Tafsir QS. Al-Isra, ayat 1 Ibnu Katsir

Tafsir QS. Al-Isra, ayat 1 Ibnu Katsir



سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الأقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّه هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ 


Mahasuci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda, (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Allah SWT. memulai surat ini dengan mengagungkan diri-Nya dan meng­gambarkan kebesaran peran-Nya, karena kekuasaan-Nya melampaui segala sesuatu yang tidak mampu dilakukan oleh seorang pun selain Dia sendiri. Maka tidak ada Tuhan selain Dia, dan tidak ada Rabb selain Dia.


الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ

yang telah memperjalankan hamba-Nya. (Al-Isra: l)

Yaitu Nabi Muhammad SAW.


لَيْلا

pada suatu malam. (Al-Isra: l)

Maksudnya, di dalam kegelapan malam hari.


مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ

dari Masjidil Haram. (Al-Isra: l)

Yang tempatnya berada di Mekah


إِلَى الْمَسْجِدِ الأقْصَى

ke Masjidil Aqsa. (Al-Isra: 1)

Yakni Baitul Muqaddas yang terletak di Elia (Yerussalem), tempat asal para Nabi (terdahulu) sejak Nabi Ibrahim a.s. Karena itulah semua nabi dikumpulkan di Masjidil Aqsa pada malam itu, lalu Nabi SAW. mengimami mereka di tempat mereka. Hal ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW. adalah imam terbesar dan pemimpin yang didahulukan. Semoga salawat dan salam Allah terlimpahkan kepada mereka semuanya.

Firman Allah SWT:


الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ

yang telah Kami berkahi sekelilingnya. (Al-Isra: 1)

Yakni tanam-tanamannya dan hasil buah-buahannya.


لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا

agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. (Al-Isra: 1)

Maksudnya, Kami perlihatkan kepada Muhammad sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Kami yang besar-besar.

Dalam ayat lain disebutkan melalui firman-Nya:


لَقَدْ رَأَى مِنْ آيَاتِ رَبِّهِ الْكُبْرَى

Sesungguhnya Dia telah melihat sebagian tanda-tanda (ke­kuasaan) Tuhannya yang paling besar. (An-Najm: 18)

Kami akan mengetengahkan hadits-hadits yang menceritakan peristiwa Isra ini yang bersumber dari Nabi SAW.

Firman Allah SWT:


إِنَّه هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Menge­tahui. (Al-Isra: l)

Allah Maha Mendengar semua ucapan hamba-hamba-Nya, yang mukmin maupun yang kafir yang membenarkan maupun yang mendustakan di antara mereka. Dan Dia Maha Melihat semua perbuatan mereka: Maka kelak Dia akan memberikan kepada masing-masing dari mereka balasan yang berhak mereka terima di dunia dan di akhirat.


HADIST-HADITS Tentang Isra silahkan klik link berikut


Faidah Bagus dan Mulia

Al-Hafiz Abu Na'im Al-Asbahani di dalam kitab Dalailun Nubuwwah telah meriwayatkan melalui jalur Muhammad ibnu Umar Al-Waqidi, bahwa telah menceritakan kepadaku Malik ibnu Abur Rijal, dari Umar ibnu Abdullah, dari Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW. mengutus Dahiyyah ibnu Khalifah kepada Kaisar. Lalu disebutkan tentang kedatangan Dahiyyah kepada Kaisar, yang di dalam teksnya terkandung bukti yang nyata tentang luasnya wawasan berfikir Kaisar Heraklius. Kaisar memanggil para pedagang (Arab) yang ada di negeri Syam, maka dihadapkanlah Abu Sufyan ibnu Sakhr ibnu Harb beserta teman-temannya kepada Kaisar. Kaisar menanyai mereka pertanyaan-pertanyaan yang telah terkenal itu yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim, seperti yang akan dijelaskan kemudian.

Kemudian Abu Sufyan berupaya semaksimal mungkin untuk menghina Nabi SAW. dan menganggap kecil perkaranya di hadapan Kaisar. Dalam konteks ini disebutkan kata-kata Abu Sufyan yang mengatakan, "Demi Allah, tiada sesuatu pun yang menghalang-halangi diriku untuk mengata-ngatai Muhammad dengan kata-kata yang menjatuhkannya di hadapan Kaisar kecuali karena aku tidak suka melakukan suatu kedustaan di hadapan Kaisar, yang akibatnya justru akan berbalik terhadap diriku dan Kaisar tidak percaya lagi dengan kata-kata yang aku ucapkan pada­nya."


Abu Sufyan mengatakan, "Sampai aku teringat ucapannya tentang malam hari dia menjalani Isra," Abu Sufyan mengatakan pula, "Aku berkata, hai Raja! Maukah aku ceritakan kepadamu suatu berita, agar engkau mengetahui ia seorang pendusta?" Raja menjawab, "Berita apakah itu?" Abu Sufyan mengatakan, "Sesungguhnya dia (Nabi SAW.) mengaku kepada kami bahwa dirinya pergi dari tanah kami — yakni Tanah Suci — dalam suatu malam, lalu datang ke masjid kalian yang di IIiya ini (Yerussalem), lalu ia kembali kepada kami dalam malam yang sama sebelum subuh."

Saat itu Uskup Iliya berada di belakang Kaisar. Ia berkata, "Sesung­guhnya saya mengetahui kejadian malam itu." Kaisar menoleh ke arah uskup dan bertanya, "Bagaimana engkau mengetahui kejadiannya?" Uskup menjawab, "Sesungguhnya saya tidak pernah tidur dalam suatu malam pun sebelum menutup semua pintu masjid. Dan pada malam itu saya menutup semua pintu masjid selain sebuah pintu yang tidak kuat saya tutup. Maka saya meminta bantuan kepada para pekerja (pembantu) saya dan semua orang yang hadir pada saat itu untuk menutup pintu tersebut, tetapi pintu itu tidak bergeming sedikit pun. Kami tidak mampu menggerakkannya, seakan-akan kami sedang menggeser sebuah bukit. Maka saya memanggil tukang-tukang kayu untuk memeriksa pintu itu. Mereka datang dan mengatakan,' Sesungguhnya pintu ini terkena oleh tekanan tembok bangunan yang menurun, juga oleh kusennya. Kami tidak mampu menggerakkannya, nanti saja pagi hari kami akan melihat penyebabnya'."

Uskup melanjutkan kisahnya, bahwa ia masuk ke dalam dan membi­arkan dua pintu itu terbuka lebar, "Kemudian pada pagi hari saya kembali memeriksa pintu itu. Tiba-tiba batu yang ada di sudut masjid dalam keadaan telah berlubang, dan ternyata pada lubang itu terdapat bekas tali kendali hewan kendaraan yang ditambatkan. Maka saya berkata kepada teman-teman saya, 'Tiada lain pintu ini tertahan tadi malam melainkan karena ada seorang nabi, dan dia telah melakukan shalat di masjid kita ini'." Abu Na'im Al-Asbahani melanjutkan haditsnya hingga selesai.


Sebuah Faedah

Al-Hafiz Abul Khattab Umar ibnu Dahiyyah di dalam kitabnya yang berjudul At-Tanwir fi Maulidis Sirajil Munir telah meriwayatkan hadits Isra melalui Anas, dan ia mengetengahkannya dengan baik serta lengkap. Sesudah itu ia mengatakan bahwa banyak riwayat hadits mengenai Isra sampai kepada tingkatan mutawatir, seperti riwayat dari Umar ibnul Khattab, Ibnu Mas'ud, Abu Zar, Malik ibnu Sa'sa'ah, Abu Hurairah, Abu Sa'id, Ibnu Abbas, Syaddad ibnu Aus, Ubay ibnu Ka'b, Abdur Rahman ibnu Qart, Abu Habbah, dan Abu Laila yang kedua-duanya dari kalangan Ansar, Abdullah ibnu Amr, Jabir, Huzaifah, Buraidah, Abu Ayyub, Abu Umamah, Samurah ibnu Jundub, Abul Hamra, Suhaib Ar-Rumi, Ummu Hani', Aisyah dan Asma yang kedua-duanya putri Abu Bakar.

Sebagian di antara mereka mengetengahkannya secara panjang lebar, dan sebagian lainnya mengetengahkannya secara ringkas seperti yang disebutkan di dalam kitab-kitab musnad. Sekalipun riwayat sebagian dari mereka harus memenuhi standar syarat sahih, tetapi hadits mengenai Isra ini kebenarannya telah disepakati oleh kaum muslim, dan orang-orang kafir zindiq dan orang-orang yang tidak percaya kepada Tuhanlah yang berpaling darinya. Mereka ingin memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci. (Ash-Shaff: 8)


..
Tafsir QS. Al-Isra, ayat 1 Ibnu Katsir Tafsir QS. Al-Isra, ayat 1 Ibnu Katsir Reviewed by sangpencerah on Maret 02, 2022 Rating: 5

Tidak ada komentar: