Istiqamah Pasca Ramadhan

 Istiqamah Pasca Ramadhan
Oleh. Ust Rahmat Rudiyanto Anggota CMM



Ramadhan yang penuh berkah & keutamaan telah berlalu. Semoga kita tidak termasuk orang² yang celaka karena tidak mendapatkan pengampunan dari Allah Subhanahu wa ta’ala selama bulan Ramadhan, sebagaimana dalam doa malaikat Jibril dan diamini Rasulullah :


Rasulullah hendak naik mimbar, ketika menginjak tahap pertama, beliau berkata Aamiin, tahap kedua berkata Aamiin dan tahap ketiga juga berkata Aamiin. Sahabatpun bertanya wahai Rasulullah kami mendengar engkau mengucapkan Aamiin 3 kali, ada apa gerangan..? Rasulullah menjawab ketika aku melangkah tahap pertama Malaikat Jibril berdoa : “Celakalah seorang hamba yang mendapati bulan Ramadhan kemudian Ramadhan berlalu dalam keadaan dosa2nya belum diampuni.”,aku menjawab Aamiin, Kemudian Jibril berkata “Celaka seorang hamba yg mendapatkan kedua orang tuanya atau salah satu diantaranya tapi tidak membuatnya masuk surga”,akupun  berkata Aamiin, kemudian Jibril berkata “Celaka seorang hamba yang disebut namamu (Muhammad SAW) disisinya namun dia tidak bersholawat kepadamu”, akupun berkata Aamiin (HR. Ahmad [2/254], Al-Bukhari dalam al-Adabul mufrad No. 644, Ibnu Hibban No. 907 dan al-Hakim [4/170]; dinyatakan sahih oleh Ibnu Hibban, al-Hakim, adz-Dzahabi dan al-Albani)

 

Salah seorang ulama salaf berkata,

من لم يغفر له في رمضان فلن يغفر له فيما سواه


“Barangsiapa yang tidak diampuni dosa2 di bulan Ramadhan, maka tidak akan diampuni dosa² di bulan² lainnya.” (imam Ibnu Rajab-Kitab Latha-iful ma’aarif, hal. 297)

Oleh karena itu, mohonlah dengan sungguh² kepada Allah Subhanahu wa ta’ala agar menerima amal kebaikan kita di bulan penuh berkah ini & mengabulkan segala permohonan ampunan kita.

Imam Mu’alla bin al-Fadhl berkata,


كانوا يدعون الله تعالى ستة أشهر أن يُبَلِّغُهم رمضان يدعونه ستة أشهر أن يتقبل منهم


“Dulunya (para salaf) berdoa kpd Allah Subhanahu wa ta’ala (selama) 6 bulan agar Allah mempertemukan mereka dg bulan Ramadhan, kemudian mereka berdoa (selama) 6 bulan (berikutnya) agar Allah SWT menerima (amal² sholeh)  mereka” (imam Ibnu Rajab al-Hambali-Kitab Latha-iful ma’aarif, hal. 174)

 

Ramadhan yang Membekas

Sebagai renungan kita..:  Apa yg membekas dalam diri kita….? kebaikan apa yg ada pada diri kita setelah keluar dari madrasah Ramadhan.... ?

Apakah bekas² itu hilang seiring berlalunya Ramadhan? Apakah amal² kebaikan yang biasa kita kerjakan di bulan Ramadhan  itu pudar setelah puasa berakhir?

Jawabannya ada pada kisah Imam Bisyr bin al-Harits al-Hafi pernah ditanya tentang orang² yg (hanya) rajin & sungguh2 beribadah di bulan Ramadhan, maka beliau menjawab,

“Mereka adalah orang2 yang sangat buruk, (karena) mereka tidak mengenal hak Allah kecuali hanya di bulan Ramadhan, (hamba Allah) yang shaleh adalah orang yang rajin dan sungguh2 beribadah dalam setahun penuh.” (imam Ibnu Rajab al-Hambali - Kitab Latha-iful ma’aarif, hal. 313)

 

Hamba Allah Subhanahu wa ta’ala yang sejati, adalah yang selalu menjadi hamba-Nya di setiap tempat & waktu, tidak hanya di waktu tertentu aja.

 

Imam asy-Syibli pernah ditanya, “Mana yang lebih utama, bulan Rajab atau bulan Sya’ban.?” Maka beliau menjawab,


كن ربانيا ولا تكن شعبانيا


“Jadilah kamu seorang Rabbani (hamba Allah yang selalu beribadah kepada-Allah di setiap waktu & tempat), dan janganlah kamu menjadi seorang Sya’bani (orang yang hanya beribadah di bulan Sya’ban atau bulan tertentu lainnya).” (imam Ibnu Rajab al-Hambali-Kitab Latha-iful ma’aarif, hal. 313)

 

Kita sebagai seorang hamba sangat membutuhkan dan mengharapkan rahmat Allah Subhanahu wa ta’ala di bulan Ramadhan, bukankah kita juga tetap membutuhkan & mengharapkan rahmat-Nya di bulan² lainnya..? Bukankah kita semua termasuk dlm firman-Nya,


يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ


“Hai manusia, kalian semua butuh kepada (rahmat) Allah; dan Allah Dia-lah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS. Faathir: 15)


Istiqamah

Inilah makna istiqamah yang sesungguhnya dan inilah pertanda diterimanya amal shaleh seorang hamba. Imam Ibnu Rajab berkata, “Sesungguhnya Allah jika Dia menerima amal (kebaikan) seorang hamba maka Dia akan memberi taufik kepada hamba-Nya untuk lebih mudah beramal sholeh setelahnya”, sebagaimana ucapan salah seorang dari mereka (ulama salaf):


ثواب الحسنة الحسنة بعدها فمن عمل حسنة ثم أَتْبَعَها بَعدُ بحسنة كان ذلك علامة على قبول الحسنة الأولى


Ganjaran perbuatan baik adalah (taufik dari Allah Subhanahu wa ta’ala untuk melakukan) perbuatan baik setelahnya. Maka barangsiapa yang mengerjakan amal kebaikan, lalu dia mengerjakan amal kebaikan lagi setelahnya, maka itu merupakan pertanda diterimanya amal kebaikannya yang pertama (oleh Allah Subhanahu wa ta’ala), sebagaimana barangsiapa yang mengerjakan amal kebaikan, lalu dia mengerjakan perbuatan buruk (setelahnya), maka itu merupakan pertanda tertolak dan tidak diterimanya amal kebaikan tersebut.” (simak Kitab Latha-iful ma’aarif , hal. 311)

Oleh karena itulah, Allah Subhanahu wa ta’ala mensyariatkan puasa 6 hari di bulan Syawwal, yang keutamannya sangat besar. Yaitu menjadikan puasa Ramadhan dan puasa 6 hari di bulan Syawal pahalanya seperti puasa setahun penuh, sebagaimana sabda Rasululah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.


مَنْ صَامَ رَمَضَانَ، ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتّا مِنْ شَوَّالٍ، كَان كَصِيَامِ الدَّهْر


“Barangsiapa yang berpuasa (di bulan) Ramadhan, kemudian dia mengikutkannya dengan (puasa sunnah) enam hari di bulan Syawal, maka (dia akan mendapatkan pahala) seperti puasa setahun penuh.” (HR. Muslim No. 1164)


Di samping itu juga untuk tujuan memenuhi keinginan hamba-hamba-Nya yang sholeh dan selalu rindu untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dengan puasa dan ibadah-ibadah lainnya, karena mereka adalah orang-orang yang merasa gembira dengan mengerjakan ibadah puasa. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ: فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ، وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ


“Orang yang berpuasa akan merasakan dua kegembiraan (besar): kegembiraan ketika berbuka puasa dan kegembiraan ketika dia bertemu Allah.” (HR. Al-Bukhari No. 1904 dan Muslim No. 1151)


Inilah bentuk amal kebaikan yang paling dicintai oleh Allah Subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya, Shallallahu ‘alaihi wa sallam.


Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


أَحَبَّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالى أَدْوَمُها وَإِنْ قَلَّ


“Amal (ibadah) yang paling dicintai Allah Subhanahu wa ta’ala adalah amal yang paling terus-menerus dikerjakan meskipun sedikit.” (HR. Al-Bukhari No. 6465 dan Muslim No. 783)


Ummul mu’minin ‘Aisyah Radhyallahi anha berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam jika mengerjakan suatu amal (kebaikan) maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam akan merutinkannya.” (HR. Muslim No. 746)

Inilah makna istiqomah setelah bulan Ramadhan. Inilah tanda diterimanya amal-amal kebaikan kita di bulan yang berkah itu. Maka, silakan menilai diri kita sendiri. Apakah kita termasuk orang2 yang beruntung & diterima amal kebaikannya, atau malah sebaliknya. “Maka ambillah pelajaran (dari semua ini), wahai orang-orang yg mempunyai akal sehat.” (QS al-Hasyr: 2) 

(Ditulis kembali oleh Rahmat Rudiyanto dari kumpulan materi kajian Ust KH Yasin Suhaemi, Allahuma Yarham)Bottom of Form




 

Istiqamah Pasca Ramadhan Istiqamah Pasca Ramadhan Reviewed by sangpencerah on Mei 11, 2022 Rating: 5

Tidak ada komentar: