Adakah sebutan bagi orang tua yang kehilangan anaknya?

 Adakah sebutan bagi orang tua yang kehilangan anaknya?
Oleh: Angga Adi Prasetya
Alumni (Sekolah Kader Mubaligh Muhammadiyah 4) "SKMM 4"


 
 

Beberapa pekan ini ramai berita yang memilukan dari berbagai media sosial, media cetak hingga media elektronik, tentang  orang tua yang kehilangan anaknya, tenggelam di sungai dan dinyatakan meninggal dunia.

 

Sungguh menyedihkan ketika orang tua harus kehilangan anaknya yang ia sayangi. Sesungguhnya air mata yang berderai dan hatipun berduka cita menerima kenyataan pahit harus kehilangan anaknya.

Kita sebut duda bagi yang kehilangan istrinya, kita sebut janda bagi yang kehilangan suaminya, kita sebut yatim bagi yang kehilangan ayahnya, kita sebut piatu bagi yang kehilangan ibunya. Lalu apa sebutan bagi mereka yang kehilangan anaknya?  TIDAK ADA.

Sedemikian hancurnya orang tua yang kehilangan anaknya, hingga tidak ada lagi kata-kata yang harus disematkan bagi mereka yang kehilangan anaknya.

Seburuk- buruknya perlakuan orang tua kepada

 

kita, percayalah, mereka benar- benar menderita kehilangan anaknya, hatinya hancur, air mata yang terus berderai hingga kering, dan pada akhirnya mereka hanya bisa memberikan doa- doa terbaik yang dilangitkan kepada Allah Azza Wa Jalla.

Di masa banyaknya anak mengeluhkan orang tuanya bahkan menghina orang tuanya baik di media sosial ataupun di dunia nyata ini, masih banyak orang tua yang 'berbakti' kepada anaknya. Tak pernah ingin anaknya tahu bahwa mereka sedang susah, bahkan mereka akan memberikan yang terbaik untuk anaknya.

Lalu, sudahkah kita membahagiakan mereka?  Berbakti kepada mereka?

 Allah Ta’ala  memerintahkan kepada kita agar berbakti kepada orang tua kita,

 

 

وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا

 

“Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.” (QS. Al-Isra’: 23)

 

Dalam beberapa ayat yang lain, Allah SWT selalu menggandengkan amalan berbakti pada orang tua dengan mentauhidkan-Nya dan larangan berbuat syirik. Di antaranya disebutkan dalam ayat,

 

قُلْ تَعَالَوْا أَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ أَلَّا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا

 

“Katakanlah: “Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Rabbmu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapak.” (QS. Al-An’am: 151)

 

Banyak sekali cara berbakti kepada kedua orang tua, diantaranya adalah:

 

1. Menampilkan akhlak mulia, baik dalam perkataan dan perbuatan di hadapan mereka.

 

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata,

 

 

جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- يَسْتَأْذِنُهُ فِى الْجِهَادِ فَقَالَ : أَحَىٌّ وَالِدَاكَ : قَالَ نَعَمْ. قَالَ : فَفِيهِمَا فَجَاهِدْ  

 

“Ada seseorang yang mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia ingin meminta izin untuk berjihad. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bertanya, ‘Apakah kedua orangtuamu masih hidup?’ Ia jawab, ‘Iya masih.’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, ‘Berjihadlah (dengan berbakti kepada keduanya).’” (HR. Muslim, no. 2549)

 

Dalam riwayat Muslim lainnya disebutkan,

 

فَارْجِعْ إِلَى وَالِدَيْكَ فَأَحْسِنْ صُحْبَتَهُمَا

 

“Kembalilah kepada kedua orang tuamu, berbuat baiklah kepada keduanya.” (HR. Muslim, no. 2549

 

2. Jagalah kehormatan orang tua kita.

Dari Abdullah bin Umar radhiallahu’anhuma, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

 

إِنَّ اللَّهَ حَرَّمَ عَلَيْكُمْ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ وَأَعْرَاضَكُمْ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا ، فِي شَهْرِكُمْ هَذَا، فِي بَلَدِكُمْ هَذَا

 

 

“sesungguhnya Allah telah mengharamkan atas sesama kalian darah kalian (untuk ditumpakan) dan harta kalian (untuk dirampas) dan kehormatan (untuk dirusak). Sebagaimana haramnya hari ini, haramnya bulan ini dan haramnya negeri ini” (HR. Bukhari 6043).

 

Berbuat baik kepada orang tua bukan hanya terfokus pada sesuatu yang bersentuhan langsung dengan keduanya seperti memenuhi kebutuhannya, tetapi menjaga kehormatannya dengan melakukan perbuatan memberi manfaat dan mendatangkan nilai positif di tengah-tengah masyarakat/umat adalah bentuk berbakti kepada orang tua. Sebaliknya ketika kita melakukan perbuatan yang menimbulkan kerusakan, kekacauan dan maksiat yang menimbulkan kegaduhan di tengah- tengah umat maka sama artinya kita mendurhakai mereka karena perbuatan itu pasti dinisbatkan kepada orang tuanya, sehingga termasuk bentuk tidak menjaga kehormatannya.

 

 

3. Membahagiakannya keduanya ketika mereka telah tiada.

 

Ketika orang tua sudah tiada maka kita tetap diwajibkan untuk membahagiakan mereka, dengan banyak mendoakan, dan memohonkan ampun kepada Allah untuk mereka.

Dari Abu Usaid Malik bin Rabi’ah As-Sa’idi, ia berkata,

 

بَيْنَا نَحْنُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا جَاءَهُ رَجُلٌ مِنْ بَنِى سَلِمَةَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلْ بَقِىَ مِنْ بِرِّ أَبَوَىَّ شَىْءٌ أَبَرُّهُمَا بِهِ بَعْدَ مَوْتِهِمَا قَالَ  نَعَمِ الصَّلاَةُ عَلَيْهِمَا وَالاِسْتِغْفَارُ لَهُمَا وَإِنْفَاذُ عَهْدِهِمَا مِنْ بَعْدِهِمَا وَصِلَةُ الرَّحِمِ الَّتِى لاَ تُوصَلُ إِلاَّ بِهِمَا وَإِكْرَامُ صَدِيقِهِمَا.

 

“Suatu saat kami pernah berada di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika itu datang seseorang dari Bani Salimah, ia berkata, “Wahai Rasulullah, apakah masih ada bentuk berbakti kepada kedua orang tuaku ketika mereka telah meninggal dunia?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Iya

 

(masih tetap ada bentuk berbakti pada keduanya, pen.). (Bentuknya adalah) mendoakan keduanya, meminta ampun untuk keduanya, memenuhi janji mereka setelah meninggal dunia, menjalin hubungan silaturahim (kekerabatan) dengan keluarga kedua orang tua yang tidak pernah terjalin dan memuliakan teman dekat keduanya.” (HR. Abu Daud, no. 5142 dan Ibnu Majah, no. 3664. Hadits ini dishahihkan oleh Ibnu Hibban, Al-Hakim, juga disetujui oleh Imam Adz-Dzahabi. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan.)

 

Mari kita senantiasa berbakti kepada kedua orang tua kita, karena setiap keringat ayah yang dikeluarkan dari badannya, air mata ibu yang senantiasa menetes di setiap ia bermunajat kepada Allah SWT, doa terbaik selalu mereka panjatkan kepada Allah SWT untuk anaknya, tidak lain adalah agar anaknya menjadi anak yang sukses dunia akhirat. Sebelum terlambat, mari kita bahagiakan mereka, jangan jadikan diri kita sebagai anak yang durhaka dan tidak memberi  manfaat bagi keduanya baik di dunia maupun di akhirat.

Semoga kita menjadi anak yang berbakti pada orang tua kita.  Dan doa bagi seluruh orang tua yang senantiasa menyayangi dan berusaha memberikan terbaik kepada anaknya, semoga Allah senantiasa mengampuni dosa-dosanya, menjaga dan menaungi keberkahan.

 

 

رَبَّنَا اغْفِرْ لِيْ وَلـِوَا لِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ يَوْمَ يَقُوْمُ الْحِسَا بُ

 

robbanaghfir lii wa liwaalidayya wa lil-mu-miniina yauma yaquumul-hisaab

"Ya Tuhan kami, ampunilah aku dan kedua ibu-bapakku dan semua orang yang beriman pada hari diadakan perhitungan (hari Kiamat)." (QS. Ibrahim 14: Ayat 41)

 


  ..

Adakah sebutan bagi orang tua yang kehilangan anaknya?  Adakah sebutan bagi orang tua yang kehilangan anaknya? Reviewed by sangpencerah on Juni 28, 2022 Rating: 5

Tidak ada komentar: