Ramadhan yang penuh berkah &
keutamaan telah berlalu. Semoga kita tidak termasuk orang² yang celaka karena
tidak mendapatkan pengampunan dari Allah Subhanahu wa ta’ala selama
bulan Ramadhan, sebagaimana dalam doa malaikat Jibril dan diamini Rasulullah :
Rasulullah hendak naik mimbar, ketika
menginjak tahap pertama, beliau berkata Aamiin,
tahap kedua berkata Aamiin dan
tahap ketiga juga berkata Aamiin. Sahabatpun
bertanya wahai Rasulullah kami mendengar engkau mengucapkan Aamiin 3 kali, ada
apa gerangan..? Rasulullah menjawab ketika aku melangkah tahap pertama Malaikat
Jibril berdoa : “Celakalah seorang hamba yang mendapati bulan Ramadhan
kemudian Ramadhan berlalu dalam keadaan dosa2nya belum diampuni.”,aku
menjawab Aamiin, Kemudian Jibril
berkata “Celaka seorang hamba yg
mendapatkan kedua orang tuanya atau salah satu diantaranya tapi tidak
membuatnya masuk surga”,akupun
berkata Aamiin, kemudian
Jibril berkata “Celaka seorang hamba yang
disebut namamu (Muhammad SAW) disisinya namun dia tidak bersholawat kepadamu”,
akupun berkata Aamiin (HR. Ahmad
[2/254], Al-Bukhari dalam al-Adabul mufrad No. 644, Ibnu Hibban No. 907 dan
al-Hakim [4/170]; dinyatakan sahih oleh Ibnu Hibban, al-Hakim, adz-Dzahabi dan
al-Albani)
Salah seorang ulama salaf berkata,
من
لم يغفر له في رمضان فلن يغفر له فيما سواه
“Barangsiapa
yang tidak diampuni dosa2 di bulan Ramadhan, maka tidak akan diampuni dosa² di
bulan² lainnya.”
(imam Ibnu Rajab-Kitab Latha-iful ma’aarif, hal. 297)
Oleh karena itu, mohonlah dengan sungguh²
kepada Allah Subhanahu wa ta’ala agar
menerima amal kebaikan kita di bulan penuh berkah ini & mengabulkan segala
permohonan ampunan kita.
Imam Mu’alla bin
al-Fadhl berkata,
كانوا يدعون الله تعالى ستة أشهر أن
يُبَلِّغُهم رمضان يدعونه ستة أشهر أن يتقبل منهم
“Dulunya (para salaf) berdoa kpd Allah
Subhanahu wa ta’ala (selama) 6 bulan agar Allah mempertemukan mereka dg bulan
Ramadhan, kemudian mereka berdoa (selama) 6 bulan (berikutnya) agar Allah SWT menerima
(amal² sholeh) mereka” (imam Ibnu Rajab al-Hambali-Kitab
Latha-iful ma’aarif, hal. 174)
Ramadhan yang Membekas
Sebagai renungan kita..: Apa yg membekas dalam diri kita….? kebaikan
apa yg ada pada diri kita setelah keluar dari madrasah Ramadhan.... ?
Apakah bekas² itu hilang seiring
berlalunya Ramadhan? Apakah amal² kebaikan yang biasa kita kerjakan di bulan
Ramadhan itu pudar setelah puasa
berakhir?
Jawabannya ada pada
kisah Imam Bisyr bin al-Harits al-Hafi pernah ditanya tentang orang² yg (hanya)
rajin & sungguh2 beribadah di bulan Ramadhan, maka beliau menjawab,
“Mereka adalah orang2 yang sangat buruk,
(karena) mereka tidak mengenal hak Allah kecuali hanya di bulan Ramadhan,
(hamba Allah) yang shaleh adalah orang yang rajin dan sungguh2 beribadah dalam
setahun penuh.”
(imam Ibnu Rajab al-Hambali - Kitab Latha-iful ma’aarif, hal. 313)
Hamba Allah Subhanahu wa ta’ala yang sejati, adalah yang selalu menjadi
hamba-Nya di setiap tempat & waktu, tidak hanya di waktu tertentu aja.
Imam asy-Syibli pernah ditanya, “Mana
yang lebih utama, bulan Rajab atau bulan Sya’ban.?” Maka beliau menjawab,
كن ربانيا ولا تكن شعبانيا
“Jadilah kamu seorang Rabbani (hamba Allah yang selalu
beribadah kepada-Allah di setiap waktu & tempat), dan janganlah kamu
menjadi seorang Sya’bani (orang yang hanya beribadah di bulan Sya’ban atau
bulan tertentu lainnya).”
(imam Ibnu Rajab al-Hambali-Kitab Latha-iful ma’aarif, hal. 313)
Kita sebagai seorang hamba sangat membutuhkan
dan mengharapkan rahmat Allah Subhanahu wa ta’ala di bulan Ramadhan,
bukankah kita juga tetap membutuhkan & mengharapkan rahmat-Nya di bulan²
lainnya..? Bukankah kita semua termasuk dlm firman-Nya,
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ
الْحَمِيدُ
“Hai manusia,
kalian semua butuh kepada (rahmat) Allah; dan Allah Dia-lah Yang Maha Kaya lagi
Maha Terpuji.” (QS. Faathir: 15)
Istiqamah
Inilah makna istiqamah yang sesungguhnya dan
inilah pertanda diterimanya amal shaleh seorang hamba. Imam Ibnu Rajab berkata,
“Sesungguhnya Allah jika Dia menerima amal (kebaikan) seorang hamba maka Dia
akan memberi taufik kepada hamba-Nya untuk lebih mudah beramal sholeh setelahnya”,
sebagaimana ucapan salah seorang dari mereka (ulama salaf):
ثواب
الحسنة الحسنة بعدها فمن عمل حسنة ثم أَتْبَعَها بَعدُ بحسنة كان ذلك علامة على
قبول الحسنة الأولى
Ganjaran perbuatan baik adalah (taufik
dari Allah Subhanahu wa ta’ala untuk melakukan) perbuatan baik setelahnya. Maka
barangsiapa yang mengerjakan amal kebaikan, lalu dia mengerjakan amal kebaikan
lagi setelahnya, maka itu merupakan pertanda diterimanya amal kebaikannya yang
pertama (oleh Allah Subhanahu wa ta’ala), sebagaimana barangsiapa yang
mengerjakan amal kebaikan, lalu dia mengerjakan perbuatan buruk (setelahnya),
maka itu merupakan pertanda tertolak dan tidak diterimanya amal kebaikan
tersebut.” (simak
Kitab Latha-iful ma’aarif , hal. 311)
Oleh
karena itulah, Allah Subhanahu wa ta’ala mensyariatkan puasa 6 hari di
bulan Syawwal, yang keutamannya sangat besar. Yaitu menjadikan puasa Ramadhan
dan puasa 6 hari di bulan Syawal pahalanya seperti puasa setahun penuh,
sebagaimana sabda Rasululah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
مَنْ
صَامَ رَمَضَانَ، ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتّا مِنْ شَوَّالٍ، كَان كَصِيَامِ الدَّهْر
“Barangsiapa yang berpuasa (di bulan) Ramadhan, kemudian dia
mengikutkannya dengan (puasa sunnah) enam hari di bulan Syawal, maka (dia akan
mendapatkan pahala) seperti puasa setahun penuh.” (HR. Muslim No. 1164)
Di
samping itu juga untuk tujuan memenuhi keinginan hamba-hamba-Nya yang sholeh
dan selalu rindu untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa ta’ala
dengan puasa dan ibadah-ibadah lainnya, karena mereka adalah orang-orang yang
merasa gembira dengan mengerjakan ibadah puasa. Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
لِلصَّائِمِ
فَرْحَتَانِ: فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ، وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ
“Orang yang berpuasa akan
merasakan dua kegembiraan (besar): kegembiraan ketika berbuka puasa dan
kegembiraan ketika dia bertemu Allah.” (HR. Al-Bukhari No. 1904 dan Muslim No.
1151)
Inilah bentuk amal kebaikan yang paling
dicintai oleh Allah Subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya, Shallallahu ‘alaihi
wa sallam.
Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
أَحَبَّ
الْأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالى أَدْوَمُها وَإِنْ قَلَّ
“Amal
(ibadah) yang paling dicintai Allah Subhanahu wa ta’ala adalah amal yang paling
terus-menerus dikerjakan meskipun sedikit.” (HR. Al-Bukhari No. 6465 dan Muslim No.
783)
Ummul
mu’minin ‘Aisyah Radhyallahi anha berkata, “Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam jika mengerjakan suatu amal (kebaikan) maka beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam akan merutinkannya.” (HR. Muslim No. 746)
Inilah
makna istiqomah setelah bulan Ramadhan. Inilah tanda diterimanya
amal-amal kebaikan kita di bulan yang berkah itu. Maka, silakan menilai diri
kita sendiri. Apakah kita termasuk orang2 yang beruntung & diterima amal
kebaikannya, atau malah sebaliknya. “Maka ambillah pelajaran (dari semua
ini), wahai orang-orang yg mempunyai akal sehat.” (QS al-Hasyr: 2)
(Ditulis kembali oleh Rahmat Rudiyanto dari kumpulan materi kajian Ust KH Yasin Suhaemi, Allahuma Yarham)
Tidak ada komentar: