Hadits ke-1 dari 60, BAB 5. PENGAWASAN, KITAB : NUZHATUL MUTTAQIEN SYARH RIYADUS SHALIHIN
5. Bab Pengawasan
Allah Ta’ala Berfirman :
الَّذِي يَرَاكَ حِينَ تَقُومُ (218)
وَتَقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِينَ (219)
Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk salat), dan
(melihat pula) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud.(QS.
Asy-Syu’ara 217-218)
Dan Firman-Nya di
وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ
Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada.(QS.
Al-Hadid 4)
Juga Firman-Nya;
إِنَّ اللَّهَ لَا يَخْفَى عَلَيْهِ شَيْءٌ فِي
الأرْضِ وَلا فِي السَّمَاءِ
Sesungguhnya bagi Allah tidak ada satu pun yang
tersembunyi di bumi dan tidak (pula) di langit. (QS. Ali Imran 5)
Juga Firman-Nya
إِنَّ رَبَّكَ لَبِالْمِرْصَادِ
sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi. (QS.
Al-Fajr 14)
يَعْلَمُ خَائِنَةَ الأعْيُنِ وَمَا تُخْفِي
الصُّدُورُ
Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan
apa yang disembunyikan oleh hati (QS. Al-Mu’min, ayat 19)
Dan ayat-ayat dalam Bab (ini) sudah banyak diberitahukan.
عن عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ رضي الله عنه قَالَ: بَيْنَمَا
نَحْنُ جلوس عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ
شَدِيدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيدُ سَوَادِ الشَّعَرِ لَا يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ
السَّفَرِ وَلَا يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ
كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِي عَنْ
الْإِسْلَامِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
الْإِسْلَامُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا
رَسُولُ اللَّهِ، وَتُقِيمَ الصَّلَاةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ وَتَصُومَ رَمَضَانَ
وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنْ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيلًا، قَالَ: صَدَقْتَ، فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ،
قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنْ الْإِيمَانِ قَالَ: أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ،
وَمَلَائِكَتِهِ، وَكُتُبِهِ، وَرُسُلِهِ، وَالْيَوْمِ الْآخِرِ، وَتُؤْمِنَ
بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ ،قَالَ: صَدَقْتَ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنْ
الْإِحْسَانِ، قَالَ: أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ
تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنْ السَّاعَةِ، قَالَ: مَا
الْمَسْئُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنْ السَّائِلِ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنْ
أَمَارَتِهَا: قَالَ: أَنْ تَلِدَ الْأَمَةُ رَبَّتَهَا، وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ
الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُونَ فِي الْبُنْيَانِ، ثُمَّ
انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيًّا ثُمَّ قَالَ: يَا عُمَرُ، أَتَدْرِي مَنْ
السَّائِلُ؟ قُلْتُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، قَالَ: فَإِنَّهُ جِبْرِيلُ
أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِينَكُمْ. رواه مسلم.
ومعني :((أَنْ تَلِدَ الْأَمَةُ رَبَّتَهَا )): سيدتها، ومعناه: ان
تكثر السراري حتى تلد الأمة السراية بنتا لسيدها، وبنت السيد في معني السيد، وقيل
غير ذلك، و ((العلة)) الفقراء، وقوله مليا،
Makna (( Talidul amatu rabbataha)) atau Sayyidaha, dan
maknanya kalian memperbanyak simpanan (budak) sehingga budak simpanan tersebut
melahirkan anak tuannya. Anak perempuan tuan maknanya majikan, dan ada yang
mengatakan selain dari itu, dan (( Al-‘aalayu)) Orang-orang fakir, dan kata
beliau (( Maliyyan)) yaitu waktu yang lama, dan pada saat itu bertiga.
HR. Muslim Fii Awwali Kitabul Imaani.
Lughatul hadits:
-
Tasyhadu : Berikrar dan
menyatakan.
-
Tuqimas Shalati:
Melaksanakannya secara sempurna syarat-syarat dan rukun-rukunnya, sedangkan
Shalat itu secara Bahasa adalaah doa, sedangkan secara istilah; Berkataan dan
perbuatan yang dibuka/diawali dengan takbir dan ditutup/diakhiri dengan salam
dengan syarat-syarat khusus.
-
Tu'tiyaz zakata: menunaikan
zakat, zakat secara bahasa artiya
pertumbuhan dan penyucian, sedangkan secara istilah adalah nama yang cukup
dikenal.
-
Ashoumu: secara bahasa
menahan, sedang secara istilah menahan
dari yang membatalkan puasa, Ramadhan nama bulan, dinamakan itu karena memanas
hanguskan dosa atau membakarnya.
-
Alhajju: secara bahasa
ialah niat, secara istilah adalah niat
ke tanah suci untuk ritual (Ibadan).
-
Assabiilu: Jalan, Dan maksudnya Disini memiliki kelebihan
(harta) atau (untuk) perjalanan, sebagaimana tafsir berikut: Tu'minu billahi:
Allah SWT dzat yang suci yang memiliki sifat dengan segala kesempurnaan, bisa dikatakan
nama teragung dari penamaan oleh seseorang atau lainnya.
-
Almalaaikatu: para hamba
yang mulia, tidak pernah bermaksiat atau mengingkari kepada Allah SWT dan melakukan
apa yang diperintahkan-Nya, bisa berubah bentuk wujudnya, senantisa bertawaf ibadah
kepada Allah SWT, mereka diciptakan dari cahaya, Allah SWT sendiri yang lebih mengetahui
hakikat sebenarnya mereka.
-
Alyaumul akhir: Hari
Kiamat, dikatakan seperti itu karena tidak ada hari sesudahnya.
-
Alqadhaau: secara Bahasa kebijakan,
secara istilah adalah Kehendak Allah Ta’ala yang sudah ada yang berhubungan
dengan segala sesuatu dengan tetap berlaku dan tidak akan berubah.
-
Alqadru: Secara Bahasa Takdir;
dan menjadikan sesuatu sesuai ketetapan
yang khusus, secara syariat adalah adanya sesuatu sesuai apa yang dikehendaki oleh Allah
Ta’ala.
-
Khairuhu wa syarruhu: segala
yang menimpa manusia dari kebaikan seperti kesuburan, atau keburukan seperti
kekeringan, ini karena disebabkan oleh manusia, sedangkan disisi Allah Ta’ala
semuanya memiliki hikmah yang diketahuinya.
-
Al-Ihsan: kecakapan
penguasaan ibadah dan pelaksanaanya memenuhi kesempuraan yang disyariatkan, sedangkan
akhir dari perbuatan ihsan yaitu dari apa yang datang sebelumnya, karena ihsan
merupakan tujuan kesempuraannya (ibadah), dan dibangun atas hal tersebut
-
An Ta’budu : Ibadah yang secara
mendalam dengan tingkat ketundukan karena Allah Ta’ala dengan memohon dan
mengahrap ridha (Nya).
-
Kaannaka Tarahu: melihatmu,
dan ini kumpulan ucapan SAW, dan ini juga tingkatan ibadah yang mendalam untuk
mendekat kepada Allah Ta’ala.
-
Fain lam takun tarahu: atau
maka jangan lakukan apa yang tidak diridhai-Nya, karena sungguh Allah SWT
melihatmu.
-
Assaa’ah: Hari Kiamat,
zaman adanya pertanggungjawab (amal perbuatan)
-
Amaratiha: Yaitu tanda
tanda yang menunjukkan akan kedekatannya.
-
Alamatu: kiasan, yaitu penguasa
-
Ri’aaun: jamak dari Ra’in pengembala.
-
Asyaa u: Jamak syatun= domba
betina
-
Yatadhawaluuna fil bunyaani:
berlomba-lomba meninggikan (membangun) bangunan, dan ini adalah kata kinayah
yang disandarkan pada pemimpin hingga
selain ahlinya
- Yuallimukum dinakum: (mengajarkan) masalah agama kalian. Dan disandarkan pengajarnya (yaitu) ke malaikat Jibril sebagai bentuk majaz, jadi pengajar yang sebenarnya yaitu Nabi Muhammad SAW.
FaFaidah Hadits:
- - Ini adalah kabar yang
disampaikan oleh malaikat Jibril atas nama Nabi SAW sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:
لَا تَجْعَلُوا دُعَاءَ الرَّسُولِ بَيْنَكُمْ
كَدُعَاءِ بَعْضِكُمْ بَعْضًا
“Janganlah kalian jadikan panggilan Rasul di
antara kalian seperti panggilan sebagian kalian kepada sebagian (yang lain)” QS.Annur 63.,
(terkandung) Tambahan dalam menyamarkan
perintah (perintak memanggil nama Nabi), atau dalam hal ini para Malaikat tidak
termasuk dalam maksud pemahaman ayat tersebut,
- - Iman adalah, keyakinan didalam
berbagai rumusan agama, dan Islam adalah kepatuhan/Ketaatan pada tindakan nyata
sesuai Syariah. Keduanya terdapat secara pemahaman berbeda namun keduanya salin
terkait, Maka tidaklah diterima iman tanpa islam dan tidak (diterima) islam
(nya seseorang) tanpa iman, dan telah dijelaskan oleh syariat didalamnya (iman
dan islam) dan (penjelasan) peruntukannya masing-masing.
- - Pengucapan dua kalimat syahadat
merupakan syarat diberlakukannya hukum-hukum islam kepada manusia di dunia.
-
Didalam dialog/tanya jawab
antara Malaikat Jibril dengan Nabi Muhammad SAW, terdapat contoh Pendidikan yaitu
cara bertanya jawab didalam pengajaran/Pendidikan.
-
Dalam duduknya Malaikat Jibril
didepan Nabi Muhammad SAW memberikan contoh Adab dan penghormatan dalam majelis
ilmu.
-
Ketetapan (waktu) hari kiamat,
tidak pernah diberitahukan oleh Allah SWT kepada siapapun, akan tetapi hari
kiamat terdapat tanda-tanda yang banyak, sebagaimana disebutkan dalam hadits
Nabi, dan juga disebutkan diantara tanda-tanda yang lain yaitu, munculnya Nabi
Isa A.S, juga Dajjal, Terbitnya matahari dari barat, dsb.
-
Kepada manusia agar selalu
mendekat kepada Allah Ta’ala dan selalu merasa bahwa Allah Ta’ala selalu ada
didepannya.
-
Dalam Hadits ini mengisyaratkan
bahwa menyerahkan suatu hal bukan pada ahlinya, dan penjelasan terhadap
pembangkanngan dan ini dalam hal tanda-tanda kiamat.
-
Setiap musli harus menjaga poko-pokok
agama dan rukunnya, dan senantiasa merasa bertanggung jawab didepan Allah Ta’ala
dan memperbaiki amalannya dengan iman dan mendekat Allah Ta’ala.
Tidak ada komentar: