NASEHAT ILMIAH UNTUK MENGHILANGKAN UNJUK DIRI (RIYA’/PAMER)

 NASEHAT ILMIAH UNTUK MENGHILANGKAN UNJUK DIRI (RIYA’/PAMER)

Oleh : Ust. Suwandi Thohari
(Ketua Majelis  Tarjih PCM Sukun)



 
Apa yang akan saya sebutkan disini semoga secara efektif dapat menyembuh-kan penyakit hati pada tahap ini atau pada tahap-tahap selanjutnya. Hal ini juga dapat dirujukkan pada akal setiap orang maupun kebenaran wahyu (Al Qur’an) dan Hadits Nabi yang Shahih.
 
Allah Yang Maha Kuasa dengan seluruh kekuatanNya yang meliputi segala sesuatu mengatur seluruh maujud alam semesta dan mengendalikan hati seluruh hambaNya, karena tidak ada suatu pun yang berada diluar jangkauan kekuasaan-Nya dan berada diluar kerajaanNya,  tidak seorangpun dapat menempati hati seseorang manusia tanpa seidzinNya dan kehendakNya.
Bahkan para ahli hati juga tidak memiliki kendali atas hati mereka tanpa seidzin Allah (Dzat yang maha kuasa).

Kenyataan ini diungkapkan secara tersurat maupun tersirat dalam Al Qur’an dan sunnah Rasul SAW. Karena itu Allah SWT adalah dzat yang secara sejati memiliki hati manusia dan berkuasa penuh atasnya. Dan engkau, wahai hamba yang lemah dan tidak berdaya (wahai diri) tidak akan bisa menguasai hatimu sendiri tanpa idzinNya.

 
KehendakNya berada diatas kehendak diri kita maupun kehendak seluruh mahkluk lain. Oleh karena itu, unjuk diri (pamer/riya’) dan manipulasimu (wahai diri) jika diamaksudkan sebagai cara untuk menarik hati hamba-hamba Allah dan memperoleh penghargaan atau penghormatan mereka, ketahuilah bahwa itu tidak akan membuahkan hasil karena semua berada diluar kehendakmu (wahai diri) dan berada dibawah kekuasaanNya semata. Dialah pemilik dan pengatur setiap hati. Dia yang menjadikan manusia sebagai tempat bersemayamnya cinta kepada siapapun yang dia kehendaki. Mungkin sekali perbuatanmu (wahai diri) membuahkan hasil yang bertentangan dengan keinginanmu.
Perhatikanlah apa yang telah kita ketahui tentang orang munafik yang bermuka dua yang hatinya tidak bersih. Pada akhirnya mereka akan terkutuk dan apapun yang mereka inginkan tidak dapat mereka peroleh, malah sesuatu yang tidak disukainya akan terjadi padanya.

 Al Qur’an dan keterangan berikut ini menunjukkan kenyataan yang sama juga:

فَمَن كَانَ يَرْجُوا۟ لِقَآءَ رَبِّهِۦ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَٰلِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِۦٓ أَحَدًۢا

Barang siapa mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Tuhannya” (QS Al-Kahfi 110). 

Seseorang yang melakukan perbuatan baik bukan untuk Allah SWT dan perbuatannya dilakukan hanya agar dia dianggap sebagai orang suci dan soleh serta mengharapkan orang lain mengetahui perbuatannya, orang seperti itu dianggap sebagai seorang musyrik yang menyekutu-kan Allah SWT.

Tidak ada seorangpun di dunia ini yang menyembunyikan perbuatan baiknya dan dalam perjalanan waktu, Allah SWT belum menyebarkannya, dan tidak seorangpun di dunia ini yang dapat menyembunyikan perbuatan jahat selamanya, karena perbuatan-perbuatan itu akan disingkap-kan oleh Allah SWT sebelum pelaku perbuatan itu meninggalkan dunia ini.
 
Oleh karena itu hai sahabatku carilah reputasi dan nama baik dihadapan Allah SWT. Cobalah menarik hati makhluk dengan pertama kali menyenangkan Pemilik hati.
Bekerjalah demi Allah SWT semata-mata, maka Allah SWT yang berkuasa, selain akan mencurahkan berbagai rahmat  dan kemuliaan ukhrawi, Dia juga akan memberikan berbagai kemuliaan kepada-mu (wahai diri) di dunia ini dan menjadi-kanmu dicintai oleh para hambaNya.
Dia akan meninggikan kedudukanmu (wahai diri) dan mengangkatmu di kedua alam sekaligus.
 
Satu-satunya yang harus kau kerjakan (wahai diri) adalah mengikhlaskan hatimu sepenuhnya untuk berjihad dan bersusah payah dan mensucikan hatimu sehingga segala perbuatanmu akan menjadi suci dan tidak tercemar oleh rasa cinta dunia atau benci kepada sesamamu (wahai diri).
 
Hadapkanlah wajahmu semata-mata pada Allah SWT, beningkan rohmu dan hilangkan noda-noda ego dari dirimu.

Apakah gunanya rasa cinta atau rasa benci hamba-hamba yang lemah, atau apakah manfaatnya memperoleh kemasyuran dan penghargaan dimata para makhluk yang tidak mampu berbuat apa-apa?.
Kalaupun ada manfaatnya, itu pun pastilah manfaat  kecil yang berumur pendek. Mungkin saja keinginan ini justru akan membawamu (wahai diri) untuk berbuat unjuk diri (riya’/pamer). Dan semoga Allah SWT menghindarkan kita - mengubahmu menjadi musyrik, munafik dan kafir.

Jika kau tidak terhinakan di dunia ini, (wahai diri) kau pasti akan terhinakan di alam yang akan datang di hadapan keadilan Ilahi dihadapan para hambanya yang shaleh, para nabiNya yang mulia dan para malaikatNya yang terdekat.
Engkau akan dihinakan dan dibuat tak berdaya itulah kehinaan di hari itu. Dan tahukah engkau apakah kehinaan di hari itu?

Hanya Allah SWT yang tahu akan kegelapan macam apa yang menyertai kehinaan hari itu. Itulah hari yang dikatakan oleh Allah SWT oleh Al Qur’an surat An Naba’ayat 40.


وَيَقُولُ ٱلْكَافِرُ يَٰلَيْتَنِى كُنتُ تُرَٰبًۢا

“Dan orang-orang kafir berkata: Seandainya saja dahulu aku adalah debu”.

Akan tetapi, tentu saja angan-angan itu tidak ada gunanya.

Semoga kita terhindar dari riya’/pamer (unjuk diri) dan kita semoga dijadikan orang yang ikhlas dalam beramal karena Allah SWT semata.
 


NASEHAT ILMIAH UNTUK MENGHILANGKAN UNJUK DIRI (RIYA’/PAMER) NASEHAT ILMIAH UNTUK MENGHILANGKAN UNJUK DIRI (RIYA’/PAMER) Reviewed by sangpencerah on Desember 03, 2021 Rating: 5

Tidak ada komentar: