Bulan Kelalaian dan Kesukaan (Refleksi Marhaban Yaa Ramadhan)

 Bulan Kelalaian dan Kesukaan
(Refleksi Marhaban Yaa Ramadhan)

Oleh: Hafidz, S.Pd., M.Pd.I (CMM 78, MPI PDM Kota Malang)

 





Bulan Sya’ban yang disebut oleh Nabi dengan bulan Yaghfulun Naas artinya  bulan yang dilalaikan oleh kebanyakan manusia, karena bulan ini berada diantara bulan Rajab dan Ramadhan, telah meninggalkan kita, dan kini bulan Ramadhan tiba yaitu bulan yang disukai oleh seluruh kaum muslimin tak terkecuali anak-anak, dewasa, tua dan bahkan yang lansia. Karena bulan ini ditengarai sebagai bulan keberkahan hidup bagi yang meyakininya.

Diantara puasa sunnah di bulan Sya’ban. Imam Ash-Shan’ani berkata: Hadits ini menunjukkan bahwa Rasulullah SAW mengistimewakan bulan Sya’ban dengan puasa sunnah lebih banyak dari bulan lainnya. (Subulus Salam Syarh Bulughul Maram, 2/239)

Maksud berpuasa dua bulan berturut-turut di sini adalah berpuasa sunah pada sebagian besar bulan Sya’ban (sampai 27 atau 28 hari) lalu berhenti puasa sehari atau dua hari sebelum bulan Ramadhan, baru dilanjutkan dengan puasa wajib Ramadhan selama satu bulan penuh. Hal ini selaras dengan hadits Aisyah yang telah ditulis di awal artikel ini, juga selaras dengan dalil-dalil lain seperti:

Dari Aisyah ra berkata: “Aku tidak pernah melihat beliau SAW lebih banyak berpuasa sunah daripada bulan Sya’ban. Beliau berpuasa di bulan Sya’ban seluruh harinya, yaitu beliau berpuasa satu bulan Sya’ban kecuali sedikit (beberapa) hari.” (HR. Muslim:1156 dan Ibnu Majah:1710)

Mengutip persamaan peribahasa dan bukan hadits. Abu Bakar Al-Balkhi berkata: “Bulan Rajab adalah bulan menanam. Bulan Sya’ban adalah bulan menyirami tanaman. Dan bulan Ramadhan adalah bulan memanen hasil tanaman.” Beliau juga berkata: “Bulan Rajab itu bagaikan angin. Bulan Sya’ban itu bagaikan awan. Dan bulan Ramadhan itu bagaikan hujan.”

 

Akan tetapi kesunnahan ini dibatasi oleh hadits  Abu Hurairah ra berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Janganlah salah seorang di antara kalian mendahului puasa Ramadhan dengan puasa (sunah) sehari atau dua hari sebelumnya, kecuali jika seseorang telah biasa berpuasa sunnah (misalnya puasa Senin-Kamis atau puasa Dawud—pent) maka silahkan ia berpuasa pada hari tersebut.” (HR. Bukhari:1914 dan Muslim:1082)

 

Ramadhan Tiba

Kini Ramadhan tahun ini telah tiba, kaum muslimin di seluruh pelosok sangat bergembira menyambutnya, karena bulan ini termasuk bulan ke 9 dari 12 bulan hijriyah dan memiliki arti spesial pada bulannya, dan menjadi super spesial orang-orang yang mendapatkan bulan ini dengan segala perencanaan yang luar biasa untuk selalu menghidupkan hari-harinya, kata orang bijak tiada hari tanpa kebaikan! 

Di bulan Ramadhan kita dianjurkan untuk memperbanyak amalan sunah seperti membaca Al-Qur’an, berdzikir, beristighfar, shalat tahajud dan witir, shalat dhuha, dan shadaqah. Untuk mampu melakukan hal itu semua dengan ringan dan istiqamah, dn sungguh-sungguh sebagai ladang  tanaman iman dan amal shalih yang kontinyuitas, maka akan membuahkan taqwa yang sebenarnya.

Persiapan Menyambut Ramadhan

Untuk menyambut bukan yang muia dan barakah ini, Rasulullah SAW menyambutkan dengan ucapan Marhaban Yaa Ramadhan” yang berbeda ungkapan ketika menyambut kedatangan seserang yaitu Ahlan Wasahlan” hal ini menunjukan bahwa kehadiran Ramadhan disambut dengan kesukaan dan kegembiraan oleh segenap kaum muslimin. Lalu apa yang akan kita persiapkan untuk menyambut tamu Agung ini? Ikuti ulasannya;


1.       Persipkan Ilmu

Mempersipakan diri dengan ilmu pengetahuan terkait ibadah yang akan dilakukannya, akan melahirkan keseriusan dan kesungguhan dalam menjalankannya, karena melakukan berdasarkan ilmu yang telah dipersiapkan dan tahu akan konsekuensinya, jika ternyata melaakukan tidak sesuai dengan ilmu yang dipahaminya. Misalnya; Mempelajari hukum-hukum fiqih puasa Ramadhan secara lengkap, minimal dengan membaca bab puasa dalam (terjemahan) kitab Minhajul Muslim (syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi) atau Fiqih Sunnah (syaikh Sayid Sabiq) atau Shahih Fiqih Sunnah (Syaikh Abu Malik Kamal bin As-Sayid Salim) atau pedoman puasa (Tengku Moh. Hasbi Ash-Shidiqi) atau buku lainnya.

Demikian juga halnya mempelajari rahasia-rahasia, hikmah-hikmah, dan amalan-amalan yang dianjurkan atau harus dilaksanakan di bulan Ramadhan, dengan membaca buku-buku yang membahas hal itu. Misal (terjemahan) Mukhtashar Minhjaul Qashidin (Ibnu Qudamah Al-Maqdisi) atau Mau’izhatul Mu’minin (Muhammad Jamaluddin Al-Qasimi) atau buku-buku dan artikel-artikel para ulama lainnya.

Di samping itu dan tidak kalah penting untuk dipahami adalah mempelajari tafsir ayat-ayat hukum yang berkenaan dengan puasa, misalnya dengan membaca (terjemahan) Tafsir Al-Qur’an Al-‘Adzim (Ibnu Katsir), atau Tafsir Al-Jami’ li-Ahkamil Qur’an (Al-Qurthubi), atau Tafsir Adhwa-ul Bayan (Asy-Syinqithi).

Untuk menyelaraskan ilmu dan adab dlam beribadah maka sangat dianjurkan sekali mempelajari buku-buku yang mebahas tentang akhlak supaya dapat membantu menyiapkan jiwa untuk menyambut bulan Ramadhan.

Sebagai langkah alternative dari persiapan di atas, dapat juga beraktifitas dengan mendengar ceramah-ceramah para ustadz/ulama yang membahas persiapan menyambut dan mengisi bulan suci Ramadhan.

Mengulang-ulang hafalan Al-Qur’an sebagai persiapan bacaan dalam shalat Tarawih, baik bagi calon imam maupun orang yang shalat tarawih sendirian di akhir malam (tidak berjama’ah ba’da Isya’ di masjid).

  

Mendengarkan bacaan murattal shalat tarawih para imam masjid yang terkenal keahliannya di bidang tajwid, hafalan, dan kelancaran bacaan.


2.   Persiapan Iman

Sarana yang perlu dipersiapkan adalah kekuatan iman dalam jiwa dan diri, agar ibadah yang akan dijalankan lebih mudah, ringan dan ceria. Salah satunya dengan bertaubat, maka segera bertaubat dari semua dosa dengan menyesali dosa-dosa yang telah lalu, meninggalkan perbuatan dosa tersebut saat ini juga, dan bertekad bulat untuk tidak akan mengulanginya kembali pada masa yang akan datang.


3.   Mempersiapkan diri baca al-Qur’an

Salah satu cara menyambut Ramadhan, dengan mengakrabkan diri dengan Al-Qur’an dengan cara membaca lebih dari satu juz per hari, ditambah membaca buku-buku tafsir dan melakukan tadabbur Al-Qur’an. Meresapi kelezatan shalat malam dengan melakukan minimal dua rakaat tahajud dan satu rekaat witir di akhir malam. Demikian pula dengan meresapi kelezatan dzikir dengan menjaga dzikir setelah shalat, dzikir pagi dan petang, dan dzikir-dzikir rutin lainnya.

Menyiapkan diri untuk mengikuti kultum, ceramah-ceramah, dan pengajian-pengajian yang diadakan di sekitar kita (lingkungan masjid, tempat kerja, tempat belajar-mengajar) baik sebagai pemateri atau peserta sebagai bentuk persiapan dan pembiasaan diri untuk mengikuti kegiatan serupa di bulan Ramadhan.


4.   Persiapan Keluarga

Yang tidak kalah pentingnya adalah mempersiapkan diri untuk mengatur segala sesuatunya dibulan ramadhan, suapaya aktifitasnya relevan dengan bulan ramadhan. Menyiapkan anak-anak dan istri untuk menyambut kedatangan Ramadhan dengan mengenalkan kepada mereka persiapan-persiapan yang telah disebutkan di atas.

Membiasakan mereka untuk menjaga shalat lima waktu, shalat sunnah Rawatib, shalat dhuha, shalat malam (tahajud dan witir), dan membaca Al-Qur’an.

Memberikan taushiyah /kultum harian jika memungkinkan.

Meminimalkan hal-hal yang melalaikan mereka dari amal shalih di bulan Ramadhan, seperti musik-musik dan lagu-lagu jahiliyah, menonton TV, dan kegiatan-kegiatan lain yang tidak membawa manfaat di dunia dan akhirat.

Menyisihkan sebagian pendapatan untuk sedekah di bulan ini dan bulan Ramadhan.


5.   Persiapan Mental

Menyiapkan tekad yang kuat dan sungguh-sungguh untuk:

Membuka lembaran hidup baru dengan Allah SWT, sebuah lembaran putih yang penuh dengan amal ketaatan dan berisi sedikit amal-amal keburukan

Membuat hari-hari kita di bulan Ramadhan tidak seperti hari-hari kebiasaan kita di bulan lain yang penuh dengan kelalaian dan kemaksiatan

Meramaikan masjid dengan melakukan shalat lima waktu secara berjama’ah di masjid terdekat dan menghidupkan sunah-sunah ibadah yang telah lama kita tinggalkan, seperti: bertahan di masjid ba’da Subuh sampai terbitnya matahari untuk dzikir, tilawah Al-Qur’an, atau belajar-mengajar; hadir di masjid sebelum adzan dikumandangkan; bersegera ke masjid untuk mendapatkan shaf awal; menunggu kedatangan imam dengan shalat sunnah dan niat I’tikaf; dst.

Membersihkan puasa dari hal-hal yang merusak pahalanya, seperti bertengkar, sendau gurau dan perbuatan-perbuatan iseng yang sekedar untuk mengisi waktu tanpa membawa manfaat akhirat sedikit pun (main catur, main kartu, nongkrong bareng sambil menyanyi dan main gitar; dst)

Menjaga dan membiasakan sikap lapang dada dan pemaaf

Beramal shalih di bulan Ramadhan dan memulai banyak niat sedari sekarang. Seperti; niat bertaubat, niat membuka lembaran hidup baru dengan Allah SWT, niat memperbaiki akhlak, niat berpuasa ikhlas karena Allah SWT semata, niat mengkhatamkan Al-Qur’an lebih dari sekali, niat shalat tarawih dan witir, niat memperbanyak amalan sunah, niat mencari ilmu, niat dakwah, niat membantu menolong dan menyantuni sesama muslim yang membutuhkan, niat memperjuangkan agama Allah, niat umrah, niat jihad dengan harta, niat I’tikaf; dst)


6.   Persiapan Jihad Melawan Hawa Nafsu

Bagian terakhir ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan esensi puasa, yaitu mengendalikan hawa nafsu dan ragam jenisnya, termasuk  mengekang hawa nafsu dari kebiasaan-kebiasaan buruk dan keinginan hidup mewah, boros, kikir, dan menikmati makanan-minuman yang lezat atau pakaian yang baru di bulan Ramadhan

Membiasakan lisan untuk mengatakan perkataan-perkataan yang baik dan bermanfaat; mencegahnya dari mengucapkan perkataan-perkataan keji, jorok, menggunjing, mengadu domba, dan perkataan-perkataan yang tidak membawa manfaat di akhirat

Mencegah hawa nafsu dari keinginan untuk melampiaskan kemarahan, kesombongan, penyimpangan, kemaksiatan dan kezaliman

Membiasakan diri untuk hidup sederhana, ulet, sabar, dan sanggup memikul beban-beban dakwah dan jihad di jalan Allah SWT

Melakukan muhasabah (introspeksi) harian dengan membandingkan antara program-program persiapan di atas dan tingkat keberhasilan pelaksanaannya





Bulan Kelalaian dan Kesukaan (Refleksi Marhaban Yaa Ramadhan) Bulan Kelalaian dan Kesukaan (Refleksi Marhaban Yaa Ramadhan) Reviewed by sangpencerah on April 01, 2022 Rating: 5

Tidak ada komentar: