Renungan di akhir Ramadhan (Amalan yang terlupakan di penghujung Ramadhan)

 Renungan di akhir Ramadhan

(Amalan yang terlupakan di penghujung Ramadhan)
 Angga Adi Prasetya (Sekolah Kader Mubaligh Muhammadiyah 4) "SKMM 4"


 

Bulan Ramadhan sebentar lagi akan meninggalkan kita, ada satu hal yang harus kita renungkan di akhir Ramadhan ini mengenai amalan yang telah kita lakukan di bulan Ramadhan. Benarkan amalan tersebut diterima di sisi Allah SWT? Perlu diketahui bahwa kebiasaan para ulama salaf, mereka serius dalam beramal, namun setelah beramal, mereka khawatir amalan mereka tidak diterima.

Ibnu Rajab berkata, “Para ulama salafush shalih biasa bersungguh-sungguh dalam menyempurnakan amal dan bersungguh-sungguh ketika mengerjakannya. Setelah itu, mereka sangat berharap amalan tersebut diterima dan khawatir bila tertolak. Merekalah yang disebutkan dalam ayat,

 

وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آَتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ

 

Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang penuh khawatir, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Rabb mereka” (QS. Al Mu’minun: 60).”

 

‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Mereka para salaf begitu berharap agar amalan-amalan mereka diterima daripada banyak beramal. Bukankah engkau mendengar firman Allah Ta’ala,

 

إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ

 

Sesungguhnya Allah hanya menerima (amalan/kurban) dari orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al Ma-idah: 27)”

 

Bahkan Fadhalah bin ‘Ubaid, beliau mengatakan, “Seandainya aku mengetahui bahwa Allah menerima dariku satu amalan kebaikanku sekecil biji saja, maka itu lebih kusukai daripada dunia dan seisinya.

Disisi lain Malik bin Diinar mengatakan, “Tidak diterimanya amalan lebih kukhawatirkan daripada banyak beramal.”

Abdul Aziz bin Abi Rowwad berkata, “Saya menemukan para salaf begitu semangat untuk melakukan amalan sholih. Apabila telah melakukannya, mereka merasa khawatir apakah amalan mereka diterima ataukah tidak.”

 

Maka di ramadhan kali ini, adakah yang yakin amalannya di bulan ini diterima?

Shalat tarawih yang dilakukan setiap malam, yakinkah diterima?

Tilawah Al Qur’an setiap malamnya, yakinkah diterima?

Yakinkah bahwa perbuatan kita selalu baik?

Yakinkah kita? bahwa untaian kata yang keluar dari lisan kita selalu yang baik dan bermanfaat, tidak membicarakan orang lain? Atau bahkan sampai menyakiti orang lain?

Yakinkah bahwa hati dan pikiran kita selalu bersih? Tidak berprasangka buruk, iri atau meremehkan orang lain?

 

Maka sebagai manusia biasa, hendaknya kita selalu merasa kurang dalam beramal dan meyakini banyak sekali kecacatan dari setiap ibadah yang kita lakukan dengan  beristighfar, memohon ampunan kepada Allah SWT. karena istighfar adalah penutup setiap amalan shalih. Ibadah yang kita lakukan seperti Shalat lima waktu, haji, shalat malam, dan bahkan dalam pertemuan dalam majelis biasa ditutup dengan amalan dzikir istighfar ini.

 

Jika istighfar berfungsi sebagai dzikir, maka itu jadi penambah pahala. Sedangkan jika ada sesuatu yang sia-sia dalam ibadah, maka fungsi istighfar sebagai kafaroh (penambal) atas setiap kekurangan. Inilah keadaan orang-orang yang bagus ibadahnya (muhsin).

 

‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz pernah menulis surat yang ingin dikirimkan ke berbagai ke negeri. Isi surat tersebut adalah memerintahkan mereka dengan mengisi dua hal untuk menutup bulan Ramadhan, yaitu dengan istighfar dan shadaqah  sebanyak-banyaknya menjelang akhir ramadhan. Karena shadaqah menyucikan orang yang berpuasa dari hal-hal yang sia-sia dan dari kata-kata yang haram. Sedangkan bacaan istighfar adalah sebagai penambal atas kekurangan yang dilakukan saat puasa karena melakukan hal-hal yang sia-sia dan haram.

 

Di dalam suratnya ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz  juga menulis dalam kitabnya tersebut, perintah untuk beristighfar,

”Ucapkanlah seperti yang diucapkan oleh ayah kalian Adam ‘alaihis salam”,

 

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

 

Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi” (QS. Al A’raf: 23).

 

Ucapkanlah seperti yang diucapkan Nuh ‘alaihis salam,

 

وَإِلَّا تَغْفِرْ لِي وَتَرْحَمْنِي أَكُن مِّنَ الْخَاسِرِينَ

 

Dan sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku, dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi” (QS. Hud: 47)

 

Ucapkanlah seperti yang diucapkan Ibrahim ‘alaihis salam,

 

وَالَّذِي أَطْمَعُ أَن يَغْفِرَ لِي خَطِيئَتِي يَوْمَ الدِّينِ

 

dan Yang amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat” (QS. Asy Syu’ara: 82)

 

Ucapkanlah seperti yang diucapkan Musa ‘alaihis salam,

 

رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي فَاغْفِرْ لِي

 

Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri karena itu ampunilah aku” (QS. Al Qashash: 16)

 

Begitu pula ucapkanlah seperti yang diucapkan Dzun Nun (Yunus) ‘alaihis salam,

 

لَّا إِلَٰهَ إِلَّا أَنتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنتُ مِنَ الظَّالِمِينَ

 

Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim” (QS. Al Anbiya’: 87)

 

Kemudian beliau mengatakan, sesungguhnya puasa kita memerlukan istighfar yang memberi manfaat dan memerlukan amal shaleh yang memberi syafaat. Karena berapa banyak puasa kita yang terlubangi oleh panah dari lisan kita.

Al Hasan Al Bashri berkata, “Perbanyaklah istighfar karena kalian tidaklah tahu kapan waktu turunnya rahmat. Lukman pun pernah berkata pada anaknya, “Wahai anakkku, basahilah lisanmu dengan bacaan istighfar (permohonan ampun pada Allah) karena Allah SWT  telah memilih beberapa waktu yang do’a orang yang meminta tidak tertolak saat itu”.

 

Tulisan ini disampaikan sebagai cermin dan nasehat untuk diri saya pribadi dan kita semua. Di penghujung ramadhan ini, mari kita senantiasa bermuhasabah, beristighfar, memohon ampun kepada Allah SWT bukan hanya karena dosa dan kekurangan atas setiap ibadah yang kita lakukan, tetapi beristighfarlah karena terkadang kita merasa lebih baik dari orang lain.

 

Semoga di penghujung Ramadhan, kita mendapat banyak maghfirah atau ampunan dari Allah SWT. Dan semoga Allah SWT menerima setiap amalan kita di bulan Ramadhan dan mempertemukan kita kembali dengan bulan yang penuh barakah ini di tahun-tahun yang akan datang sampai kita menghadap Allah SWT dalam keadaan husnul khatimah aamiin yaarobbal 'aalamiin

 



Renungan di akhir Ramadhan (Amalan yang terlupakan di penghujung Ramadhan)  Renungan di akhir Ramadhan (Amalan yang terlupakan di penghujung Ramadhan) Reviewed by sangpencerah on April 29, 2022 Rating: 5

Tidak ada komentar: