Seseorang menanyakan
pada Rasulullah SAW, "yaa Rasulallah tunjukkanlah padaku perbuatan yang jika aku
melakukannya, aku dicintai Allah dan manusia. maka Beliau bersabda: ”Zuhudlah
engkau pada dunia, pasti Allah mencintaimu dan zuhudlah engkau pada apa yang
dicintai manusia, pasti manusia mencintaimu.” (HR Ibnu Majah no 4102. Kata
Annawawi, hadits hasan)
Zuhud adalah berpalingnya keinginan pada yang hina
(dunia) kepada sesuatu yang lebih baik darinya (akhirat). Dalam pengertian lain,
meninggalkan sesuatu yang tak bermanfaat untuk akhirat. Maka maksud zuhud
terhadap dunia apabila berbuat bukan demi mendapatkan nilai duniawi tetapi
semata-mata karena Allah SWT. Maka sama saja bagimya mendapat pujian atau mendapat
celaan manusia.
Ahmad berkata; ”Zuhud terhadap dunia adalah
memendekkan angan-angan,mengecilkan arti dunia dan menghapuskan pengaruhnya
dari hati….”
Ibnu Qayyim menjelaskan,”Orang yang dekat dengan Allah
sepakat bahwa zuhud adalah perjalanan hati dari negeri dunia dan mengambil
tempat tinggal di negeri akhirat.” Kata beliau pula, ”Kecintaan pada
akhirat tak sempurna kecuali dengan kezuhudan terhadap dunia.Kezuhudan terhadap
dunia tak tegak kecuali setelah dua pandangan yang benar”
Dua pandangan .
·
Pandangan kepada dunia; kecepatan hilangnya, kefanaannya,
kelenyapannya dan kehinaannya.
·
Pandangan kepada akhirat; kedatangannya, keabadiannya, kemuliaan
yang ada di dalamnya berupa kebaikan dan kesenangan, serta perbedaan yang jauh
antara semua itu dengan yang ada di dunia, Allah SWT berfirman:
وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقى
“Dan akhirat itu
lebih baik dan lebih kekal”
(QS.Al A’la 17)
Zaahid (orang yang zuhud) akan menganggap kemewahan dunia
sebagai kenyamanan berteduh di bawah pohon saat dia mengarungi perjalanan
panjang yang melelahkan. Dia berteduh seperlunya(tak berlama-lama), lalu
melanjutkan perjalanan panjangnya menuju kampung kebahagiaan hakiki (ridla dan
jannah Allah SWT). Baginya dunia itu terlaknat, selain dzikrullah, pemilik dan pencari
ilmu.
Dunia hanyalah ladang tempat konsentrasi mencurahkan
segala potensi untuk empat hal, yaitu :
1. Ilmu, ialah mengenal Allah SWT, mengenal Nabi-Nya dan mengenal agama Islam berdasarkan dalil-dalil.
2. Amal, ialah menerapkan ilmu ini.
3. Da'wah, ialah mengajak orang lain kepada ilmu ini.
4. Sabar, ialah tabah dan tangguh menghadapi segala
rintangan dalam menuntut ilmu, mengamalkannya dan berda'wah kepadanya, bersabar
dalam meniti jalanNya. Yang mana sering
terjadi liku-liku jalan yang dilalui penuh onak dan duri, rintangan,
gangguan serta halangan.
Dalilnya, firman Allah Ta'ala.
"Artinya : “Demi masa. Sesungguhnya setiap manusia benar-benar berada dalam kerugian.
Kecuali orang-orang yang beriman, melakukan segala amal shalih dan saling
nasihat-menasihati untuk (menegakkan) yang haq, serta nasehat menasehati untuk (berlaku)
sabar". (Al-'Ashr : 1-3).
Imam Asy-Syafi'i1 Rahimahullah Ta'ala, mengatakan: "Seandainya
Allah hanya menurunkan surah ini saja sebagai hujjah buat makhluk-Nya, tanpa
hujjah lain, sungguh telah cukup surah ini sebagai hujjah bagi mereka".
Dan Imam Al-Bukhari Rahimahullah Ta'ala, mengatakan: " Ilmu didahulukan sebelum
ucapan dan perbuatan".
Dalilnya firman Allah Ta'ala.
للَّهُ إِلَّا إِلَهَ لَا أَنَّهُ فَاعْلَمْ
"Artinya : Maka ketahuilah, sesungguhnya tiada sesembahan (yang
haq) selain Allah dan mohonlah ampunan atas dosamu". (Muhammad : 19).
Dalam ayat ini, Allah SWT memerintahkan
terlebih dahulu untuk berilmu (berpengetahuan) .... .." sebelum
ucapan dan perbuatan.
Menjual dunia dan berorientasi akhirat membuat hamba
menganggap ringan segala gangguan yang dijumpai pada jalan Allah SWT. Kecintaan Allah SWT dapat diraih dengan
zuhud terhadap dunia,dangan meremehkan dan menghinakannya karena Allah SWT.
فَلا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَياةُ الدُّنْيا وَلا
يَغُرَّنَّكُمْ بِاللَّهِ الْغَرُورُ
“Maka janganlah
sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu,dan jangan pula penipu(setan)
memperdayakan kamu dalam (menaati) Allah” (QS Luqman 33)
اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ
وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الأمْوَالِ
وَالأوْلادِ
Ketahuilah,bahwa sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah
permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta
berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak.(QS Al Hadid 20).
Allah SWT
berfirman: “Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak
(pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, (QS An-Nur, 24:37)
Allah SWT
menyejajarkan para pedagang dengan orang-orang yang
berjihad di jalan Allah SWT
وَآخَرُونَ يَضْرِبُونَ فِي الْأَرْضِ
يَبْتَغُونَ مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَآخَرُونَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
“dan orang-orang yang lain berjalan di muka bumi mencari
sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi yang berperang di jalan
Allah”,. (QS
Al-Muzzammil, 73:20)
Perdagangan untuk mencari kesejahteraan di dunia tidaklah tercela.
Sebaik-baik urusan dunia adalah yang dapat menjadi tunggangan menuju akhirat. Adapun
yang tercela adalah jika kita selalu tenggelam dalam urusan keduniaan, hati
kita selalu terikat pada dunia sehingga kita melalaikan hak-hak dan
perintah-perintah Allah SWT. Yang terpuji adalah hidup sederhana, tidak
berlebih-lebihan. Hidup berlebih-lebihan membuat seseorang terlambat masuk
surga.
Dengan hidup sederhana, seseorang akan ringan hati menginfakkan hartanya di jalan
Allah SWT, meski
secara umum hal itu terasa sukar bagai mendaki gunung terjal. seperti
digambarkan QS Al Balad 12-13.
Diantara bentuk infak; membebaskan budak. Seperti kita
ingat, Abu
Bakar RA yang kaya raya itu sigap memerdekakan Bilal RA, seorang budak yang disiksa tuannya (Umayyah) karena
keislaman Bilal. Dana pembebasan Bilal mencapai 40 ons emas/ 4000 gram. Andai harga emas Rp.
400rb/gram, berarti
Rp.1.600.000.000 (Satu
miliar Enam ratus juta). Insyaallah tak kan mudah kita jumpai masa sekarang ada
orang kaya yang mau seperti Abu Bakar RA. Beliau berteriak pada manusia; “saksikanlah dia aku bebaskan.
Dia Adik dan temanku.
Tak ada yang bisa
memisahkan kami kecuali kematian” Sampai-sampai bapak beliau menegurnya, “Wahai anakku mengapa kau
membuang hartamu untuk orang-orang lemah seperti itu? Amir Ibnu Fahirah, Ummu Umais, pembantu Abd Al-Dar dan anaknya, kemudian pelayan lain,
Zinnirah, dan sekarang Bilal?
Jawab
Abu Bakar RA: “Ayah,
aku tidak keberatan mengeluarkan semua uangku demi Allah.
Ini adalah
saudara-saudaraku dalam Islam, dan mereka tidak punya seseorang untuk melindungi mereka.
Orang-orang kami
menemukan mereka lemah dan tertindas, sementara saya terhindar masalah tersebut”.
Bapaknya menambahkan; “Tapi Kau membebaskan orang kecil.
Akan lebih baik
untukmu bila membebaskan orang kuat untuk membela mu.”
Abu
Bakar berkat: “Yang saya inginkan
dari tindakan saya adalah untuk menyenangkan Rabb/Tuhanku..”
Kecintaan pada Allah SWT dan kecintaan pada dunia tak
pernah berkumpul dalam hati seorang hamba. sesiapa yang hatinya dipenuhi dengan
kecintaan terhadap dunia, ia tak kan mencintai Allah SWT. Sehingga ia tak
pantas mendapatkan cinta dari Allah SWT.
Kata Ibnu Qoyyim; “Kecintaan dan kepuasan hamba kepada
dunia sebanding dengan keberatannya untuk taat pada Allah dan menuntut
kebahagiaan akhirat.
Karenanya, zuhud terhadap dunia adalah bekal yang harus
dimiliki oleh muslim yang berjuang untuk agamanya. Bekal yang kalau hilang, hilang pula semua bentuk
bantuan, pengorbanan dan derma yang dituntut untuk memenangkan dan mengunggulkan
agama ini. Apabila bekal itu hilang, macetlah semua usaha. Al qur’an telah mencela mukmin yang puas dengan kehidupan dunia
أَرَضِيتُمْ بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا مِنَ
الآخِرَةِ فَمَا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي الآخِرَةِ إِلا قَلِيلٌ
,…. “Apakah kalian puas dengan kehidupan di dunia sebagai
ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan
dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit”
( QS Attaubah 38)
Yang kita maksud sengan zuhud bukan mengharamkan harta,
makanan dan pernikahan yang halal, bukan juga menundukkan kepala, berjalan di pinggiran tembok-tembok, atau menyengaja berpakaian kumal.
Zuhud terwujud dalam tiga hal
·
Zuhud terhadap yang haram, ini fardhu ‘ain.
·
Zuhud terhadap yang makruh/berlebihan dalam yang mubah.
ini mustahab/ sunnah/ dianjurkan dan merupakan jenis zuhud yang penting bagi
setiap pejuang yang ingin jaya di bumi. Karena ia tak memiliki kelebihan waktu untuk dipergunakan
dalam hal-hal mubah yang berlebihan, karena jika ia terjerumus dalam hal-hal
yang makruh, berarti ia nyaris terjerumus dalam hal yang haram, disamping ia tak lagi berpegang pada agama dengan kuat.
·
Zuhud terhadap dunia secara total. Dunia dalam genggaman, tapi hati tak sibuk dan berpaling padanya.
Maka kalau ada dunia yang hilang setelah diperolehnya,
ia tak bersedih dan putus asa. Dan kalau dunia datang kembali setelah lama hilang,
ia tak bergembira dan lupa daratan karenanya.
Sedang zuhud terhadap milik manusia berarti tak ada dalam
hatinya keinginan dan perhatian terhadap sesuatu yang dicintai manusia, yaitu
dunia. Jika
kita meninggalkan sesuatu yang dicintai manusia, maka mereka akan mencintai kita. Siapa yang bisa merealisasikan dalam dirinya zuhud dengan
pengertian di atas, maka dia akan meraih cinta Allah
SWT dan manusia.
Sehingga kebersihan hati dan kebahagiaan akan kita raih.
Wallahu a’lam
Tidak ada komentar: