Ahmad Afwan Yazid, M.Pd
(Anggota CMM dan Guru SD Muhammadiyah 4 Kota Malang)
Salah satu
nikmat terbesar yang akan membantu manusia untuk meniti tebing terjal kehidupan
adalah taubat dan istighfar. Kedua hal tersebut bukan dilakukan setiap tahun
baru maupun bulan yang terakhir, tidak hanya dibaca seusai shalat namun taubat
dan istighfar sangat baik, jika dilakukan kapan saja dan di mana saja.
Bertaubat
jangan menunggu menumpuk dosa, dan jangan pula sepelekan dosa-dosa kecil yang
nantinya bisa menggunung. Karena belum tentu ketika kita melakukan dosa,
beberapa detik setelahnya, bebarapa menit bahkan beberapa jam setelahnya kita
masih diberi kesempatan oleh Allah SWT untuk bertaubat.
Perihal
Taubat dan Istighfar, nabi Muhammad SAW sendiri sudah mencontohkan kepada kita
semua dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari:
وعَنْ أبي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ
:وَاللَّهِ إِنِّي لَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ فِي اليَوْمِ
أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِينَ مَرَّةً
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu beliau berkata: Aku telah
mendengar Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Demi Allâh aku
sungguh beristighfar dan bertaubat kepada Allâh setiap harinya lebih dari tujuh
puluh kali. [HR. Al-Bukhari 6307]
Rasulullah SAW
senantiasa membasahi bibirnya dengan dzikir, dengan beristighfar kepada Allah SWT.
Padahal sosok nabi adalah sosok yang ma’sum (terjaga dari perbuatan dosa), dan
beliau nabi Muhammad SAW masih terus memohon ampun untuk dirinya, karena saking
khawatirnya akan terjerumus ke dalam hal-hal yang berbau maksiat.
عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ قَامَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى أَصْبَحَ يَتْلُو آيَةً
وَاحِدَةً مِنْ كِتَابِ اللَّهِ بِهَا يَرْكَعُ وَبِهَا يَسْجُدُ وَبِهَا يَدْعُو
إِنْ تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ وَإِنْ تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ
أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيْمِ
Beliau (Abu
Dzar) RA mengatakan "Aku mendengar Nabi SAW satu malam dalam shalatnya,
beliau membaca dan mengulang-ulang firman Allah di setiap ruku dan sujudnya.
"Jika engkau mengazab mereka, sesungguhnya mereka adalah hamba-Mu. Dan
jika Engkau mengampuni mereka, sesungguhnya memang Engkau maha pengampun lagi
maha bijaksana." (Tuhfatul ahwadi syarah jaami At Tirmidzi 448)
Dikisahkan
dalam Tafsir al-Qurthubi, bahwa suatu hari ada orang yang mengadu kepada
Al-Hasan al-Bashri tentang lamanya paceklik, maka beliau pun berkata,
“Beristighfarlah kepada Allah.” Kemudian datang lagi orang yang mengadu tentang
kemiskinan, beliau pun memberi solusi, “Beristighfarlah kepada Allah.” Terakhir
ada yang meminta agar didoakan punya anak, al-Hasan menimpali, “Beristighfarlah
kepada Allah.”
Ar-Rabi’
bin Shabih salah satu murid beliau yang kebetulan hadir di situ bertanya,
“Kenapa engkau menyuruh mereka semua untuk beristighfar?” Maka al-Hasan
al-Bashri pun menjawab, “Aku tidak mengatakan hal itu dari diriku sendiri.
Namun sungguh Allah telah berfirman dalam surat Nuh, maka dengan tersenyum
beliau mengatakan: “Jawabanku itu bukan atas kemauanku sendiri tetapi firman
Allah”, lalu Hasan al-Basri membacakan surat Nuh ayat 10-13.
فَقُلْتُ
اسْتَغْفِرُوْا رَبَّكُمْ اِنَّهٗ كَانَ غَفَّارًاۙ يُّرْسِلِ السَّمَاۤءَ
عَلَيْكُمْ مِّدْرَارًاۙ وَّيُمْدِدْكُمْ بِاَمْوَالٍ وَّبَنِيْنَ وَيَجْعَلْ
لَّكُمْ جَنّٰتٍ وَّيَجْعَلْ لَّكُمْ اَنْهٰرًاۗ مَا لَكُمْ لَا تَرْجُوْنَ
لِلّٰهِ وَقَارًاۚ
“Maka aku katakan kepada mereka: “Mohonlah ampun kepada Tuhanmu,
sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan
kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan
untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.
Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah?” (Qs Nuh: 10-13).
Di sisi
lain Buya Hamka yang terkenal dengan tafsirnya Al-Azhar, memberi komentar
tentang ayat ini, bahwa ampunan Tuhan adalah cahaya hidup, jika Tuhan memberi
ampunan, segala pekerjaan menjadi mudah, dada pun lapang dan hidup akan terang
benderang. Bagaimana dengan kita telah beristighfar atau banyak keluhan?
Tidak perlu
banyak mengeluh, karena setiap ujian yang Allah SWT turunkan sejatinya untuk
menguji tingkat keimanan kita, dan Allah tidak akan membebani hamba-Nya
melebihi kemampuan hamba-Nya.
Potret
keutamaan istighfar dapat kita jumpai dalam kisah Umar bin Khatab r.a. Pada
masa kepemimpinannya, kaum muslimin ditimpa kekeringan dan masa paceklik.
Beliau keluar ke tanah lapang kemudian beristighfar, dan hal itu diketahui oleh
orang banyak. Mereka heran dan bertanya, “wahai amirul mukminin, kenapa kami
tidak melihatmu meminta hujan?”
Lantas
beliau menjawab, “Sungguh aku telah meminta hujan dengan kemuliaan langit
yang dengannya hujan turun!”, sambil melantunkan ayat al-Qur’an surat Nuh
ayat 10-12 yang tadi kita simak bersama.
Qadarullah
wa subhanallah wallahu akbar!
Apa yang
diminta dan diharapkan oleh mereka menjadi kenyataan.
Terkadang
manusia memang benar-benar lupa, karena mereka sedang tertutup dan disibukkan
mengumpulkan harta benda melalui berbagai macam aktivitas dalam kehidupan,
sehingga apa yang dilakukan pada hakekatnya hanya berdasarkan keuntungan serta
berhasilnya apa yang apa yang menjadi cita-cita. Namun jarang sekali berpikir
sebab terjadinya bencana, banjir, kebakaran hutan yang menimbulkan kabut asap,
tanah longsor, kemarau panjang dan sebagainya. Allah Subhaanahu wa Ta’ala
berfirman:
قُلْ يٰعِبَادِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ لَا
تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ
جَمِيْعًا ۗ اِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ. وَاَنِيْبُوْٓا اِلٰى
رَبِّكُمْ وَاَسْلِمُوْا لَهٗ مِنْ قَبْلِ اَنْ يَّأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ
لَا تُنْصَرُوْنَ
“Katakanlah kepada hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap
diri-diri mereka, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya
Allah mengampuni semua dosa, sesungguhnya Dialah Zat Yang Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang. Maka kembalilah kepada Tuhanmu dan berserah dirilah kepada-Nya
sebelum datangnya azab kemudian kalian tidak dapat lagi mendapatkan
pertolongan,” (Qs Az Zumar: 53-54).
Istighfar
selain meminta ampun juga sebagai permohonan agar kita tidak ditimpa malapetaka
keburukan hidup, dan hal-hal yang membawa kita menderita akibat perbuatan dosa
yang kita lakukan.
Istighfar
merupakan kesadaran mengakui kesalahan, kekurangan dan merasa belum baik.
Karena itu tidak heranlah, jika Nabi Muhammad SAW mengajarkan kepada kita agar
membaca istighfar tiga kali.Bahkan beliau beristighfar sehari-semalam tidak
kurang dari seratus kali. Berapa kali kita istighfar?
Istighfar
tidak hanya dilakukan setelah shalat, pada akhir tahun atau mengawali tahun baru.
Namun, seharusnya istighfar dilakukan setiap saat, agar kesadaran mengakui
kesalahan akan terpatri dalam diri.
Hadits dari
Ibnu Abbas radhiallahu’anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda:
مَنْ لَزِمَ
اْلاِسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللهُ لَهُ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا وَمِنْ كُلِّ
ضَيِّقٍ مَخْرَجًا وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَايَحْتَسِبُ
“Barangsiapa senantiasa beristighfar, niscaya Allah menjadikan
untuk setiap kesedihannya kelapangan dan untuk setiap kesempitannya jalan
keluar, dan akan diberi-Nya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangka.” (HR Abu
Daud 1518, Ibnu Majah 3819)
Akhirnya,
mari basahi lisan kita dengan berdzikir memohon ampunan dan ridho dari Allah SWT.
Jangan menunggu dosa menumpuk, sempatkan di setiap hembus nafas kita untuk
memuji dan berdoa memohon kebaikan untuk diri kita, memohon di akhirkan dengan
husnul khatimah. Aamiin!
Tidak ada komentar: