Bicara persoalan generasi tidak lepas dari perjuangan para generasi tua, sekalipun hal ini hanya sekedar istilah dalam khazanah keislaman. Siapa itu? Yaitu Generasi muda yang akan menghadapi tahapan masa kehidupan yang berada di antara usia remaja dan tua. Ia sudah meninggalkan masa remajanya, namun belum meamasuki masa tua. Dn rata-rata mereka yang sudah berusia di atas 20 tahun, dan di bawah 40 tahun.
Keberadaan generasi ke depan meruapakan suatu keniscayaan karena eksistensi mereka adalah pasti, dan genersi yang lalu masuk pada klasifikasi generasi lama, generasi saat ini sebagai pelaku kemajuan yang akan datang, dan generasi yang akan datang sebagai penerus perjuangan generasi sebelumnya.
Bagaimana peran mereka dalam kehidupan nyata, generasi muda sering tampil dalam ciri-ciri fisik dan fisikis yang khas. Secara fisik, ia telah tampil dengan format tubuh, panca indera yang sempurna pertumbuhan nya. Tinggi badan, raut muka, tangan, kaki dan sebagainya terlihat segar, laksana bunga yang baru tumbuh. Sedangkan secara fisikis ia tampil dengan jiwa dan semangat yang menggebu-gebu, penuh edialisme, segalanya ingin cepat terwujud dan seterusnya.
Besarnya peranan yang dimiliki generasi muda, presiden RI pertama, (alm.) Ir. H. Soekarno pernah mengatakan, “berikanlah aku sepuluh orang pemuda, maka dunia ini akan ku goncangkan”. Hal ini sejalan dengan informasi sejarah yang sampai kepada kita, bahwa terjadinya berbagai peristiwa penting dan strategis dalam menentukan perjalanan sejarah suatu bangsa, seperti sumpah pemuda, berdirinya Budi Utomo, berbagai partai, kemerdekaan, perjuangan fisik dan sebagainya banyak di tentukan oleh generasi muda. Demikian pula mereka yang saat ini mejadi pemimpin Nasional, pada masa silamnya mereka itu adalah generasi muda.
Seiring dengan perjalanan fakta sejarah, ajaran Islam amat menaruh perhatian terhadap pembinaan generasi muda. Nabi Muhammad SAW misalnya, mengingat adanya sebagai berikut yang artinya: “aku wasiatkan kepadamu terhadap pemuda-pemuda supaya bersikap baik terhadap mereka. Sesungguhnya hati dan jiwa mereka sangat halus. Maka sesungguhnya tuhan mengutus aku membawa berita gembira, dan membawa peringatan. Angkatan mudalah yang menyambut dan menyokong aku, sedangkan angkatan tua menentang dan memusuhi aku. Lalu Nabi membaca ayat tuhan yang berbunyi: “Maka sudah terlalu lama waktu (hidup) yang mereka lewati, sehingga hati mereka menjadi beku dan kasar.”
Sumpah Pemuda ini menegaskan pentingnya cita-cita akan adanya satu tanah air Indonesia, satu bangsa Indonesia, dan satu bahasa Indonesia. Sumpah Pemuda memiliki makna yang penting bagi bangsa Indonesia, yakni menyatukan perjuangan para pemuda dalam mewujudkan kemerdekaan. Sehingga hal itu menjadi salah satu tonggak penting sejarah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Maka diperingtilah hari sumpah pemuda setiap 28 Oktober bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dalam momentum kali ini, perlu kiranya kita mengenang dan merenungkan kembali Nasehat Baginda Nabi Muhammad untuk para Pemuda. Hal ini penting karena Pemuda adalah tampuk pewaris pimpinan umat yang akan menggantikan estafet kepemimpinan bangsa. Sehingga, diharapkan pada saat memimpin kelak, para Pemuda harus memiliki bekal yang cukup memadai. Yakni iman yang kuat dan ilmu yang mendalam, jasmani dan rohani yang sehat, serta pengalaman memadai dan jaringan yang luas.
Sebuah ilustrasi yang patut kita kenang Dalam Al Qur’an, tentang empat Pemuda teladan yang harus diteladani, diantaranya;
Pertama, Ibrahim As, potret pemuda yang gigih menegakkan tauhid di tengah para penggiat syirik (QS an-Nahl : 120). Dan ini pondasi bagi kehidupan generasi.
Kedua, Ismail As. yang merupakan putra dari Ibrahim. Seorang pemuda yang jujur dan suci serta cerdas di masanya (QS as-Shaffat : 102).
Ketiga, Yusuf As, seorang pemuda tampan yang sungguh luar biasa. Sewaktu dirayu Zulaikha, wanita yang cantik dan istri pembesar Mesir, Ia sanggup menundukkan gelombang syahwatnya sebagai lelaki normal dan lebih memilih penjara ketimbang berbuat mesum (QS Yusuf : 33).
Keempat, kisah Ashabul Kahfi yang bersembunyi di gua demi mempertahankan aqidah yang diselamatkan Allah dari kedzaliman penguasa. Tujuh pemuda itu ditidurkan Allah selama 309 tahun (QS al-Kahfi : 13). Gua tempat bersembunyi,
Baginda Nabi Muhammad SAW memberikan nasehat bagi para Pemuda? Sebagai langkah preventif suapay tidak terjerumus pada kondisi kehidupan terjelek di zaman ini, yaitu:
Pertama, berhati-hati dalam memilih teman dekat. Dalam hadits Abu Musa al Asyari, dari Nabi SAW, beliau bersabda: “Perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk laksana pembawa minyak wangi dan pandai besi. Pembawa minyak wangi bisa jadi akan memberimu wewangian atau kamu membeli wewangian darinya atau kamu mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi bisa jadi akan membakar bajumu atau kamu mendapatkan aroma tidak sedap darinya.” (HR. Bukhari).
Nasehat ini jarang sekali kita temui saat ini dan sangat relevan dan kontekstual untuk saat ini, karena banyak Pemuda yang rusak dan hancur akibat salah dalam memilih teman pergaulan. Walaupun banyak juga pemuda yang sukses karena pandai dalam memilih teman dalam pergaulan hidupnya.
Kedua, perbaiki akhlak terhadap sesama manusia. Sebagaimana riwayat dari Abdullah bin Umar bahwasannya Mu’adz bin Jabal, salah seorang sahabat Nabi SAW yang masih muda, hendak melakukan perjalanan, ia berkata “Wahai Rasulullah nasihatilah aku.” Beliau bersabda, “Sembahlah Allah dan jangan menyekutukanNya dengan sesuatu apapun.” Muadz berkata, “Wahai Rasulullah tambahkanlah.” Beliau bersabda, “apabila kamu meminta, maka baguskanlah sikapmu.” Muadz berkata, “Wahai Rasulullah tambahkanlah.” Beliau bersabda, “Istiqamahlah dan hendaknya kamu membaguskan akhlakmu.” (HR. Hakim).
Di era globalisasi saat ini dan yang akan datang, dimana perkembangan teknologi informasi yang serba mudah dan tersedia, dimana kebebasan untuk mendapatkan informasi terbuka luas dan lebar, terkadang para pemuda dalam bertindak tanpa mengabaikan akhlak. Sehingga ada ungkapan populer gak ada akhlak. Maka mencontoh Rasulullah dalam memberikan tauladan kepada umatnya. Dengan nasehatnya. Aku diutus untuk memperbaiki akhlak” kata memperbaiki akhlak sangat relevan dengan adanya upaya kita untuk selalu memperbaiki diri khususnya etika, adab dan akhlak.
Ketiga, menjaga lisan. Diriwayatkan dari Uqbah bin Amir, ia berkata, “Aku bertanya wahai Rasulullah apa keselamatan itu? Beliau bersabda, “Jagalah lidahmu, hendaknya rumahmu membuatmu lapang dan menangislah atas kesalahanmu.” (HR. Tirmidzi).
Sering kita saksikan dan kita dengar kasus ujaran kebencian (hate speech) berujung pada pengadilan. Bahkan tak jarang ujaran kebencian itu memicu terjadinya konflik horizontal dalam masyarakat. Maka perintah untuk menjaga lisan, menjadi penting untuk diamalkan. Nabi SAW mengingatkan agar kita berkata yang baik atau diam, jika memang perkataan yang keluar dari lisan kita akan berdampak tidak baik bagi lingkungan sekitar.
Keempat, segera mencari pendamping hidup. Utsman berkata, "Wahai Abu Abdurrahman, maukah Anda kami nikahkan dengan seorang budak wanita yang masih gadis, sehingga ia dapat mengingatkan masa lalumu." Abdullah berkata; Jika Anda berkata seperti itu, maka sungguh, Rasulullah saw. telah bersabda kepada kami: "Wahai para pemuda, siapa di antara kalian yang telah memperoleh kemampuan (menghidupi rumah tangga), kawinlah. Karena sesungguhnya, pernikahan itu lebih mampu menahan pandangan mata dan menjaga kemaluan. Dan, barang siapa belum mampu melaksanakannya, hendaklah ia berpuasa karena puasa itu akan meredakan gejolak hasrat seksual." (HR. Muslim).
Fakta sejarah mencatat, bahwa Nabi Ibrahim pada saat tampil melawan segala patung berhala adalah pada waktu yang berusia muda. Demikian pula orang-orang yang menyelamatkan imannya dengan masuk kedalam gua, sampai tertidur selama 309 tahun adalah para pemuda yang dalam sejarah disebut Ashabul Kahfi.
Dari fakta sejarah tersebut di atas, maka pembinaan terhadap generasi muda menjadi amat penting. Misalnya surat an-Nisa’ ayat 9, cukup sebagai bekal dalam menjalankan kehidupan, karena ayat ini sarat dengan nilai-nilai pendidikan.
Tidak ada komentar: