(Anggota
PCM Klojen, alumni SKMM, anggota CMM)
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (1) وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ (2) لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (3) تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ (4) سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ (5)
Artinya
1). Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam qadar (kemuliaan). 2). Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?, 3). Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. 4). Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. 5). Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar.
Lailat al-qadar adalah Malam lailatul qadar adalah malam yang istimewa bagi umat Muslim di seluruh dunia. Pada malam tersebut, Allah SWT pertama kali menurunkan wahyu berupa ayat-ayat Alquran kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril.
Suatu malam yang sangat dimulia dan diagungkan dalam Islam, Rasulullah SAW. telah meriwayatkan banyak keutamaan-keutamaan dan sangat diagungkan mengenai lailat al-qadar. Lailat al-qadar dikenal dengan keutamaan malam seribu bulan karena limpahan rahmat yang sangat banyak diturunkan oleh Allah SWT. melebihi malam-malam yang lain dan sebanding dengan malam dalam waktu seribu bulan, bahkan lebih baik dari seribu bulan. Apabila dihitung, 1000 bulan itu mencapai 84 tahun lamanya. Artinya 84 tahun dihitung ibadah semua.
Kemudian kapan malam tersebut turun, hal ini masih dirahasiakan oleh Allah SWT. sehingga tidak seorang pun tahu kapan lailat al-qadar, dan masih banyak menimbulkan pertanyaan di masyarakat (khususnya di kalangan muslim),disamping itu para Ulama dari berbagai bidang keilmuan pun berbeda dalam mengungkapkan makna dan waktu turunnya lailat al-qadar. Akan tetapi dalam Islam ada sudut pandang tasawwuf yang mengarahkan bagaimana cara mengenal hakikat yaitu dengan cara makrifat kepada Sang Pencipta; Allah ،Azza wa Jalla melalui tanda-tanda dan ayat-ayat yang ditunjukannya kepada manusia. Pendekatan ini bisa digunakan dalam mengungkapkan misteri keagungan lailat al- qadar karena lailat al-qadar merupakan salah satu pengetahuan yang ghaib atau dirahasiakan oleh Allah SWT.
haqiqat lailatul qadar memang tidak ada yang mengetahui secara pasti bila terjadinya Lailatul Qadar kecuali Allah ‘azza wajalla. Hanya saja Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabdanya:
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ القَدْرِ في العَشْرِ الأوَاخِرِ مِن رَمَضَانَ
"Carilah Lailatul Qadar itu pada sepuluh hari terakhir Ramadhan.”(HR. Bukhari 2019 Dan Muslim 1169)
Dalam kitab Shahih Al-Bukhari
كانَ النبيُّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ إذَا دَخَلَ العَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ، وأَحْيَا لَيْلَهُ، وأَيْقَظَ أهْلَهُ
"Nabi SAW bila memasuk sepuluh hari terakhir (di bulan Ramadhan), mengencangkan kain sarungnya (menjauhkan diri dari menggauli istrinya), menghidupkan malamnya (dengan beribadah) dan membangunkan keluarganya.” (HR. Bukhari 2024)
Al-Qur’an menyebutnya sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan, artinya orang yang beribadah dengan ikhlas pada malam tersebut akan mendapat pahala yang setara dengan amal ibadah yang dilakukan selama seribu bulan. Dan untuk mendapatkannya harus dilakukan dengan niat yang sungguh-sungguh dengan hati yang terbuka, sebab orang yang dungu tidak akan menyambut malam agung itu kecuali mereka yang memahami hakikat alam ghaib. Sebagian besar umat Islam, dalam melakukan ibadah umumnya hanya mementingkan bagaimana memperoleh pahala sebesar-besarnya dan sebanyak-banyaknya, dalam hal ini mereka menjadikan pahala sebagai tolak ukur dalam melakukan ibadah kepada Allah SWT, artinya sedikit yang benar-benar memperhatikan hakikat dari ibadah tersebut dan mentadzaburi. Maknanya dengan rasa, sehingga tidak berbuah makrifat dan setelah ibadah itu dilakukan maka selesailah sudah amalnya, serta merasa puas dengan amal yang sudah dilakukan tersebut. Hal ini menunjukkan kedangkalan ummat dalam motivasinya melakukan ibadah baik yang hukumnya fardhu ataupun sunnat, dan perlu ditingkatkannya telaah-telaah atau kajian mengenai tasawwuf agar niat dan motivasinya menjadi semakin kuat hingga mencapai tingkat ‘ain al-yaqln.
Allah Subhanahu wa Ta'ala memberitahukan bahwa Dia menurunkan Al-Qur'an pada waktu lailat al- qadar, yaitu satu malam yang penuh berkah, sebagaimana dalam firman-Nya:
اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةٍ مُّبٰرَكَةٍ اِنَّا كُنَّا مُنْذِرِيْنَ
"Sesungguhnya Kami menurunkannya pada malam yang diberkahi) Sungguh, Kamilah yang memberi peringatan”. (QS. Al Dukhan 3 )
Dalam tafsir Jalalain
(Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkati) yaitu Lailatulkadar, atau malam pertengahan bulan Syakban. Pada malam tersebut diturunkanlah Al-Qur'an dari Umul Kitab atau Lohmahfuz yaitu dari langit yang ketujuh hingga ke langit dunia (sesungguhnya Kamilah yang memberi peringatan) yang memperingatkan manusia dengan Al-Qur'an.
Dalam hadits Nabi SAW, Riwayat Bukhari 2026 dan Muslim 1171
أنَّ النبيَّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ، كانَ يَعْتَكِفُ العَشْرَ الأوَاخِرَ مِن رَمَضَانَ حتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam senantiasa beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir dari Ramadhan, hingga Allah mewafatkan beliau,”.
Lebih khusus lagi, adalah malam-malam ganjil sebagaimana sabda beliau:
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِفِي الْوِتْرِمِنَ الْعَشْرِالْأَوَاخِرِمِنْ رَمَضَانَ
"Carilah Lailatul Qadar itu pada malam-malam ganjil dari sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan." (HR. Bukhari 2017)
Dan lebih khusus lagi adalah malam-malam ganjil pada waktu tujuh hari terakhir dari bulan tersebut. Beberapa shahabat Nabi pernah bermimpi bahwa lailatul Qadar di tujuh hari terakhir. Maka Rasulullah SAW bersabda:
أرَى رُؤْيَاكُمْ قدْ تَوَاطَأَتْ في السَّبْعِ الأوَاخِرِ، فمَن كانَ مُتَحَرِّيهَا فَلْيَتَحَرَّهَا في السَّبْعِ الأوَاخِرِ
Aku memandang (bahwa) mimpi kalian tentang Lailatul Qadar tepat terjadi pada tujuh hari terakhir, maka barangsiapa yang berupaya untuk mencarinya, maka hendaknya dia mencarinya pada tujuh hari terakhir. (HR. Bukhari 2015)
Ibadah Sunah dan Amalan Lailatul Qadar
1. Membaca Al Qur’an
Malam lailatul qadar adalah malam diturunkannya Alquran. Oleh karena itu, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak membaca Alquran seperti yang pernah dicontohkan Nabi Muhammad SAW.
2. Shalat Sunnah
Ibadah sunah malam lailatul qadar yang pernah dilakukan Rasulullah SAW adalah mendirikan salat sunah di malam hari seperti tarawih, witir, tahajud, hajat dan lainnya.
Hal ini sesuai dengan penuturan istri Nabi Muhammad SAW, Aisyah RA.
كانَ رَسولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ، إذَا دَخَلَ العَشْرُ، أَحْيَا اللَّيْلَ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ، وَجَدَّ وَشَدَّ المِئْزَرَ.
"Apabila Rasulullah SAW memasuki malam sepuluh terakhir (di bulan Ramadhan), beliau menghidupkan malamnya (untuk beribadah dengan sungguh-sungguh) serta membangunkan anggota keluarganya, menguatkan dan mengencangkan kain sarungnya" (HR.Muslim 1174)
3. I'tikaf
I'tikaf adalah ibadah yang dilakukan dengan berdiam di dalam masjid dengan niat karena Allah SWT. I'tikaf memiliki sejumlah syarat yakni harus beragam Islam, balig, berakal, serta suci dari hadas.
Melaksanakan I'tikaf juga perlu dibarengi dengan rangkaian ibadah lainnya seperti banyak membaca shalawat serta shalat.
4. Berdzikir dan berdoa pada lailatul qadar
bentuk amalan malam lailatul qadar lainnya yang bisa dikerjakan adalah memperbanyak membaca doa seperti yang diajarkan Nabi Muhammad.
Berikut doa lailatul qadar
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
Allahumma innaka afuwwun tuhibbul afwa fa'fu anni.
Artinya: “Ya Allah, Engkau Maha memberikan maaf dan Engkau suka memberikan maaf, karenanya maafkanlah aku.”
Allah SWT merahasiakan waktu datangnya malam lailatul qadar. Oleh karena itu, umat Islam harus berlomba-lomba untuk mendapatkan keistimewaan malam lailatul qadar.
"Kejar malam qadar itu pada setiap malam bulan Ramadan sejak malam pertama sampai malam terakhir sepanjang 30 malam," tulis Ahmad Sarwat dalam bukunya Jaminan Mendapat Lailatul Qadar tentang Kiat Mendapatkan Malam Qadar.
WALLAHU A’LAM BI SHOWAAB
Daftar Pustaka
- Departemen Agama RI, Al-Qur ’an Dan Terjemahnya, (Surabaya : Mekar Surabaya, 2004),
- Tafsir Jalalain
- Kitab Shohih Bukhori dan Muslim
- Lihat al-Hafizh Imad al-Din Abi Fida’ Isma’il bin Katsir al-Quraisyi al-Dimasyqi, Tafsir al-Qur’an al-Azhim Terjemah M. Abdul Goffar dkk, (Bogor : Pustaka Imam Asy-Syafi’I, 2004), hal. 510.
- Syekh Abdul Qadir al-Jailani, Tafsir al-Jailani,iqiq Syekh Ahmad Farid al-Mujiri, (Pakistan : Maktabah al- Ma’rufiah, 2010), hal. 452
1.
Tidak ada komentar: