan kepada kami Abu Bakar, dari Al-A'masy, dari Abu Khalid Al-Walibi,
dari An-Nu'man ibnu Muqarrin Al-Muzani yang mengatakan bahwa pada suatu hari
ada seorang lelaki mencaci maki lelaki lainnya di hadapan Rasulullah SAW., lalu
orang yang dicaci mengatakan, "'Alaikas salam (semoga engkau
selamat)." Maka Rasulullah SAW. bersabda: Ingatlah, sesungguhnya ada
malaikat di antara kamu berdua yang membelamu. Setiap kali orang itu mencacimu,
malaikat itu berkata, "Bahkan kamulah yang berhak, kamulah yang berhak
dicaci.”Dan apabila kamu katakan kepadanya, " 'Alaikas salam," maka
malaikat itu berkata, "Tidak, dia tidak berhak mendapatkannya, engkaulah
yang berhak mendapatkannya.”
Sanad hadis berpredikat hasan, tetapi mereka tidak mengetengahkannya.
Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: mereka mengucapkan
kata-kata yang baik. (Al-Furqan: 63) Mereka mengucapkan kata-kata yang
mengandung petunjuk.
Sa'id ibnu Jubair mengatakan bahwa mereka menjawab dengan kata-kata yang
baik.
Al-Hasan Al-Basri mengatakan, mereka mengatakan, "Salamun 'alaikum (semoga
keselamatan terlimpahkan kepada kalian)."
Jika mereka dinilai sebagai orang yang kurang akalnya, maka mereka bersabar.
Mereka tetap bergaul dengan hamba-hamba Allah di siang harinya dan bersabar
terhadap apa pun yang mereka dengar. Kemudian disebutkan bahwa pada malam
harinya mereka melakukan ibadah.
Tidak ada komentar: