لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ
خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا
بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ
سُوءًا فَلا مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ
“Baginya (manusia) ada
malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan
belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak
akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka
sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak
ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (QS. Ar Ra’d: 11)
Umat
Islam di Indonesia merupakan jumlah terbesar penduduknya yang beragama Islam di
dunia. Seharusnya mempunyai peran besar dalam melakukan proses pencerahan
kepada umat. Namun fakta menunjukkan bahwa kita belum memiliki posisi tawar
(bargaining position) yang signifikan dalam melakukan perubahan yang lebih baik
agar menjadi umat pilihan (QS. Ali Imran: 110).
Alih-alih untuk membangun peradaban
umat, para pemimpin negara ini (eksekutif, yudikatif dan legislatif) lebih suka
disibukkan dengan agenda-agenda pribadi dan partainya untuk memperkaya dan
memperkuat posisi kekuasaan dan jabatan. Korupsi berjamaah semakin menjadi-jadi
tidak hanya dilakukan oleh partai nasionalis sekuler sekarang partai Islam pun
sudah terlibat dalam pencurian uang negara dan rakyat. Sudah benarkah niat
mereka ketika duduk di parlemen untuk memperjuangkan aspirasi dan ideologi umat
Islam atau mencari ma’isyah atau mata pencaharian semata. Sehingga tidak
mempunyai idealisme alias pragmatisme menjual agama dan ideologi. Sungguh sangat
menyedihkan dan memprihatinkan. Inilah saatnya di tengah suasana carut marut,
kompleksitas problematika umat, kehadiran Ramadhan yang penuh makna karakter
keberkahan sangat dirindukan dan sudah seharusnya umat Islam mulai dari rakyat
kecil sampai presiden menyambut dengan suka cita dan penuh kegembiraan serta
melakukan tobat nasuha secara nasional dan mampu berintrospeksi diri dan
menjadikan puasa Ramadhan sebagai titik menuju perubahan besar yaitu perilaku,
sikap, perbuatan, ucapan, dan karakter umat Islam.
Puasa Ramadhan jangan hanya menjadi
aktivitas rutin tiap tahunan sekedar menggugurkan kewajiban secara hukum fikih
tanpa makna berkarakter yang signifikan artinya bahwa nilai-nilai yang ada pada
karakter Ramadhan harus mampu mencerahkan pribadi, keluarga dan masyarakat
bahkan dunia.
Puasa
dan Pendidikan Karakter Umat Di antara nilai-nilai pendidikan karakter yang ada
pada puasa Ramadhan yang harus
menjadikan perhatian khusus pada umat Islam agar ada perubahan yang signifikan
adalah:
1. Munculnya Jiwa Kesabaran
Munculnya
jiwa kesabaran yang akan melahirkan sikap muroqabatullah memiliki jiwa karakter
kesabaran yang melahirkan sikap muroqanatullah sangat dibutuhkan oleh seluruh
unsur umat Islam. Terutama para
pemimpinnya di saat sekarang ini umat Islam sedang dalam kondisi galau dan
memprihatinkan karena mengalami krisis multidimensional. Dengan mempunyai
karakter kesabaran dan muroqabatullah, seseorang tidak akan berani menghalalkan
segala cara dalam memperoleh apa yang dia inginkan termasuk merebut posisi
kekuasaan dan jabatan lewat politik dan aktivitas kerja lainnya. Ia bisa
menahan diri walaupun ia sangat membutuhkan. Inilah sikap amanah dan kejujuran
dari hasil tarbiyah karakter Ramadhan yang disebut dengan sabar dan
muraqabatullah atau merasa diawasi oleh Allah SWT, dalam setiap gerak langka
aktivitas manusia tidak bisa lepas dari pantauan dan penglihatan atau
pengawasan Allah Azza wa Jalla, kalau ini ada dalam setiap diri, keluarga
masyarakat dan terutama para pemimpin, maka tentu ada perubahan besar di bangsa
dan umat Islam ini, tentu tidak ada namanya korupsi, suap menyuap dan beberapa
anomali atau penyimpangan sosial dalam kehidupan lainnya.
2. Munculnya Sikap Disiplin
Sikap
disiplin ini sangat dibutuhkan untuk bangsa, di saat umat Islam secara etos
kerja sangat lemah. Nilai dan karakter disiplin ini telah diajarkan satu bulan
penuh selama Ramadhan. Kita lihat pada pelaksanaan ibadah puasa misalnya kurang
satu menit pun, kalau belum waktu berbuka puasa tentu kita tidak berani untuk
berbuka, siapa pun dia akan patuh dan disiplin serta taat untuk menunggunya.
Nilai dan karakter seperti inilah harus dikembangkan dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Sehingga kita sebagai umat Islam mayoritas tidak tertinggal dari
bangsa barat, di mana mereka telah membudayakan nilai dan karakter disiplin di
segala bidang. Dengan semangat disiplin yang tinggi suatu bangsa akan mampu
membangun sebuah peradaban yang maju. Karena semua berjalan sesuai dengan
aturan, semua orang dituntut untuk mampu bekerja secara profesional, karena
sesungguhnya nilai dan karakter ini yaitu disiplin dan profesional sangat
sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW. Sebagaimana dalam haditsnya yang artinya, “Sesungguhnya
Allah SWT mencintai seseorang apabila mengerjakan sesuatu dengan penuh
profesional.” (HR. Ath Thabrari).
3. Munculnya Sikap Peduli terhadap Sesama
Dalam
ibadah puasa memang telah diajarkan tentang pentingnya mempunyai kepedulian
sosial atau nilai solidaritas sosial kepada sesama manusia lainnya. Nilai
karakter ini seharusnya tidak hanya di bulan
BalasHapusMasyaAllah