Hari ini kita
menyaksikan kehidupan generasi muda penerus bangsa benar-benar
memprihatinkan,mereka sudah seperti kehilangan orentasi hidup. Bahkan sebagian
di antara mereka justru sudah tidak punya semangat lagi, mereka tidak tahu
tujuan hidup yang sesungguhnya. Bagi mereka, hidup itu hanya sebatas memenuhi
kebutuhan jasmani dan bersenang-senang semata. Media sosial dan permainan game
hampir sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan generasi zaman
sekarang. Dan kemudahan akses internet telah merusak mental sekaligus pola
pikir mereka. Mirisnya lagi, mereka tidak sadar, bahwa apa yang mereka nikmati
itu dapat mengancam masa depan mereka.
Dengan
kenikmatan yang mereka dapatkan, mereka tumbuh dengan mental pemalas. Tidak semangat
lagi dalam beribadah, menuntut ilmu, juga tidak terdorong lagi untuk memikirkan
masa depan secara serius. Pada akhirnya mereka pun mudah terjer umus ke dalam
perbuatan-perbuatan yang buruk. Hidup jadi terasa gersang. Pertanyaannya,
kenapa mereka bisa hidup seperti itu? Kenapa dunia kegelapan itu begitu
mudahnya menyerang kehidupan generasi bangsa kita? Adakah yang salah dengan
mereka?
Kalau kita membaca fenomena itu
dengan kacamata yang adil, kita tidak bisa sepenuhnya menyalahkan mereka. Tapi
kita juga, sebagai orang-orang yang punya tanggungja wab dalam mendidik mereka,
perlu mengoreksi dan mengintrospeksi gaya kehidupan kita sendiri.
Apakah selama
ini kita sudah berupaya untuk memberikan keteladanan yang baik, atau jangan
jangan selama ini, kita mengajari anak-anak muda untuk berkata jujur,tapi
bukankah kita sendiri sering berbohong? Kita meminta mereka untuk semangat
dalam menuntut ilmu. Tapi bukankah kita sendiri sering malas dalam urusan
membaca buku? Maka hari ini generasi muda kita hanya mendapatkan nasihat yang
baik,tapi mereka tidak banyak menyaksikan keteladanan yang baik
Padahal,
orang bijak itu, "lisanul hal afdhal min lisanil maqal." (Lisan
keadaan itu lebih utama, sekaligus lebih berdampak, ketimbang lisan ucapan).
Maksudnya, keteladanan yang kita tampilkan dengan keadaan akhlak kita itu jauh
lebih baik ketimbang omongan yang banyak dan berbusa-busa.
Sebagai umat Rasullullah
SAW, kita harus meniru, mengikuti seperti yang sudah Rasullullah SAW sampaikan
dan ajarkan kepada kita semua.
Bagaimana beliau berbudi luhur
dengan perangai akhlaq al-karimah dan uswah hasanah. Meneladani Rasulullah
dengan ber- akhlaq al karimah dan memberikan uswah di setiap hal kebaikan
adalah selaras dengan misi diturunkannya Rasul, Nabi Muhammad SAW bersabda :
"Sesungguhnya aku (Rasulullah)
diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang baik." (HR. Ahmad 2/381)
Pada riwayat lain Rasulullah SAW
juga bersabda,
"Orang-orang Mukmin yang paling
sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya" ( HR. At Tirmizi 1162).
Kemuliaan Rasulullah SAW juga
diteguhkan dalam alQur'an, Allah SWT berfirman:
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ
"Sesungguhnya kamu (hai
Muhammad) memiliki akhlak yang sangat agung”.(QS AlQolam: 4)"
Kemudian dalam surat lainnya Allah SWT
berfirman:
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ
ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلأَخِرَ
وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرًا
"Sungguh, telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat
Allah" (QS al -Ahzab:21)
Penegasan demi
penegasan inilah sebagai panduan dalam pergerakan, di kekinian ini dibutuhkan
muslim yang mencerahkan selalu menjadi uswah berhias akhlaq al-karimah sebagai
jawaban kekacauan masalah internal umat Islam dan masalah dari
eksternal umat Islam. Sebenarnya, yang dibutuhkan oleh para generasi muda
penerus bangsa hari ini bukan hanya penjelasan soal buruk dan baik.
Tapi yang
paling mereka butuhkan justru keteladanan yang baik dan mencerahkan. Dengan
memberikan keteladanan, tidak berarti bahwa kita harus hidup sempurna, dan
terhindar dari berbagai macam dosa. Tak akan ada manusia yang mampu mewujudkan
hal itu. Tapi paling tidak, kita berupaya untuk memberikan keteladanan itu,
dalam batas kemampuan kita sebagai manusia. Orang tua, guru, pengajar, ustadz,
pemimpin negara, para pejabat, dan orang-orang yang punya kedudukan lebih,
punya tanggungjawab lebih untuk member ikan keteladanan itu.
Kebutuhan kita akan keteladanan yang
baik itu jauh lebih besar dampaknya, serta ditambah retorika-retorika menarik
yang mampu mendorong orang lain untuk melakukan perbuatan baik. Akhlak dan
perangai yang baik pasti akan memberikan pengaruh yang baik.
Generasi muda hari ini sangat butuh
dengan keteladan yang baik dan mencerahkan.
Tidak ada komentar: