Tafsir QS. Al-Hajj, ayat 60-62 Ibnu Katsir
ذَلِكَ وَمَنْ عَاقَبَ بِمِثْلِ مَا عُوقِبَ بِهِ
ثُمَّ بُغِيَ عَلَيْهِ لَيَنْصُرَنَّهُ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَعَفُوٌّ غَفُورٌ
(60) ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ يُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَيُولِجُ
النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَأَنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ (61) ذَلِكَ بِأَنَّ
اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ هُوَ الْبَاطِلُ
وَأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ (62)
Demikianlah, barang siapa membalas seimbang
dengan penganiayaan yang pernah ia derita, kemudian ia dianiaya (lagi), pasti
Allah akan menolongnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pemaaf lagi Maha
Pengampun. Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah (kuasa) memasukkan
malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan bahwa Allah Maha
Mendengar lagi Maha Melihat. (Kuasa Allah) yang demikian itu adalah
karena sesungguhnya Allah, Dialah (Tuhan) Yang Hak dan sesungguhnya apa
saja yang mereka seru selain dari Allah, itulah yang batil; dan sesungguhnya
Allah, Dialah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar.
Firman Allah SWT.:
ذَلِكَ وَمَنْ عَاقَبَ بِمِثْلِ مَا عُوقِبَ بِهِ
ثُمَّ بُغِيَ عَلَيْهِ لَيَنْصُرَنَّهُ اللَّهُ
Demikianlah, dan barang siapa membalas seimbang
dengan penganiayaan yang pernah ia derita. (Al-Hajj: 60), hingga akhir ayat
Muqatil ibnu Hayyan dan Ibnu Jarir menyebutkan
bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan sariyyah (pasukan khusus)
yang terdiri atas kalangan sahabat. Mereka berhadapan dengan sejumlah pasukan
kaum musyrik di bulan Muharam .
Kemudian kaum muslim menyerukan kepada mereka untuk tidak mengadakan peperangan
dalam bulan haram itu, tetapi kaum musyrik menolak dan tetap bersikeras untuk
berperang, bahkan kaum musyrik bersikap kelewat batas terhadap kaum muslim.
Maka kaum muslim terpaksa melayani perang mereka, dan Allah memberikan
kemenangan kepada kaum muslim.
إِنَّ اللَّهَ لَعَفُوٌّ غَفُورٌ
Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pemaaf lagi
Maha Pengampun. (Al-Hajj: 60)
ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ يُولِجُ اللَّيْلَ فِي
النَّهَارِ وَيُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ
Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya
Allah (kuasa) memasukkan malam ke dalam siang dan
memasukkan siang ke dalam malam.
Allah SWT. berfirman, mengingatkan (manusia)
bahwa Dialah Yang Maha Pencipta lagi Yang Mengatur makhluk menurut apa yang Dia
kehendaki. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui
firman-Nya:
قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي
الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنزعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ
تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ
قَدِيرٌ. تُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَتُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ
وَتُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَتُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ
وَتَرْزُقُ مَنْ تَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Katakanlah, "Wahai Tuhan Yang mempunyai
kerajaan, Engkau beri kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau
cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau
kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah
segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu. Engkau
masukkan malam ke dalam siang, dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau
keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang
hidup. Dan engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab." (Ali
Imran: 26-27)
Pengertian memasukkan malam ke dalam siang dan
memasukkan siang ke dalam malam ialah mengambil dari waktu yang satu, lalu
diberikan kepada yang lainnya, begitu pula sebaliknya. Terkadang malam lebih
panjang daripada siang hari, seperti yang terjadi di musim dingin; terkadang
siang; lebih panjang daripada malam hari, seperti yang terjadi dalam musim
panas.
Firman Allah SWT.:
وَأَنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ
dan bahwa Allah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat. (Al-Hajj: 61)
Yaitu Maha Mendengar semua ucapan
hamba-hamba-Nya, lagi Maha Melihat keadaan mereka. Tiada sesuatu pun dari
urusan mereka yang tersembunyi bagi Allah, baik semua gerakan maupun diam
mereka serta semua keadaan mereka.
Setelah dijelaskan bahwa Dialah Yang Mengatur
alam wujud ini dan Yang Menguasainya lagi Yang Menentukannya, tiada yang mempertanyakan
apa yang telah diputuskan-Nya. Maka Allah berfirman:
ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ
Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya
Allah, Dialah (Tuhan) Yang Hak. (Al-Hajj: 62)
Yakni Tuhan Yang Mahahak, tiada sesuatu pun
yang berhak untuk disembah selain Dia semata yang mempunyai kekuasaan Yang
Mahabesar. Segala sesuatu yang dikehendaki-Nya pasti ada, dan apa yang tidak
dikehendaki-Nya pasti tidak akan ada. Segala sesuatu bergantung dan berhajat
kepada-Nya, lagi hina di hadapan-Nya.
وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ هُوَ
الْبَاطِلُ
dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru
selain Allah, itulah yang batil. (Al-Hajj: 62)
Yaitu semua berhala, tandingan-tandingan, dan
sekutu-sekutu serta semua yang disembah selain Allah SWT. itu adalah batil
karena tidak memiliki mudarat, tidak pula manfaat.
Firman Allah SWT.:
وَأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ
dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Mahatinggi
lagi Mahabesar. (Al-Haj: 62)
Sama pengertiannya dengan firman-Nya dalam ayat
yang lain, yaitu:
وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ
dan Allah Mahatinggi lagi Mahabesar. (Al-Baqarah:
255)
Dan firman Allah SWT.:
الْكَبِيرُ الْمُتَعَالِ
Yang Mahabesar lagi Mahatinggi. (Ar-Ra'd:
9)
Segala sesuatu berada di bawah kekuasaan dan
pengaruh-Nya serta kebesaran-Nya. Tiada Tuhan selain Dia, dan tiada Rabb selain
Dia. Dialah Yang Mahabesar, tiada sesuatu pun yang lebih besar daripada-Nya.
Dia Mahatinggi, tiada sesuatu pun yang lebih tinggi daripada-Nya. Dia Mahaagung
tiada yang lebih agung daripada-Nya. Mahatinggi lagi Mahasuci Allah dari semua
yang dikatakan oleh orang-orang yang zalim (musyrik) lagi kelewat batas dengan
ketinggian yang setinggi-tingginya.
Tidak ada komentar: