Hikmah Tragedi Kanjuruhan; Optimisme Menuju Perbaikan

 Hikmah Tragedi Kanjuruhan; Optimisme Menuju Perbaikan
Oleh. Ust. Moh. Zaini, M.Pd
Dosen FPIEK IBU, Mahasiswa S3 Program Doktoral PAI BSI UIN Malang, Anggota CMM


 

Kita berlindung kepada Allah SWT dari segala godaan syaitan yang terkutuk, dan dengan asmaNya (Allah SWT) kita mohon tetap dikasihi dan disayangi hingga nafas terakhir dalam keadaan khusnul khatimah. Innalillahi wa inna ilaihi roji’un, seluruh masyarakat Malang khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya menyatakan rasa duka cita sedalam-dalamnya atas tragedi Kanjuruhan pada Sabtu, 1 Oktober 2022. Sebuah tragedi yang sangat tragis di Stadion Kanjuruhan Malang yang disertai dengan kerusuhan supporter pasca pertandingan rivalitas lokal Derbi Super Jawa Timur yang mempertemukan Arema dengan Persebaya Surabaya. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Pemprov Jatim Sabtu (8/10) pukul 08.00 WIB, jumlah korban meninggal dunia 131 orang, luka ringan sebanyak 550 orang, luka berat 23 orang, dan 37 masih menjalani perawatan di rumah sakit, sehingga sementara total jatuh korban 704 orang. Kita semua berdo’a semoga yang meninggal senantiasa mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah SWT, bagi yang sedang dirawat semoga senantiasa diberikan kepulihan, serta diberikan kesabaran dalam menghadapi musibah. Amin.

 

Tragedi Kanjuruhan sebagai dampak dari pertandingan rivalitas lokal antara Arema dengan Persebaya Surabaya. Jika di lihat dari perspektif manajerial, maka tidak terlepas dari mekanisme sistemik yang butuh terus dibenahi, baik dari aspek pengelola itu sendiri, lebih-lebih soal keamanan dan keselamatan yang melibatkan aparat keamanan. Pastinya ke depan pola manajerial sebagai bagian dari mekanisme sistemik harus ditata menjadi lebih baik, sehingga persepakbolaan nasional lebih maju dan sungguh-sungguh menjunjung tinggi sportifitas. Dengan adanya peristiwa ini semoga menjadi sebuah titik balik yang akan mendorong ke arah kemajuan sepak bola nasional lebih gemilang di masa yang akan datang.

 

Sedangkan dilihat dari perspektif agama, maka sesungguhnya tidak ada segala sesuatu terjadi di muka bumi tanpa seizinNya, tak terkecuali meninggalnya supporter Arema yang berjumlah 131 orang serta beberapa korban luka (berat/ringan) lainnya, semuanya telah terencana dalam desain Allah SWT, menyesuaikan urutan waktu peristiwa terjadinya dalam kuasa dan kehendakNya. Misalnya di dalam al-Qur’an (al-An'am: 59) Allah SWT jelaskan:

 

وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الْأَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ

 

 

…. dan Tidak ada sehelai daun pun yang gugur yang tidak diketahui-Nya. Tidak ada sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak pula sesuatu yang basah atau yang kering, yang tidak tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).

 

Melalui ayat ini, Allah SWT menunjukkan kepada kita bahwa Allah SWT memiliki otoritas atas setiap makhluknya, sekaligus mengajarkan kepada kita tentang kepasrahan dan kesabaran semata-mata karenaNya, mengingat semuanya telah ada dalam pengetahuan, kehendak dan kuasaNya. Mengutip dari Ibnu Katsir QS.Luqman, 34, Imam Bukhari  mengatakan, bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda:

 

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَفَاتِيحُ الْغَيْبِ خَمْسٌ لَا يَعْلَمُهُنَّ إِلَّا اللَّهُ: {إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنزلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الأرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ}

 

Kunci- kunci perkara yang gaib itu ada lima, tidak ada yang mengetahuinya kecuali   hanya Allah. Yaitu  yang  disebutkan  oleh  firman- Nya: Sesungguhnya Allah, 1. Hanya pada sisi- Nya  sajalah  pengetahuan    tentang hari kiamat;   2. Dialah yang menurunkan hujan, 3.  Dia mengetahui apa   yang ada   dalam  rahim, 4.  tiada   seorang pun yang  dapat   mengetahui  (dengan pasti) apa   yang akan  diusahakannya besok,  5. tiada seorang pun   yang dapat   mengetahui di bumi mana  dia akan mati. Sesungguhnya Allah  maha mengetahui lagi maha mengenal.

 

Oleh karena itu menjadi semakin jelas bahwa tidak ada yang dapat berkuasa di jagat raya ini kecuali kehendak dan kuasa yang ada padaNya (Allah SWT). Kematian dan berbagai jenis musibah lainnya merupakan media pemaknaan bagi kita yang masih hidup, agar dapat kembali refresh, bermuhasabah, mereview tentang siapa kita (manusia) yang sesungguhnya. Terkait dengan tragedi Kanjuruhan, hampir tidak dapat dibayangkan, bagitu mudahnya manusia ‘hilang’ (meninggal) dalam jumlah ratusan, di waktu yang singkat bergelimpangan, tidak mampu menahan nafas, hingga ajal menemuinya. Tentu saja ini adalah kejadian luar biasa, tak terjangkau dengan logika apapun, kecuali dengan keimanan. Bersama iman seorang hamba akan tunduk, seraya menggambarkan bahwa diri manusia memang lemah, dan kekuatannya akan pulih ketika mampu kembali menuju ridlaNya seraya memohon pemaafan dariNya.

 

وَأَنِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَتَاعًا حَسَنًا إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُ

 

… dan hendaklah kamu memohon ampunan kepada Tuhanmu dan bertobat kepada-Nya, niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik kepadamu sampai waktu yang telah ditentukan, dan Dia akan memberikan karunia-Nya kepada setiap orang yang berbuat baik.  (Qs. Hud, 3)

 

Terdapat banyak hikmah yang dapat kita petik dari tragedi Kanjuruhan, diantaranya:

a.     Musibah selalu mendidik dan mengajarkan kita, betapa pentingnya pemahaman atas makna

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

 (Qs al-Fatihah, 5) yakni permohonan pertolongan sekaligus peningkatan kualitas ibadah. Keduanya menjadi satu bagian dalam wujud kesalehan yang bersifat personal sekaligus sosial, sehingga konsisten mendatangkan kedamaian.

b.     Musibah kanjuruhan merupakan bagian dari kehendak Allah dalam skala yang besar, dengan tujuan agar hambanya tetap di jalaNya, terhindar dari kemaksiatan dan kerusakan dengan skala yang jauh lebih besar. Dengan musibah apapun diharapkan menyadarkan setiap hamba agar bisa memperbaiki keadaan kedepan, serta semakin mendekatkan diri kepada-Nya.

c.     Musibah merupakan wujud lain dari sifat rahman-rahim Allah sebagai pembuktian ikhlas tidaknya atas setiap Qudrah-irodahNya, dengan keikhlasannya akan taqdir Allah, sehingga Allah anugerahkan keutamaan bagi masa selanjutnya.

d.     Musibah menyuburkan rasa solidaritas persaudaraan, saling berbagi, berempati, sehingga terbangun hubungan kerekatan, saling menopang, saling memberikan semangat, bahwa ini bukanlah akhir, sebaliknya hal ini akan membawa pada level yang akan membanggakan di masa yang akan datang.

e.     Musibah secara pasti akan mendatang kesedihan serta duka yang mendalam, selanjutnya akan tiba pula masanya berganti menjadi suatu kejayaan yang gemilang sebagai titik balik dari keterpurukan, mendatangkan komitmen perbaikan, kedisiplinan, sportifitas yang tinggi. Boleh jadi musibah terjadi sebagai teguran atas kelalaian sehingga harus ditebus dengan harga yang mahal, bahkan dengan nyawa. Tapi dengan keyakinan yang mendalam, bahwa dibalik kesulitan pasti ada kemudahan (Qs. ash-Sharh, 6).

f.      Musibah laksana eksperimen peneguhan kesabaran dan keimanan dariNya dalam rangkan meningkatkan kesadaran akan kelemahan diri manusia, yang sepenuhnya dalam satu kendali Allah dan hanya akan kembali kepadaNya.

g.     Musibah menjernihkan aqidah, mempererat tali ikatan makhluk kepada Kholiqnya, sehingga ketika manusia terpuruk maka tidak ada tempat kembali terbaik baginya kecuali hanya kepada Tuhannya.


وَإِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ فَذُو دُعَآءٍ عَرِيضٍ

 

“… dan apabila ia ditimpa malapetaka maka ia banyak berdo’a.” (QS. Fushilat, 51)

 

Dengan musibah, kita akan semakin dekat kepadaNya, seraya memanjatkan do’a dengan sungguh-sungguh, menghadirkan rasa khouf dan roja’, memurnikan keikhlasan dan kekhusu’an dalam beribadah, beristi’anah, berharap Allah SWT akan memberikan anugerah kebahagiaan sebagai gantinya. Dengan bermuhasabah dan pandai mengambil hikmah, kedepan Arema Malang raya bersama seluruh aparat keamanan akan semakin berbenah, semakin sholeh (pribadi) dan muslih (sholeh secara sosial/mampu membagikan kebaikannya kepada orang lain), sehingga dapat bangkit menyongsong kemenangannya yang gemilang di masa yang akan datang.


Sebagai closing, mengutip dari Ibnu Muflih, dia mengatakan: “seandainya tidak ada berbagai musibah, niscaya seorang hamba akan menyombongkan diri, malampui batas, dan sewenang-wenang. Jadi dengan musibah-musibah tersebut Allah menjaga seorang hamba dari semua itu, dan membersihkan dosa-dosanya. Maka maha suci Dzat yang merahmati dengan berbagai ujianNya, dan menguji dengan nikmat-nikmatNya.” (al-Adab asy-Syar’iyyah, 2/191). Semoga para korban tragedi Kanjuruhan kembali dalam keadaan khusnul khatimah, serta keluarga yang ditinggalkan dianugerahi kesabaran dan ketabahan, tim pengelola, supporter dan aparat keamanan semakin berbenah menyongsong kegemilangan besar di masa yang akan datang. Amin. Wallahu a’lam.

 




Hikmah Tragedi Kanjuruhan; Optimisme Menuju Perbaikan Hikmah Tragedi Kanjuruhan; Optimisme Menuju Perbaikan Reviewed by sangpencerah on Oktober 18, 2022 Rating: 5

Tidak ada komentar: