KALENDER SYAMSIYAH - QOMARIYAH SERTA JAWA

 KALENDER SYAMSIYAH - QOMARIYAH  SERTA JAWA
Oleh Ust. Drs. Muhammad Ibrahim
(Guru MTs N 1 Kota Malang, Anggota CMM & SKMM-3)

 



بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Allah SWT berfirman dalam Q.S. Yunus: 5

هُوَ ٱلَّذِى جَعَلَ ٱلشَّمْسَ ضِيَآءً وَٱلْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُۥ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا۟ عَدَدَ ٱلسِّنِينَ وَٱلْحِسَابَ ۚ مَا خَلَقَ ٱللَّهُ ذَٰلِكَ إِلَّا بِٱلْحَقِّ ۚ يُفَصِّلُ ٱلْءَايَٰتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ


Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan haq. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui. (Q.S.Yunus: 5 )

 

Sejarah Awal Mula Kalender Masehi

Kalender masehi merupakan salah satu system penanggalan yang dibuat berdasarkan pada peredaran bumi mengelilingi matahari (syamsiah solar system),

Awal ditemukan Kalender masehi pertama kali digunakan di benua Eropa. Sebelum kalender ini, kalender Julian terlebih dahulu digunakan. Mengutip dari Live Science, astronom Romawi menghitung waktu yang dibutuhkan bumi untuk berputar mengelilingi matahari. Dari hasil perhitungan tersebut didapatkan angka 365,25 hari. Hal ini berpengaruh pada musim yang datang lebih lambat.  Julius Caesar kemudian menambahkan satu hari di bulan Februari setiap 4 tahun sekali. Penanggalan ini kemudian dinamai dengan kalender Julian. Setelah lama digunakan, ada kesalahan perhitungan dalam kalender Julian. Pada tahun 1570an, kalender Julian melenceng dari tanggal matahari sebanyak 10 hari.   Karenanya sistem penanggalan ini tidak sinkron dengan musim dalam setahun. Penanggalan ini dikhawatirkan akan membuat hari Paskah terus menjauh dari tanggal seharusnya. Yang penaggalannya dimulai semenjak kelahiran Nabi Isa Almasih as. (sehingga disebut Masehi ;Masihi). 


Seperti yang telah kita maklumi, nama-nama bulan Masehiah dimaulai dari Januari sampai Desember. Dan perlu diketahui bahwa sebagian nama-nama bulan ini telah ada sebelum dimulainya penanggalan Masehiah, sebagian lagi adalah nama yang baru. 

  1. Januari, dahulu namanya adalah Januarius; berasal dari kata Janus (malaikat bermuka 2 penjaga gerbang Roma);
  2. Februari, dahulu namanya adalah Februarius; berasal dari kata Februa (hari pembesihan);
  3. Maret, dahulu namanya adalah Martius; berasal dari kata Mars (dewa perang);
  4. April, dahulu namanya adalah Aprilis; berasal dari kata Apru (dewa asmara bangsa Etruscan);
  5. Mei, dahulu namanya adalah Maiusl berasal dari kata Maia (saudara tertua Atlas; kebudayaan Yunani)
  6. Juni, dahulu namanya adalah Junius; berasal dari kata Juno, istri Jupiter;
  7. Juli, dahulu namanya adalah Quintilis; kemudian diganti menjadi Julius setelah raja Julius Caesar (100-44 BCE) BCE = Before Common Era (sebelum Masehi);
  8. Agustus, dahulu namanya adalah Sextilis (bulan ke-6), kemudian diganti menjadi Augustus setelah raja Augustus (63 BCE 14 Masehi);/ Before Christ" yang disingkat BC (artinya sebelum kelahiran Kristus) atau Before Common Era yang disingkat "BCE" 
  9. September, dahulupun tetap namanya September (bulan ke-7);
  10. Oktober, berasal dari kata yang sama, Oktober (bublan ke-8);
  11. Nopember, berasal dari kata yang sama, Nopember (bulan ke-9);
  12. Desember, berasal dari kata yang sama, Desember (bulanke-10)

 

Awal Mula Sejarah Kalender Hijriyah
System kalender Hijriyah adalah salah satu system penanggalan yang disusun berdasarkan peredaran bulan mengelilingi bumi(qomariyah / lunar system). Adapun mengenai sebutan Hijriyah, karena kalender ini dimulai semenjak hijrah (pindah)nya Rasulullah SAW dari Mekkah ke Yatsrib (Madinah).
Tokoh yang berjasa dalam penetapan kalender Hijriyah ini adalah khalifah Umar bin Khattab ra. Beliau bersama para sahabat menusun suatu system penganggalan yang diharapkan dapat menjadi pedoman bagi umat islam sehingga egala sesuatunya menjadi seragam.


Sebenarnya, jauh sebelulm masyarakat islam Arab mempunyai kalender Hijriyah, disana telah dikenal penanggalan menurut peredaran bulan. Mereka telah sejak lama memakai nama Muharram, Rabiul Awal dan lain-lain yang diambil darinama peristiwa, musim atau kejadian lainnya. Namun masyarakat Arab waktu itu belum menggunakan penghitungan tahun.


Khalifah Umar ra menetapkan tahun Hijriyah pada tanggal 8 Rabiul Awal tahun ke-17 Hijriyah (638). Adapun penetapan bulan Maharam sebagai awal tahun Hijriyah, karena pada bula itulah Rasulullah SAW bertekad untuk hijrah ke Yatsrib (Madinah).
Berikut  nama-nama bulan Hijriyah :

1. Muharam 

2. Safar,
3. Rabiul awal,

4. Rabiul akhir

5. Jumadil awal

6. Jumadil akhir

7. Rajab

8. Sya'ban

9. Ramadhan , 

10. Syawal

11. Dzulqaidah ,

12. Dzulhijjah ,

Menurut system lunar, hari-hari keagamaan atau hari-hari islam biasa dihitung sejak terbenamnya matahari (waktu maghrib) sebelum hari itu. Jadi, mendahului hari-hari Masehi yang baru berganti mulai pukul 00.00 tengah malam.

 

Percampuran Islam-Jawa dalam Penanggalan Hijriyah

Kedatangan agama Islam di tanah Jawa membawa bermacam-macam produk budaya dari pusat penyebaran Islam. Di antara produk budaya yang dibawa Islam ketika itu adalah sistem penanggalan berdasarkan revolusi bulan terhadap bumi (qomariah), yang dikenal dengan penanggalan hijriyah. Sesungguhnya, masyarakat Jawa sendiri sudah punya sistem penanggalan yang mapan, yaitu penanggalan saka.


Ada beberapa perbedaan antara kalender saka dengan kalender hijriyah, seperti perbedaan nama-nama bulan dan penetapan permulaan hari. Namun kemudian, terjadi percampuran kedua kalender--kalender Jawa-Islam--yang masih digunakan hingga saat ini. Percampuran ini memunculkan sejumlah pertanyaan. Apakah telah terjadi Jawanisasi Islam atau Islamisasi Jawa?


Lalu, jika memang telah terjadi percampuran, bagaimana proses itu berjalan sehingga tidak menimbulkan penolakan terhadap ajaran Islam yang ketika itu masih relatif baru? Tema perbincangan seputar percampuran Jawa-Islam ini sangat menarik. Karena, di satu sisi, itu menunjukkan sikap terbuka masyarakat Jawa. Di sisi lain, hal itu membuktikan Islam sebagai agama rahmatan li al-alamin (rahmat bagi seluruh alam).


Menurut sejarah, munculnya kalender Jawa-Islam tidak lepas dari peran Sultan Agung (1613-1645), sultan Mataram Islam ketiga yang bergelar Senapati Ing Alaga Sayiddin Panatagama Kalifatullah. Beliau mengakulturasikan (menggabungkan) penanggalan Jawa (saka) yang berdasarkan sistem kalender matahari dan bulan (kalender lunisolar) dengan penanggalan hijriyah.


Menurut Prof Dr MC Ricklefs, dalam artikelnya "Pengaruh Islam terhadap Budaya Jawa Terutama pada Abad ke XIX", upaya percampuran itu terjadi pada tahun 1633 M. Ricklefs mengisahkan, pada tahun 1633 M, Sultan Agung berziarah ke pesarean (kuburan) Sunan Bayat di Tembayat. Disebutkan dalam Babad Nitik, Sultan Agung diterima oleh arwah Sunan Bayat. Sultan Agung yang masih berada di pesarean Tembayat diperintahkan untuk mengganti kalender Jawa. Sebelum itu, kalender saka (yang berasal dari kebudayaan Hindu) adalah kalender yang masih dipakai dalam lingkungan keraton. Kemudian, kalender itu diganti dengan kalender qamariah yang berisi bulan-bulan Islam. Maka, terciptalah kalender baru yang unik, yaitu kalender Jawa-Islam. Bulan-bulan dalam kalender Jawa-Islam adalah Sura, Sapar, Mulud, Bakda Mulud, Jumadilawal, Jumadilakir, Rejeb, Ruwah, Pasa, Sawal, Sela, dan Besar. Ada bulan yang masih menggunakan istilah Arab, yaitu Jumadilawal dan Jumadilakir. Warna Jawa pada kalender Jawa-Islam lebih kentara pada lima hari pasar atau Pancawara (Pahing, Pon, Wage, Kliwon, dan Legi).


Menurut Dr Purwadi, peneliti budaya Jawa asal Yogyakarta, lima hari pasar sangat penting bagi aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat Jawa, terutama bagi mereka yang hidup di pedesaan atau yang masih memegang kepercayaan tradisional. ''Coba, kita lihat bagaimana masyarakat Jawa mendasarkan aktivitasnya pada lima hari pasar itu. Kalau mau bepergian, mereka terlebih dahulu menghitung hari baik, apakah Pon, Wage, Kliwon, atau hari lainnya (Allahu a’lamu bi muroddIhim)

 

Refernsi

1.     the Elder, Pliny (77). Natural History. Kekaisaran Romawi. hlm. 210-2012.
2.     ^ Doggett. (1992). "Calendars" (Ch. 12), in P. Kenneth Seidelmann (Ed.) Explanatory supplement to the astronomical almanac. Sausalito, CA: University Science Books, 579
3.     Mukarrom, Akh. (2017). Ilmu Falak Dasar-Dasar Hisab Praktis. Sidoarjo: Grafika Media. Nawawi, Abd. Salam. (2016). Il
4.     Falak Praktis: Hisab Waktu Sholat, Arah Kiblat dan Kalender Hijriah. Surabaya: IMTIYAZ.

KALENDER SYAMSIYAH - QOMARIYAH SERTA JAWA  KALENDER SYAMSIYAH - QOMARIYAH  SERTA JAWA Reviewed by sangpencerah on Januari 27, 2023 Rating: 5

Tidak ada komentar: