Beberapa pekan
ini ramai berita yang memilukan dari berbagai media sosial, media cetak hingga
media elektronik, tentang orang tua yang
kehilangan anaknya, tenggelam di sungai dan dinyatakan meninggal dunia.
Sungguh
menyedihkan ketika orang tua harus kehilangan anaknya yang ia sayangi.
Sesungguhnya air mata yang berderai dan hatipun berduka cita menerima kenyataan
pahit harus kehilangan anaknya.
Kita sebut duda
bagi yang kehilangan istrinya, kita sebut janda bagi yang kehilangan suaminya,
kita sebut yatim bagi yang kehilangan ayahnya, kita sebut piatu bagi yang
kehilangan ibunya. Lalu apa sebutan bagi mereka yang kehilangan anaknya? TIDAK ADA.
Sedemikian
hancurnya orang tua yang kehilangan anaknya, hingga tidak ada lagi kata-kata
yang harus disematkan bagi mereka yang kehilangan anaknya.
Seburuk-
buruknya perlakuan orang tua kepada
kita,
percayalah, mereka benar- benar menderita kehilangan anaknya, hatinya hancur,
air mata yang terus berderai hingga kering, dan pada akhirnya mereka hanya bisa
memberikan doa- doa terbaik yang dilangitkan kepada Allah Azza Wa Jalla.
Di masa
banyaknya anak mengeluhkan orang tuanya bahkan menghina orang tuanya baik di
media sosial ataupun di dunia nyata ini, masih banyak orang tua yang 'berbakti'
kepada anaknya. Tak pernah ingin anaknya tahu bahwa mereka sedang susah, bahkan
mereka akan memberikan yang terbaik untuk anaknya.
Lalu, sudahkah
kita membahagiakan mereka? Berbakti
kepada mereka?
Allah Ta’ala
memerintahkan kepada kita agar berbakti kepada orang tua kita,
وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا
إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
“Dan
Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.” (QS.
Al-Isra’: 23)
Dalam beberapa
ayat yang lain, Allah SWT selalu menggandengkan amalan berbakti pada orang tua
dengan mentauhidkan-Nya dan larangan berbuat syirik. Di antaranya disebutkan
dalam ayat,
قُلْ تَعَالَوْا أَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ
عَلَيْكُمْ أَلَّا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
“Katakanlah:
“Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Rabbmu yaitu: janganlah
kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang
ibu bapak.”
(QS. Al-An’am: 151)
Banyak sekali
cara berbakti kepada kedua orang tua, diantaranya adalah:
1.
Menampilkan akhlak mulia, baik dalam perkataan dan perbuatan di hadapan mereka.
Dari ‘Abdullah
bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata,
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِىِّ -صلى
الله عليه وسلم- يَسْتَأْذِنُهُ فِى الْجِهَادِ فَقَالَ : أَحَىٌّ وَالِدَاكَ :
قَالَ نَعَمْ. قَالَ : فَفِيهِمَا فَجَاهِدْ
“Ada seseorang
yang mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia ingin meminta izin untuk
berjihad. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bertanya, ‘Apakah kedua
orangtuamu masih hidup?’ Ia jawab, ‘Iya masih.’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam pun bersabda, ‘Berjihadlah (dengan berbakti kepada keduanya).’” (HR. Muslim,
no. 2549)
Dalam riwayat
Muslim lainnya disebutkan,
فَارْجِعْ إِلَى وَالِدَيْكَ فَأَحْسِنْ
صُحْبَتَهُمَا
“Kembalilah
kepada kedua orang tuamu, berbuat baiklah kepada keduanya.” (HR. Muslim,
no. 2549
2.
Jagalah kehormatan orang tua kita.
Dari Abdullah
bin Umar radhiallahu’anhuma, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
إِنَّ اللَّهَ حَرَّمَ عَلَيْكُمْ دِمَاءَكُمْ
وَأَمْوَالَكُمْ وَأَعْرَاضَكُمْ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا ، فِي شَهْرِكُمْ
هَذَا، فِي بَلَدِكُمْ هَذَا
“sesungguhnya
Allah telah mengharamkan atas sesama kalian darah kalian (untuk ditumpakan) dan
harta kalian (untuk dirampas) dan kehormatan (untuk dirusak). Sebagaimana
haramnya hari ini, haramnya bulan ini dan haramnya negeri ini” (HR. Bukhari
6043).
Berbuat baik
kepada orang tua bukan hanya terfokus pada sesuatu yang bersentuhan langsung
dengan keduanya seperti memenuhi kebutuhannya, tetapi menjaga kehormatannya
dengan melakukan perbuatan memberi manfaat dan mendatangkan nilai positif di
tengah-tengah masyarakat/umat adalah bentuk berbakti kepada orang tua.
Sebaliknya ketika kita melakukan perbuatan yang menimbulkan kerusakan,
kekacauan dan maksiat yang menimbulkan kegaduhan di tengah- tengah umat maka
sama artinya kita mendurhakai mereka karena perbuatan itu pasti dinisbatkan
kepada orang tuanya, sehingga termasuk bentuk tidak menjaga kehormatannya.
3.
Membahagiakannya keduanya ketika mereka telah tiada.
Ketika orang
tua sudah tiada maka kita tetap diwajibkan untuk membahagiakan mereka, dengan
banyak mendoakan, dan memohonkan ampun kepada Allah untuk mereka.
Dari Abu Usaid
Malik bin Rabi’ah As-Sa’idi, ia berkata,
بَيْنَا نَحْنُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى
الله عليه وسلم- إِذَا جَاءَهُ رَجُلٌ مِنْ بَنِى سَلِمَةَ فَقَالَ يَا رَسُولَ
اللَّهِ هَلْ بَقِىَ مِنْ بِرِّ أَبَوَىَّ شَىْءٌ أَبَرُّهُمَا بِهِ بَعْدَ
مَوْتِهِمَا قَالَ نَعَمِ الصَّلاَةُ
عَلَيْهِمَا وَالاِسْتِغْفَارُ لَهُمَا وَإِنْفَاذُ عَهْدِهِمَا مِنْ بَعْدِهِمَا
وَصِلَةُ الرَّحِمِ الَّتِى لاَ تُوصَلُ إِلاَّ بِهِمَا وَإِكْرَامُ صَدِيقِهِمَا.
“Suatu
saat kami pernah berada di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ketika itu datang seseorang dari Bani Salimah, ia berkata, “Wahai Rasulullah,
apakah masih ada bentuk berbakti kepada kedua orang tuaku ketika mereka telah
meninggal dunia?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Iya
(masih tetap
ada bentuk berbakti pada keduanya, pen.). (Bentuknya adalah) mendoakan
keduanya, meminta ampun untuk keduanya, memenuhi janji mereka setelah meninggal
dunia, menjalin hubungan silaturahim (kekerabatan) dengan keluarga kedua orang
tua yang tidak pernah terjalin dan memuliakan teman dekat keduanya.” (HR. Abu
Daud, no. 5142 dan Ibnu Majah, no. 3664. Hadits ini dishahihkan oleh Ibnu
Hibban, Al-Hakim, juga disetujui oleh Imam Adz-Dzahabi. Al-Hafizh Abu Thahir
mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan.)
Mari kita
senantiasa berbakti kepada kedua orang tua kita, karena setiap keringat ayah
yang dikeluarkan dari badannya, air mata ibu yang senantiasa menetes di setiap
ia bermunajat kepada Allah SWT, doa terbaik selalu mereka panjatkan kepada
Allah SWT untuk anaknya, tidak lain adalah agar anaknya menjadi anak yang
sukses dunia akhirat. Sebelum terlambat, mari kita bahagiakan mereka, jangan
jadikan diri kita sebagai anak yang durhaka dan tidak memberi manfaat bagi keduanya baik di dunia maupun di
akhirat.
Semoga kita
menjadi anak yang berbakti pada orang tua kita.
Dan doa bagi seluruh orang tua yang senantiasa menyayangi dan berusaha
memberikan terbaik kepada anaknya, semoga Allah senantiasa mengampuni dosa-dosanya,
menjaga dan menaungi keberkahan.
رَبَّنَا اغْفِرْ لِيْ وَلـِوَا لِدَيَّ
وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ يَوْمَ يَقُوْمُ الْحِسَا بُ
robbanaghfir
lii wa liwaalidayya wa lil-mu-miniina yauma yaquumul-hisaab
"Ya Tuhan
kami, ampunilah aku dan kedua ibu-bapakku dan semua orang yang beriman pada
hari diadakan perhitungan (hari Kiamat)." (QS. Ibrahim 14: Ayat 41)
..
Tidak ada komentar: