بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ
Allah SWT berfirman dalam Q.S. Yunus: 5
هُوَ ٱلَّذِى جَعَلَ ٱلشَّمْسَ ضِيَآءً وَٱلْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُۥ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا۟ عَدَدَ ٱلسِّنِينَ وَٱلْحِسَابَ ۚ مَا خَلَقَ ٱللَّهُ ذَٰلِكَ إِلَّا بِٱلْحَقِّ ۚ يُفَصِّلُ ٱلْءَايَٰتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ
Dialah yang menjadikan
matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah
(tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan
tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu
melainkan dengan haq. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada
orang-orang yang mengetahui. (Q.S.Yunus: 5 )
Sejarah Awal Mula
Kalender Masehi
Kalender masehi merupakan salah satu system penanggalan yang dibuat
berdasarkan pada peredaran bumi mengelilingi matahari (syamsiah solar system),
Awal
ditemukan Kalender masehi pertama kali digunakan di benua Eropa. Sebelum
kalender ini, kalender Julian terlebih dahulu digunakan. Mengutip
dari Live Science, astronom Romawi menghitung waktu yang dibutuhkan bumi untuk
berputar mengelilingi matahari. Dari
hasil perhitungan tersebut didapatkan angka 365,25 hari. Hal ini berpengaruh
pada musim yang datang lebih lambat. Julius Caesar kemudian menambahkan
satu hari di bulan Februari setiap 4 tahun sekali. Penanggalan ini kemudian
dinamai dengan kalender Julian. Setelah lama digunakan, ada kesalahan
perhitungan dalam kalender Julian. Pada tahun 1570an, kalender Julian melenceng
dari tanggal matahari sebanyak 10 hari. Karenanya sistem
penanggalan ini tidak sinkron dengan musim dalam setahun. Penanggalan ini
dikhawatirkan akan membuat hari Paskah terus menjauh dari tanggal
seharusnya. Yang penaggalannya
dimulai semenjak kelahiran Nabi Isa Almasih as. (sehingga disebut Masehi
;Masihi).
Seperti yang telah kita maklumi, nama-nama bulan Masehiah dimaulai dari Januari sampai Desember. Dan perlu diketahui bahwa sebagian nama-nama bulan ini telah ada sebelum dimulainya penanggalan Masehiah, sebagian lagi adalah nama yang baru.
- Januari, dahulu namanya adalah Januarius; berasal dari kata Janus (malaikat bermuka
2 penjaga gerbang Roma);
- Februari, dahulu namanya adalah Februarius; berasal dari kata Februa (hari
pembesihan);
- Maret, dahulu namanya adalah Martius; berasal dari kata Mars (dewa
perang);
- April, dahulu namanya adalah Aprilis; berasal dari kata Apru (dewa asmara
bangsa Etruscan);
- Mei, dahulu namanya adalah Maiusl berasal dari kata Maia (saudara tertua
Atlas; kebudayaan Yunani)
- Juni, dahulu namanya adalah Junius; berasal dari kata Juno, istri Jupiter;
- Juli, dahulu namanya adalah Quintilis; kemudian diganti menjadi Julius
setelah raja Julius Caesar (100-44 BCE) BCE = Before Common Era (sebelum
Masehi);
- Agustus, dahulu namanya adalah Sextilis (bulan ke-6), kemudian diganti
menjadi Augustus setelah raja Augustus (63 BCE 14 Masehi);/ Before Christ" yang disingkat BC (artinya
sebelum kelahiran Kristus)
atau Before Common Era yang disingkat "BCE"
- September, dahulupun tetap namanya September (bulan ke-7);
- Oktober, berasal dari kata yang sama, Oktober (bublan ke-8);
- Nopember, berasal dari kata yang sama, Nopember (bulan ke-9);
- Desember, berasal dari kata yang sama, Desember (bulanke-10)
Awal Mula Sejarah
Kalender Hijriyah
System kalender Hijriyah adalah salah satu system penanggalan yang disusun
berdasarkan peredaran bulan mengelilingi bumi(qomariyah / lunar system). Adapun
mengenai sebutan Hijriyah, karena kalender ini dimulai semenjak hijrah
(pindah)nya Rasulullah SAW dari Mekkah ke Yatsrib (Madinah). Tokoh yang berjasa
dalam penetapan kalender Hijriyah ini adalah khalifah Umar bin Khattab ra.
Beliau bersama para sahabat menusun suatu system penganggalan yang diharapkan
dapat menjadi pedoman bagi umat islam sehingga egala sesuatunya menjadi
seragam.
Sebenarnya, jauh sebelulm masyarakat islam Arab mempunyai kalender
Hijriyah, disana telah dikenal penanggalan menurut peredaran bulan. Mereka
telah sejak lama memakai nama Muharram, Rabiul Awal dan lain-lain yang diambil
darinama peristiwa, musim atau kejadian lainnya. Namun masyarakat Arab waktu
itu belum menggunakan penghitungan tahun.
Khalifah Umar ra menetapkan tahun Hijriyah pada tanggal 8 Rabiul Awal
tahun ke-17 Hijriyah (638). Adapun penetapan bulan Maharam sebagai awal tahun
Hijriyah, karena pada bula itulah Rasulullah SAW bertekad untuk hijrah ke
Yatsrib (Madinah).
Berikut nama-nama bulan Hijriyah :
4. Rabiul akhir,
5. Jumadil awal,
6. Jumadil akhir,
7. Rajab,
8. Sya'ban,
9. Ramadhan ,
10. Syawal,
11. Dzulqaidah ,
12. Dzulhijjah ,
Menurut system lunar,
hari-hari keagamaan atau hari-hari islam biasa dihitung sejak terbenamnya
matahari (waktu maghrib) sebelum hari itu. Jadi, mendahului hari-hari Masehi
yang baru berganti mulai pukul 00.00 tengah malam.
Percampuran Islam-Jawa dalam Penanggalan
Hijriyah
Kedatangan
agama Islam di tanah Jawa membawa bermacam-macam produk budaya dari pusat
penyebaran Islam. Di antara produk budaya yang dibawa Islam ketika itu adalah
sistem penanggalan berdasarkan revolusi bulan terhadap bumi (qomariah), yang
dikenal dengan penanggalan hijriyah. Sesungguhnya, masyarakat Jawa sendiri
sudah punya sistem penanggalan yang mapan, yaitu penanggalan saka.
Ada beberapa perbedaan antara kalender saka dengan
kalender hijriyah, seperti perbedaan nama-nama bulan dan penetapan permulaan
hari. Namun kemudian, terjadi percampuran kedua kalender--kalender
Jawa-Islam--yang masih digunakan hingga saat ini. Percampuran ini memunculkan
sejumlah pertanyaan. Apakah telah terjadi Jawanisasi Islam atau Islamisasi
Jawa?
Lalu, jika memang telah terjadi percampuran, bagaimana
proses itu berjalan sehingga tidak menimbulkan penolakan terhadap ajaran Islam
yang ketika itu masih relatif baru? Tema perbincangan seputar percampuran
Jawa-Islam ini sangat menarik. Karena, di satu sisi, itu menunjukkan sikap
terbuka masyarakat Jawa. Di sisi lain, hal itu membuktikan Islam sebagai agama
rahmatan li al-alamin (rahmat bagi seluruh alam).
Menurut sejarah, munculnya kalender Jawa-Islam tidak lepas
dari peran Sultan Agung (1613-1645), sultan Mataram Islam ketiga yang bergelar
Senapati Ing Alaga Sayiddin Panatagama Kalifatullah. Beliau mengakulturasikan
(menggabungkan) penanggalan Jawa (saka) yang berdasarkan sistem kalender
matahari dan bulan (kalender lunisolar) dengan penanggalan hijriyah.
Menurut Prof Dr MC Ricklefs, dalam artikelnya "Pengaruh
Islam terhadap Budaya Jawa Terutama pada Abad ke XIX", upaya percampuran
itu terjadi pada tahun 1633 M. Ricklefs
mengisahkan, pada tahun 1633 M, Sultan Agung berziarah ke pesarean (kuburan)
Sunan Bayat di Tembayat. Disebutkan dalam Babad Nitik, Sultan Agung diterima
oleh arwah Sunan Bayat. Sultan Agung yang masih berada di pesarean Tembayat
diperintahkan untuk mengganti kalender Jawa. Sebelum itu, kalender saka (yang
berasal dari kebudayaan Hindu) adalah kalender yang masih dipakai dalam
lingkungan keraton. Kemudian, kalender itu diganti dengan kalender qamariah
yang berisi bulan-bulan Islam. Maka, terciptalah kalender baru yang unik, yaitu
kalender Jawa-Islam. Bulan-bulan
dalam kalender Jawa-Islam adalah Sura, Sapar, Mulud, Bakda Mulud, Jumadilawal,
Jumadilakir, Rejeb, Ruwah, Pasa, Sawal, Sela, dan Besar. Ada bulan yang masih
menggunakan istilah Arab, yaitu Jumadilawal dan Jumadilakir. Warna Jawa pada
kalender Jawa-Islam lebih kentara pada lima hari pasar atau Pancawara (Pahing,
Pon, Wage, Kliwon, dan Legi).
Menurut
Dr Purwadi, peneliti budaya Jawa asal Yogyakarta, lima hari pasar sangat
penting bagi aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat Jawa, terutama bagi mereka
yang hidup di pedesaan atau yang masih memegang kepercayaan tradisional.
''Coba, kita lihat bagaimana masyarakat Jawa mendasarkan aktivitasnya pada lima
hari pasar itu. Kalau mau bepergian, mereka terlebih dahulu menghitung hari
baik, apakah Pon, Wage, Kliwon, atau hari lainnya (Allahu a’lamu bi muroddIhim)
Refernsi
Tidak ada komentar: