Tafsir QS. Hud, ayat 15-16 Ibnu Katsir
مَنْ كَانَ يُرِيدُ
الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا
وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ (15) أُولَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي
الآخِرَةِ إِلا النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا
يَعْمَلُونَ (16)
Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia
dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka
di dunia dengan sempurna, dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah
orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat kecuali neraka, dan lenyaplah di
akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang
telah mereka kerjakan.
Sehubungan dengan ayat ini Al-Aufi telah
meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa sesungguhnya orang-orang yang suka riya
(pamer dalam amalnya), maka pahala mereka diberikan di dunia ini. Demikian itu
karena mereka tidak dianiaya barang sedikit pun. Ibnu Abbas mengatakan,
"Barang siapa yang beramal saleh untuk mencari keduniawian, seperti melakukan
puasa, atau shalat, atau bertahajud di malam hari, yang semuanya itu ia
kerjakan hanya semata-mata untuk mencari keduniawian, maka Allah berfirman,
'Aku akan memenuhi apa yang dicarinya di dunia, ini sebagai pembalasannya,
sedangkan amalnya yang ia kerjakan untuk mencari keduniawian itu digugurkan,
dan dia di akhirat nanti termasuk orang-orang yang merugi'."
Hal yang sama telah diriwayatkan dari Mujahid,
Ad-Dahhak, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang.
Anas ibnu Malik dan Al-Hasan mengatakan bahwa ayat
ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang Yahudi dan Nasrani.
Mujahid dan lain-lainnya mengatakan bahwa ayat
ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang yang suka riya.
Qatadah mengatakan, "Barang siapa yang dunia
merupakan niat, dambaan, dan buruannya, maka Allah membalas kebaikannya di
dunia ini. Dan bila ia datang ke akhirat, maka ia tidak lagi memiliki pahala
amal kebaikan yang akan diberikan kepadanya. Adapun orang mukmin, maka amal
kebaikannya dibalas di dunia ini, dan kelak di akhirat dia mendapat pahala dari
amalnya itu." Dalam hadis yang marfu’ telah disebutkan hal yang
semisal dengan ini.
Allah SWT. telah berfirman:
مَنْ كَانَ يُرِيدُ
الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ لِمَنْ نُرِيدُ ثُمَّ جَعَلْنَا
لَهُ جَهَنَّمَ يَصْلاهَا مَذْمُومًا مَدْحُورًا وَمَنْ أَرَادَ الآخِرَةَ وَسَعَى
لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ كَانَ سَعْيُهُمْ مَشْكُورًا كُلا
نُمِدُّ هَؤُلاءِ وَهَؤُلاءِ مِنْ عَطَاءِ رَبِّكَ وَمَا كَانَ عَطَاءُ رَبِّكَ
مَحْظُورًا انْظُرْ كَيْفَ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَلَلآخِرَةُ
أَكْبَرُ دَرَجَاتٍ وَأَكْبَرُ تَفْضِيلا
Barang siapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi),
maka Kami segerakan bagiannya di dunia itu apa yang Kami kehendaki bagi
orang yang Kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka Jahanam; ia akan
memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir. Dan barang siapa yang
menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh,
sedangkan ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya
dibatasi dengan baik Kepada masing-masing golongan —baik golongan ini
maupun golongan itu— Kami berikan bantuan dari kemurahan Tuhanmu. Dan
kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi. Perhatikanlah bagaimana Kami lebihkan
sebagian dari mereka atas sebagian (yang lain). Dan pasti kehidupan
akhirat lebih tinggi tingkatannya dan lebih besar keutamaannya. (Al-Isra:
18-21)
مَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ
الآخِرَةِ نزدْ لَهُ فِي حَرْثِهِ وَمَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الدُّنْيَا
نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَا لَهُ فِي الآخِرَةِ مِنْ نَصِيبٍ
Barang siapa yang menghendaki keuntungan di
akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya; dan barang siapa yang
menghendaki keuntungan di dunia, Kami berikan kepadanya sebagian dari
keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bagian pun di akhirat (Asy-Syura:
20)
Tidak ada komentar: