Hampir semua manusia dibesarkan dalam lingkungan keluarga, yang meliputi ayah dan ibu serta saudara-saudara kandungnya. Untuk membangun keluarga Sakinah semua pihak dikeluarga inti perlu terlibat, terutama ayah sebagai figur sentral. Dari Abu Darda Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْوَالِدُ أَوْسَطُ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ فَإِنْ شِئْتَ فَأَضِعْ ذَلِكَ الْبَابَ أَوِ احْفَظْهُ
“Orang tua (Ayah) adalah bagian tengah dari gerbang surga. Jadi, tetaplah di gerbang itu atau lepaskan” (H.R Tirmidzi 1900).
Al-Qadhi berkata, “maksud pintu jannah yang paling tengah adalah pintu yang paling bagus dan paling tinggi, Dengan kata lain sebaik-baik sarana yang bisa mengantarkan seseorang ke dalam surga dan meraih derajat yang tinggi adalah dengan mentaati orangtua dan menjaganya.
Kepribadian anak sangat dipengaruhi oleh figur orangtuanya, yaitu ayah dan ibu sebagai satu kesatuan. Karakter yang ditampilkan kedua orangtuanya sangat menentukan watak, ideologi dan keyakinan yang dianutnya.
Terkadang sosok ayah tidak terlalu terlihat bila dibandingkan dengan ibu. Hal ini dikarenakan hampir semua urusan domestik, menjadi tugas ibu. Sehingga peran ibu terlihat lebih menonjol dibandingkan dengan ayah. Padahal ayah sebagai sosok pria yang tentunya memiliki kedudukan khusus di dalam keluarga. Tidak hanya berperan mencari nafkah untuk keluarga saja, bahkan menjadi sosok penting lainnya dalam berbagai urusan terutama menjaga keluarga jangan sampai mendapat kerugian dunia-akhirat.
Berikut ini beberapa peran seorang ayah dalam keluarga
1. Pemimpin Keluarga
Peran penting ayah yang pertama adalah menjadi pemimpin bagi keluarga, menjadi nahkoda bagi keluarga. Posisi ayah menjadi istimewa karena sebagai pemimpin dan sebagai pelindung keluarganya. Kesuksesan dan keberhasilan organisasi atau kumpulan apapun dari yang besar hingga yang kecil sangat ditentukan oleh pemimpinnya. Ayah menjadi pelindung keluarganya dunia dan akhirat. Menjadi baking dunia dari bahaya fisik dan non fisik, menjadi penanggungjawab finansial dalam bentuk nafkah kepada seluruh anggota keluarga yang ada.
Ayah menjadi pemimpin bagi istri dan anaknya. Dan sejatinya, Allah SWT menciptakan manusia untuk menjadi pemimpin untuk sebagai alat ujian agar terseleksi siapa yang mampu berperan menebar kebaikan dan soluter dalam hidup.
وَهُوَ الَّذِي جَعَلَكُمْ خَلَائِفَ الْأَرْضِ وَرَفَعَ بَعْضَكُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ ۗ إِنَّ رَبَّكَ سَرِيعُ الْعِقَابِ وَإِنَّهُ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ
Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebagian kamu atas sebagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. QS. Al – An’am ayat 165
2. Pembimbing Dalam Keagamaan
Peran ayah dalam keluarga lainnya yang penting dan utama adalah dapat mengarahkan keluarganya pada keyakinan yang benar dan sesuai dengan aturan agama yang dianut. Ayah merupakan imam bagi keluarganya, sehingga sudah menjadi tugas ayah membimbing keluarganya untuk menghindari perilaku menyimpang.
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ، كَمَثَلِ الْبَهِيْمَةِ تَنْتِجُ الْبَهِيْمَةَ، هَلْ تَرَى فِيْهَا مِنْ جَدْعَاءَ؟
Setiap anak dilahirkan di atas fitrah. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Sebagaimana permisalan hewan yang dilahirkan oleh hewan, apakah kalian melihat pada anaknya ada yang terpotong telinganya? HR. Bukhari 1385
Makna hadits tersebut menunjukkan betapa signifikan peran orang tua dalam mewariskan agama. Siapa yang Allah subhanahu wata’ala takdirkan sebagai muslim maka ia termasuk golongan orang-orang yang berbahagia.
3. Pencari Nafkah Keluarga
Nafkah merupakan bekal hidup sehari – hari atau biasa kita pahami dengan rezeki. Peran seorang ayah dalam keluarga yang sentral adalah sebagai pencari nafkah untuk keluarganya. Sebagaimana dijelaskan dalam Firman Allah SWT di Surat An-Nisa ayat 34 sebagai berikut :
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ ۚ فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ ۚ وَاللَّاتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَاهْجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوهُنَّ ۖ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوا عَلَيْهِنَّ سَبِيلًا ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيرًا
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.
Nafkah yang dicari oleh seorang ayah ini juga haruslah nafkah yang halal. Karena Allah SWT memang sudah menyiapkan rezeki yang halal untuk dijemput. Bekerja mencari rezeki yang halal dan baik itu wajib bagi setiap Muslim. Sebab rezeki yang halal dapat mengantarkan kepada ketaatan dan kekhususan. Nabi Muhammad SAW bersabda:
قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :طَلَبُ الْحَلَا لِ وَاجِبٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
العلل المتناهية الصفحة أو الرقم 1/65.
Mencari rezeki yang halal hukumnya wajib atas setiap orang Muslim.( HR. Attabrani 8610)
Dalam hadits yang lain seperti yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah Nomor 2129
ما كسَبَ الرُّجُلُ كسْبًا أَطْيَبَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ ، وَمَا أنَفَقَ الرَّجُلُ عَلَى نَفْسِهِ ، وأهْلِهِ ، ووَلَدِهِ ، وخادِمِهِ ، فهو صدقَةٌ
"Tidak ada yang lebih baik dari usaha seorang laki-laki kecuali dari hasil tangannya sendiri. Dan apa-apa yang diinfakkan oleh seorang laki-laki kepada diri, isteri, anak dan pembantunya adalah sedekah."
Rezeki yang halal itu dapat menjadikan seseorang mustajab doanya. Mengapa? karena tubuhnya itu bersih atau tidak tercampur dengan barang-barang syubhat, barang haram. Karena sejatinya segala sesuatu yang diperoleh dengan cara haram itu akan menghalangi diri dari ketaatan dan kekhusuan. Seorang muslim yang sulit untuk menunaikan shalat disebabkan karena cara memperoleh rezekinya haram, baginya sulit untuk rukuk dan sujud. Sehingga orang tersebut akan semakin jauh meninggalkan Allah SWT, terjerembab dalam kubangan maksi at dan segala doanya tertolak. Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّبًا وَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ فَقَالَ ( يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّى بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ) وَقَالَ (يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ) ». ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِىَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ
“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu thoyyib (baik). Allah tidak akan menerima sesuatu melainkan dari yang thoyyib (baik). Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang mukmin seperti yang diperintahkan-Nya kepada para Rasul. Firman-Nya: ‘Wahai para Rasul! Makanlah makanan yang baik-baik (halal) dan kerjakanlah amal shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.’ Dan Allah juga berfirman: ‘Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah rezeki yang baik-baik yang telah kami rezekikan kepadamu.'” Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan tentang seorang laki-laki yang telah menempuh perjalanan jauh, sehingga rambutnya kusut, masai dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya berdo’a: “Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku.” Padahal, makanannya dari barang yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan diberi makan dari yang haram, maka bagaimanakah Allah akan memperkenankan do’anya?” (HR. Muslim no. 1015)
Yusuf bin Asbath berkata,
بلغنا أنَّ دعاءَ العبد يحبس عن السماوات بسوءِ المطعم .
“Telah sampai pada kami bahwa do’a seorang hamba tertahan di langit karena sebab makanan jelek (haram) yang ia konsumsi.”
Tidak ada komentar: