Lanjutan Tafsir QS. Al-Qadar, ayat 1-5 Ibnu Katsir (4) - Edisi Nuzulul Qur'an

Lanjutan Tafsir QS. Al-Qadar, ayat 1-5 Ibnu Katsir (4) - Edisi Nuzulul Qur'an



Hal yang sama telah diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud, Ibnu Abbas, Jabir, Al-Hasan, Qatadah, dan Abdullah ibnu Wahb, bahwa malam kemuliaan terdapat pada malam dua puluh empat Ramadhan. Dalam pembahasan yang lalu telah disebutkan hadis Wasilah ibnul Asqa' secara marfu', yaitu dalam tafsir surat Al-Baqarah, berbunyi demikian:


«إِنَّ الْقُرْآنَ أُنْزِلَ لَيْلَةَ أَرْبَعٍ وَعِشْرِينَ»

Sesungguhnya Al-Qur’an diturunkan pada malam dua puluh empat (Ramadhan).


Menurut pendapat yang lainnya lagi, malam kemuliaan terdapat dalam malam dua puluh lima Ramadhan, berdasarkan apa yang telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abdullah ibnu Abbas, bahwa Rasulullah SAW. pernah bersabda:


«الْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ فِي تَاسِعَةٍ تَبْقَى فِي سَابِعَةٍ تَبْقَى فِي خَامِسَةٍ تَبْقَى»


Carilah malam kemuliaan di malam-malam sepuluh terakhir dari bulan Ramadhan, yaitu bila tinggal sembilan malam lagi atau bila tinggal tujuh malam lagi, atau bila tinggal lima malam lagi.


Kebanyakan ulama menakwilkan makna hadis ini dengan malam-malam yang ganjil, dan pendapat inilah yang kuat dan yang terkenal. Sedangkan ulama lainnya menakwilkannya terjadi pada malam-malam yang genap dari malam-malam sepuluh terakhir Ramadhan. Ini berdasarkan apa yang telah diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Sa'id, bahwa ia menakwilkannya demikian; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

Menurut pendapat yang lainnya lagi, malam kemuliaan terdapat dalam malam dua puluh tujuh Ramadhan, berdasarkan apa yang telah diriwayatkan oleh Imam Muslim di dalam kitab sahihnya, dari Ubay ibnu Ka'b, dari Rasulullah SAW., bahwa malam kemuliaan terjadi pada tanggal dua puluh tujuh.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sufyan yang telah mendengar dari Abdah dan Asim, dari Zur yang mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada Ubay ibnu Ka'b, "Hai Abul Munzir, engkau pernah berkata bahwa saudaramu Ibnu Mas'ud pernah mengatakan bahwa barang siapa yang melakukan qiyaimil lail sepanjang tahun, niscaya akan menjumpai Lailatul Qadar."

Ubay ibnu Ka'b menjawab, "Semoga Allah merahmatinya, sesungguhnya dia telah mengetahui bahwa malam kemuliaan itu terdapat di dalam bulan Ramadhan dan tepatnya di malam dua puluh tujuh." Kemudian Ubay ibnu Ka'b bersumpah untuk menguatkan perkataannya. Dan aku bertanya, "Bagaimanakah kamu mengetahuinya?" Ubay ibnu Ka'b menjawab, "Melalui alamat atau tandanya yang telah diberitahukan kepada kami oleh Nabi SAW., bahwa pada siang harinya mentari terbit di pagi harinya, sedangkan cahayanya lemah."


Imam Muslim telah meriwayatkan ini melalui jalur Sufyan ibnu Uyaynah, Syu'bah, dan Al-Auza'i, dari Abdah, dari Zur, dari Ubay, lalu disebutkan hal yang semisal. Yang di dalamnya disebutkan bahwa Ubay ibnu Ka'b mengatakan, "Demi Allah, yang tiada Tuhan yang berhak disembah selain Dia, sesungguhnya malam kemuliaan itu benar-benar berada di bulan Ramadhan." Ubay ibnu Ka'b bersumpah tanpa mengucapkan pengecualian, lalu ia melanjutkan, "Demi Allah, sesungguhnya aku benar-benar mengetahui di tanggal berapakah Lailatul Qadar itu berada, Rasulullah SAW. telah memerintahkan kami untuk melakukan qiyam padanya, yaitu tanggal dua puluh tujuh. Dan pertandanya ialah di pagi harinya mentari terbit dengan cahaya yang redup."

Dalam bab yang sama telah disebutkan dari Mu'awiyah, Ibnu Umar, dan Ibnu Abbas serta selain mereka, dari Rasulullah SAW. yang telah bersabda bahwa Lailatul Qadar itu adalah malam dua puluh tujuh. Dan inilah pendapat yang dipegang oleh segolongan ulama Salaf, dan merupakan pendapat yang dianut di kalangan mazhab Imam Ahmad ibnu Hambal rahimahullah, juga menurut suatu riwayat yang bersumber dari Imam Abu Hanifah menyebutkan hal yang sama. Telah diriwayatkan pula dari sebagian ulama Salaf, bahwa Imam Abu Hanifah berupaya menyimpulkan keadaan Lailatul Qadar jatuh pada tanggal duapuluh tujuh dari Al-Qur'an melalui firman-Nya, "Hiya (malam itu)," dengan alasan bahwa kalimat ini merupakan kalimat yang kedua puluh tujuh dari surat yang bersangkutan; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

Al-Hafiz Abul Qasim At-Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Ibrahim Ad-Dubri, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Qatadah dan Asim; keduanya pernah mendengar Ikrimah mengatakan bahwa Ibnu Abbas telah menceritakan bahwa Khalifah Umar ibnul Khattab r.a. mengundang semua sahabat, lalu menanyakan kepada mereka tentang Lailatul Qadar, maka mereka sepakat mengatakan bahwa malam Lailatul Qadar berada di malam sepuluh terakhir bulan Ramadhan.

Ibnu Abbas melanjutkan, bahwa lalu ia berkata kepada Umar, "Sesungguhnya aku benar-benar mengetahui —atau merasa yakin— di malam ke berapakah Lailatul Qadar berada?" Umar bertanya, "Kalau begitu, katakanlah di malam ke berapakah ia berada?" Ibnu Abbas menjawab, bahwa Lailatul Qadar adanya pada sepuluh malam terakhir Ramadhan bila telah berlalu tujuh malam, atau bila tinggal tujuh malam lagi.

Umar bertanya, "Dari manakah kamu mengetahui hal itu?" Ibnu Abbas menjawab, bahwa Allah telah menciptakan langit tujuh lapis, bumi tujuh lapis, hari-hari ada tujuh, dan bulan berputar pada tujuh (manzilah). Manusia diciptakan dari tujuh (lapis bumi), makan dengan tujuh anggota, sujud dengan tujuh anggota, tawaf tujuh kali, melempar jumrah tujuh kali, dan lain sebagainya. Maka Umar berkata, "Sesungguhnya engkau mempunyai pandangan yang jeli yang kami tidak menyadarinya." Dan tersebutlah bahwa menurut riwayat Qatadah, ia menambahkan dalam perkataan Ibnu Abbas sesudah mengatakan bahwa manusia makan dengan tujuh anggota, yaitu firman Allah SWT. yang mengatakan: lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu, anggur dan sayur-sayuran. ('Abasa: 27-28), hingga akhir ayat.

Sanad hadis ini Jayyid lagi kuat, tetapi matannya garib sekali; hanya Allah Yang Maha Mengetahui.

Menurut pendapat yang lainnya lagi, Lailatul Qadar terdapat di malam dua puluh sembilan.


قَالَ أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ: حَدَّثَنَا أَبُو سَعِيدٍ مَوْلَى بَنِي هَاشِمٍ، حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ سَلَمَةَ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عَقِيلٍ، عَنْ عُمرَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ: أَنَّهُ سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "فِي رَمَضَانَ، فَالْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ، فَإِنَّهَا فِي وتْر إِحْدَى وَعِشْرِينَ، أَوْ ثَلَاثٍ وَعِشْرِينَ، أَوْ خَمْسٍ وَعِشْرِينَ، أَوْ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ، [أَوْ تِسْعٍ وَعِشْرِينَ] أَوْ فِي آخِرِ لَيْلَةٍ"


Imam Ahmad ibnu Hambal mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id maula Bani Hasyim, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Salamah, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Muhammad ibnu Aqil, dari Umar ibnu Abdur Rahman, dari Ubadah ibnus Samit, bahwa ia pernah bertanya kepada Rasulullah SAW. tentang Lailatul Qadar bilakah adanya. Maka Rasulullah SAW. menjawab: Dalam bulan Ramadhan, carilah dalam malam-malam sepuluh terakhirnya, dan sesungguhnya ia terdapat pada malam yang ganjil, yaitu dua puluh satu, atau dua puluh tiga, atau dua puluh lima, atau dua puluh tujuh, atau dua puluh sembilan, atau di malam yang terakhirnya.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ -وَهُوَ: أَبُو دَاوُدَ الطَّيَالِسِيُّ-حَدَّثَنَا عِمْرَانُ الْقَطَّانُ، عَنْ قَتَادَةَ، عَنِ أَبِي مَيْمُونَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ. أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فِي ليلة القدر: "إنها ليلة سابعة أو تاسعة وَعِشْرِينَ، وَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ تِلْكَ اللَّيْلَةَ فِي الْأَرْضِ أَكْثَرُ مِنْ عَدَدِ الْحَصَى"


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Daud (yakni Abu Daud At-Tayalisi), telah menceritakan kepada kami Imran Al-Qattan, dari Qatadah, dari Abu Maimunah, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW. pernah bersabda sehubungan dengan malam kemuliaan: Sesungguhnya ia berada di malam dua puluh tujuh atau dua puluh sembilan (Ramadhan), dan sesungguhnya para malaikat di malam itu di bumi jumlahnya lebih banyak daripada bilangan kerikil.


Imam Ahmad meriwayatkannya secara tunggal, sanadnya tidak ada celanya.

Menurut pendapat yang lain, Lailatul Qadar terdapat di malam terakhir bulan Ramadhan, berdasarkan hadis yang telah disebutkan di atas tadi, juga hadis yang diriwayatkan oleh Imam Turmuzi dan Imam Nasai melalui hadis Uyaynah ibnu Abdur Rahman, dari ayahnya, dari Abu Bakrah, bahwa Rasulullah SAW. pernah bersabda:


فِي تِسْعٍ يَبْقَيْنَ، أَوْ سَبْعٍ يَبْقَيْنَ، أَوْ خَمْسٍ يَبْقَيْنَ، أَوْ ثَلَاثٍ، أَوْ آخِرِ لَيْلَةٍ"

di malam duapuluh satu, atau duapuluh tiga, atau duapuluh lima, atau duapuluh tujuh, atau di malam terakhir.


Yakni carilah malam kemuliaan tersebut di malam-malam itu. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini kalau tidak hasan, sahih. Dan di dalam kitab musnad disebutkan melalui jalur Abu Salamah, dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW. sehubungan dengan malam kemuliaan ini:


"إِنَّهَا آخِرُ لَيْلَةٍ"

Sesungguhnya malam kemuliaan itu berada di malam terakhir (Ramadhan).


[FASAL]

Imam Syafii mengatakan sehubungan dengan riwayat-riwayat ini, bahwa semuanya merupakan jawaban Nabi SAW. terhadap pertanyaan orang yang bertanya kepadanya, "Apakah kita mencari malam kemuliaan di malam anu?" Maka beliau SAW. menjawab, "Ya." Padahal sesungguhnya malam kemuliaan itu adalah malam tertentu yang tidak berpindah-pindah. Demikianlah menurut apa yang telah dinukil oleh Imam Turmuzi secara garis besarnya.

Telah diriwayatkan pula dari Abu Qilabah, bahwa ia telah mengatakan, "Lailatul Qadar itu berpindah-pindah di malam-malam sepuluh terakhir Ramadhan." Dan apa yang diriwayatkan dari Abu Qilabah ini dicatat sebagai nas oleh Malik, As-Sauri, Ahmad ibnu Hamhbal, Ishaq ibnu Rahawaih, Abu Saur, Al-Muzani, dan Abu Bakar ibnu Khuzaimah, dan lain-lainnya. Imam Syafii telah mengatakan hal yang sama pula menurut apa yang dinukil oleh Al-Qadi darinya; dan pendapat inilah yang lebih mirip kepada kebenaran; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

Dan senada dengan pendapat ini apa yang telah disebutkan di dalam kitab Sahihain melalui Abdullah ibnu Umar, bahwa beberapa orang laki-laki dari sahabat Rasulullah SAW. diperlihatkan kepada mereka Lailatul Qadar dalam malam-malam tujuh terakhir Ramadhan. Maka Rasulullah SAW. bersabda:


"أَرَى رُؤْيَاكُمْ قَدْ تَوَاطَأَتْ فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ، فَمَنْ كَانَ مُتحريها فَلْيَتَحرها فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ"


Aku juga telah melihat hal yang sama seperti kalian dalam mimpiku, malam kemuliaan itu berada di tujuh malam terakhir Ramadhan. Maka barang siapa yang mencarinya, hendaklah ia mencarinya di tujuh malam terakhir.

Sehubungan dengan hal ini telah disebutkan pula melalui Aisyah r.a., bahwa Rasulullah SAW. telah bersabda:


"تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ"


Carilah Lailatul Qadar di malam yang ganjil dari sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan.


Sedangkan lafaz hadis ini ada pada Imam Bukhari.

Imam Syafii dalam pendapatnya yang mengatakan bahwa Lailatul Qadar itu tidak berpindah-pindah melainkan ada di malam tertentu dari bulan Ramadhan beralasan dengan apa yang telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari di dalam kitab sahihnya melalui -Ubadah ibnus Samit yang menceritakan bahwa Rasulullah SAW. muncul untuk memberitahukan kepada kami tentang malam kemuliaan, maka tiba-tiba muncul pula dua orang dari kalangan kaum muslim (menemuinya). Setelah itu Rasulullah SAW. bersabda:


"خَرَجْتُ لِأُخْبِرَكُمْ بِلَيْلَةِ الْقَدْرِ، فَتَلَاحَى فُلَانٌ وَفُلَانٌ، فَرُفِعَتْ، وَعَسَى أَنْ يَكُونَ خَيْرًا لَكُمْ، فَالْتَمِسُوهَا فِي التَّاسِعَةِ وَالسَّابِعَةِ وَالْخَامِسَةِ"


Aku keluar untuk memberitahukan kepada kamu tentang malam kemuliaan, maka muncullah si Fulan dan si Fulan sehingga (pengetahuan mengenai) malam kemuliaan itu terhapuskan (dari ingatanku), dan barangkali hal ini baik bagi kamu. Maka carilah ia di malam (dua puluh) sembilan, (dua puluh) tujuh, dan (dua puluh) lima.

Yang tersimpulkan dari makna hadis ini menunjukkan bahwa seandainya malam kemuliaan tidak tertentu secara berkesinambungan, tentulah tidak akan diperoleh bagi mereka pengetahuan mengenai ketentuannya di setiap tahunnya. Sebab jika malam kemuliaan itu memang berpindah-pindah, niscaya mereka tidak mengetahui ketentuan malamnya terkecuali hanya tahun itu saja. Terkecuali jika dikatakan bahwa sesungguhnya beliau keluar hanya untuk memberitahukan kepada mereka mengenainya di tahun itu saja, dan hal ini ternyata tidak disebutkan. Sabda Nabi SAW. yang mengatakan: maka muncullah si Fulan dan si Fulan, sehingga (pengetahuanku mengenainya) terhapuskan (dari ingatanku).

sebelumnya 3, Bersambung ke 5-Habis




Lanjutan Tafsir QS. Al-Qadar, ayat 1-5 Ibnu Katsir (4) - Edisi Nuzulul Qur'an Lanjutan Tafsir QS. Al-Qadar, ayat 1-5 Ibnu Katsir (4) - Edisi Nuzulul Qur'an Reviewed by sangpencerah on April 21, 2022 Rating: 5

Tidak ada komentar: